Hikayat Tentara Bayaran
Sepak terjang tentara bayaran terekam dari masa ke masa. Dari semua ”pekerjaan” utama mereka berperang di medan laga, kini peran mereka meluas dan kian beragam.
Dunia dikejutkan pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise pada 7 Juli 2021. Haiti terenyak karena pemimpin mereka dibunuh tentara asing bayaran yang direkrut dari bekas tentara Kolombia. Insiden itu menjadi preseden bagi negara lain. Negara tetangga di Karibia, seperti Puerto Riko dan Republik Dominika, sempat siaga tinggi dengan menutup sementara perbatasannya.
Hasil penyelidikan menyebutkan, perusahaan swasta CTU Security milik Antonio ”Tony” Intriago yang berbasis di Miami, Florida, sebagai perusahaan perekrut tentara bayaran itu. Media The Washington Post, Kamis (15/7/2021), menyebutkan, Menteri Kepolisian Haiti Leon Charles menuding Intriago telah merekrut lebih dari 20 orang bekas tentara Kolombia untuk misi di Haiti.
Moise ditembak mati di rumahnya. Dilaporkan 28 orang terlibat, yakni 26 tentara bayaran eksekutor asal Kolombia dan 2 warga Haiti-Amerika sebagai penerjemah.
Kepala Kepolisian Kolombia Jenderal Jorge Luis Vargas mengonfirmasi, CTU Security memakai kartu kredit perusahaan untuk membeli 19 tiket pesawat dari Bogota ke Santo Domingo bagi para tersangka warga Kolombia. Salah satunya Duberney Capador yang tewas ditembak aparat Haiti dan sempat berswafoto mengenakan kaus hitam berlogo CTU Security.
Baca juga : Tentara Bayaran di Balik Matinya Presiden Haiti
Nelson Romero Velasquez, bekas tentara dan pengacara untuk 16 keluarga tersangka asal Kolombia yang ditahan di Haiti, mengatakan, semua kliennya pernah bertugas di pasukan khusus elite militer Kolombia. ”Mereka dapat beroperasi tanpa terdeteksi jika mereka menginginkannya,” katanya, dikutip dari Asociated Press, Kamis (15/7/2021).
Terlepas dari kompleksitas proses penyelidikan kasus pembunuhan Moise yang sedang berjalan, ada satu fakta tidak terbantahkan: pelibatan tentara bayaran. Tentara Kolombia sangat terlatih. ”Ada pengalaman hebat dalam perang yang tidak teratur. Tentara Kolombia terlatih, memiliki pengalaman tempur, dan upah mereka murah,” kata Jorge Mantilla, peneliti fenomena kejahatan di University of Illinois di Chicago, kepada AFP.
Becermin dari kasus Moise, para tokoh penting dunia, mulai dari pemimpin negara hingga eksekutif papan atas perusahaan multinasional, menjadi khawatir karena mereka mungkin juga rentan menjadi target. Mereka rentan karena potensi konflik kekuasaan dan kepentingan bisnis. Pada tahun 2004, otoritas Venezuela menahan 153 paramiliter Kolombia karena berperan dalam rencana untuk membunuh presiden saat itu, Hugo Chavez.
Fitur perang
Insiden pembunuhan Moise seketika menghidupkan kembali pembicaraan tentang eksistensi dan peran tentara bayaran yang kini menjamur di sejumlah negara. Dewasa ini, perusahaan multinasional, pemerintah, dan orang superkaya, bahkan kelompok teroris juga mempekerjakan tentara bayaran untuk keamanan dan operasi mereka.
Tidak ada konsensus para ahli tentang siapa tentara bayaran itu. Sean McFate, peneliti senior di Atlantic Council sekaligus pakar strategi di Universitas Pertahanan Nasional (NDU) dan Sekolah Layanan Luar Negeri Universitas Georgetown, AS, mengatakan, secara sederhana tentara bayaran adalah warga sipil bersenjata yang dibayar untuk melakukan operasi militer di zona konflik asing.
McFate mengulas sepak terjang tentara bayaran dari masa ke masa dalam bukunya, Mercenaries and War: Understanding Private Armies Today (NDU Press, 2019). Dia menyebutkan, tentara bayaran saat ini umumnya direkrut dari bekas tentara dan polisi nasional. Loyalitas mereka adalah pada uang atau besaran bayaran sehingga mudah membelot, melakukan banyak perbuatan keji, termasuk membunuh tuannya.
Ada lima karakteristik yang membedakan tentara bayaran dari tentara nasional dan aktor non-negara bersenjata, seperti teroris. Pertama, mereka cenderung lebih dimotivasi oleh keuntungan daripada politik. Uang adalah segalanya.
Kedua, mereka terstruktur sebagai bisnis. Bahkan ada perusahaan militer swasta telah masuk bursa di Wall Street dan London Stock Exchange, seperti DynCorp International dan Armor Group. Ketiga, mereka bersifat ekspedisi, artinya mencari pekerjaan di luar negeri daripada menjaga keamanan dalam negeri.
Keempat, mereka biasanya mengerahkan kekuatan dengan cara militer, bukan penegakan hukum. Ini secara intrinsik memengaruhi cara operasi mereka yang lebih menekankan kekerasan. Kelima, yang paling penting, tentara bayaran amat mematikan dan mewakili komodifikasi konflik bersenjata.
Tentara bayaran adalah salah satu profesi tertua dalam sejarah. Peran tentara bayaran dan tentara nasional itu selalu identik, yakni berperang. Menurut McFate, dalam 200 tahun terakhir, mungkin tentara bayaran telah mendapat stigma karena tidak loyal, mudah membelot, dan memusuhi tuannya. ”Namun, lebih dari 4.000 tahun sebelumnya, mereka adalah fitur—sering kali fitur utama—perang,” kata McFate.
Baca juga : Tentara Bayaran Wagner Bertempur demi Uang dan Putin
Tentara bayaran ada di sepanjang sejarah militer, dimulai dari kisah Alkitab hingga zaman modern. Ada banyak cerita di Alkitab dan buku sejarah tentang pengerahan tentara bayaran untuk berperang. Mesir, menurut Alkitab, merekrut tentara bayaran saat menghadapi serangan Nebukadnezar (630-560 SM), Raja Babilonia.
Buku karya sejarawan Xenophon berjudul Anabasis menyebutkan, Cyrus Muda merekrut tentara bayaran dari Yunani yang disebut kelompok ”Sepuluh Ribu”. Mereka dikontrak untuk membantu Cyrus Muda menggulingkan saudaranya, Raja Artaxerxes II, dari takhta Persia.
Peter W Singer dalam bukunya, Corporate Warriors: The Rise of the Privatized Military Industry (Cornell University Press, 2004), menambahkan, Raja Shulgi dari Ur (2094-2047 SM) juga memakai tentara bayaran. Pada 401 SM, tentara bayaran Hellenic, mayoritas adalah veteran Perang Peloponnesia yang tangguh, berjuang bersama Koresh dan pasukan pemberontaknya melawan pasukan raja di dekat Baghdad.
McFate dan Singer, dalam nada yang sama, menulis tentang Alexander Agung yang menginvasi Asia pada tahun 334 SM. Pasukannya terdiri atas 5.000 tentara asing bayaran. Pasukan Persia yang dia hadapi terdiri atas 10.000 orang Yunani. Julius Caesar (100-44 SM) diselamatkan di Alesia oleh tentara bayaran dari Jerman dalam perang melawan Vercingetorix (86-46 SM) di Gaul.
Abad Pertengahan adalah masa kejayaan tentara bayaran. Eropa saat itu adalah pasar konflik yang panas dan tentara bayaran digunakan untuk memenangi pertarungan. Raja, negara kota, keluarga kaya, gereja, dan siapa pun yang kaya dapat menyewa tentara untuk berperang dengan alasan apa pun yang mereka inginkan: kehormatan, kelangsungan hidup, dewa, pencurian, balas dendam, dan hiburan.
Di era modern, setidaknya dalam tahun terakhir, Timur Tengah dibanjiri tentara bayaran. Ada aktivitas tentara bayaran di Yaman, Suriah, dan Irak. Begitu juga di Ukraina dan beberapa negara di Afrika. Terkadang mereka mengungguli militer lokal. Beberapa bahkan dapat melawan pasukan paling elite Amerika, seperti yang ditunjukkan dalam pertempuran di Suriah.
Uni Emirat Arab juga mengirim ratusan tentara bayaran sebagai pasukan khusus untuk memerangi Houthi yang didukung Iran di Yaman. Mereka berasal dari kawasan Amerika Latin, seperti Kolombia, Panama, El Salvador, dan Chile. Semuanya adalah veteran perang narkoba yang tangguh.
Semua kekuatan dan kekuasaan di sepanjang abad memang selalu menggunakan tentara bayaran untuk berperang. Peran tentara bayaran sekarang semakin meluas. Dalam perkembangannya, tentara bayaran tidak hanya untuk berperang. Mereka digunakan oleh negara/pemerintah, penguasa suatu bangsa, pebisnis atau kelompok bisnis, perusahaan multinasional, pegiat kemanusiaan, dan bahkan oleh teroris.
Selain berperang, jasa mereka dimanfaatkan, antara lain, untuk menjaga lokasi tambang, kilang minyak dan gas, perbatasan negara, dan penjara, hingga mengawal tokoh-tokoh penting dunia. Bahkan juga untuk misi kemanusiaan seperti dilakukan perusahaan militer Aegis Defense Services dan Triple Canopy.
Ada pula perusahaan tentara bayaran yang dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok tertentu guna menangkap atau membunuh target, seperti menimpa Presiden Haiti Jovenel Moise. Havana, dikutip dari Reuters, Senin (13/7/2021), menuding AS telah mengerahkan tentara bayaran untuk membuat keonaran di Kuba.
Kontraktor militer teroris, Malhama Tactical, yang berbasis di Uzbekistan, pun mengerahkan tentara bayaran. Layanan mereka untuk pasar saat ini adalah sebagai pelatih militer, pedagang senjata, atau prajurit elite. Sebagian besar misi mereka membantu Front Nusra, sayap Al Qaeda di Suriah, dan Partai Islam Turkistan, cabang Suriah dari ekstremis Uighur di China.
Baca juga : Pertempuran di Suriah Mereda, Tentara Bayaran Berpindah ke Libya
Perusahaan multinasional adalah klien baru terbesar tentara bayaran, terutama industri ekstraktif. Perusahaan yang bekerja di tempat berbahaya beralih ke swasta karena lelah mengandalkan pasukan tuan rumah yang korup atau tidak kompeten. Raksasa pertambangan Freeport memakai Triple Canopy untuk pengamanan di Papua. Perusahaan minyak China mengontrak DeWe Security untuk mengamankan aset mereka di Sudan Selatan.
Di laut juga ada tentara bayaran, mirip dengan privateer dua abad yang lalu. Perusahaan pelayaran internasional saat ini ada yang mempekerjakan mereka untuk melindungi kapal yang melintasi perairan bajak laut di Teluk Aden, Selat Malaka, dan Teluk Guinea.
Ada pula tentara bayaran di dunia maya yang disebut hack back company. Mereka menyerang peretas atau ”meretas kembali” para penyerang jaringan klien mereka. Perusahaan hack back berfungsi sebagai pencegah. Pada Mei 2017 ada serangan ransomware WannaCry yang menginfeksi lebih dari 230.000 komputer di lebih dari 150 negara.
Kekuatan swasta
Dalam strategi militer, ada lima ranah perang: darat, laut, udara, ruang angkasa, dan dunia maya. McFate mengatakan, dalam kurang dari 20 tahun, kekuatan swasta telah berkembang pesat di antara setiap ranah tersebut, kecuali ruang angkasa. Namun, sekarang itu juga dapat berubah. Kini luar angkasa sudah diprivatisasi. SpaceX menjalankannya. Ada kemungkinan satelit bersenjata swasta suatu hari dapat mengorbit Bumi.
Tentara bayaran telah lama dianggap sebagai ”komoditas” penting dan setua perang itu sendiri. Sebagian besar sejarah militer dikelola swasta (diprivatisasi). Alasannya sederhana: menyewa tenaga lebih murah daripada memilikinya. Memiliki tentara sendiri sangat mahal. Mirip memiliki jet pribadi versus membeli tiket pesawat saat Anda membutuhkannya.
Sekarang tersedia banyak perusahaan tentara bayaran. Kekuatan swasta telah mengendalikan bisnis ini hingga di lingkup global. Itu sebabnya pasar tentara bayaran berkembang dinamis di sepanjang sejarah.
Baca juga : Keberadaan Tentara Asing dan Bayaran di Libya Dinilai Langgar Kedaulatan
Dalam beberapa dekade terakhir abad ke-20, dunia telah menyaksikan kebangkitan perusahaan militer swasta, yang diorganisasi sebagai perusahaan internasional dan menyediakan layanan militer untuk disewa. Ada kontraktor militer swasta paling terkenal, yakni Blackwater dari AS dan Wagner Group dari Rusia. Kelompok militer swasta baru pun muncul di Inggris, Rusia, Uganda, Irak, Afghanistan, Kolombia, dan beberapa negara lain.
”Layanan mereka lebih kuat daripada Blackwater, menawarkan kekuatan tempur yang lebih besar, dan kemauan untuk bekerja demi penawar tertinggi dengan sedikit memperhatikan hak asasi manusia. Mereka adalah tentara bayaran dalam arti kata sesungguhnya,” kata McFate.
Suriah memberi penghargaan kepada tentara bayaran yang merebut wilayah dari teroris dengan hak atas minyak dan pertambangan. Setidaknya dua perusahaan Rusia telah menerima kontrak berdasarkan kebijakan ini, yakni Evro Polis dan Stroytransgaz.
Perusahaan minyak dan pertambangan ini kemudian menyewa tentara bayaran untuk melakukan pekerjaan ”kotor”. Misalnya, Evro Polis mempekerjakan Grup Wagner untuk merebut ladang minyak dari kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) di Suriah tengah, dan itu berhasil.
McFate mencatat, ada sekitar 2.500 tentara bayaran yang dibeli Rusia di Suriah. Rusia menggunakannya di Ukraina, dan Ukraina melawan dengan tentara bayaran mereka sendiri. Perang di sana dibanjiri tentara bayaran Rusia, Chechnya, Perancis, Spanyol, Swedia, dan Serbia. Mereka berjuang untuk pihak masing-masing dalam konflik berdarah Ukraina timur.
Munculnya kembali tentara bayaran adalah salah satu tren paling berbahaya di zaman kita, yaitu dengan desain baru untuk perang. Mereka menawarkan alat perang kepada siapa saja yang mampu untuk mengubah peperangan dan masa depan perang itu sendiri.
Baca juga : Musim Tentara Bayaran di Libya
Hanya dalam satu dekade, pasar tentara bayaran telah bergerak melampaui Blackwater yang beroperasi di Irak dan Afghanistan, dan bahkan menjadi lebih mematikan. Perang kontrak bahkan telah menjadi cara perang baru, dibangkitkan oleh AS dan ditiru negara lain.
Inggris, misalnya, seperti dilaporkan The Guardian, telah tumbuh menjadi pusat industri tentara bayaran global. Salah satu perusahaan tentara bayaran terkenalnya ialah G4S, yang berbasis di Hereford. Bahkan G4S telah menjadi perusahaan keamanan swasta multinasional terbesar di dunia.
Kian menjamurnya tentara bayaran menghasilkan jenis ancaman baru, yakni perang pribadi, yang mengancam terjadinya kekacauan. Bisnis ini identik dengan pemasaran perang, ketika kekuatan militer dibeli dan dijual seperti komoditas lainnya.
Jika tren ini berkembang, orang superkaya bisa menjadi ”negara adidaya”, yang mengarah ke perang tanpa negara. Jika uang dapat membeli senjata, perusahaan besar dan orang superkaya akan menjadi ”negara adidaya” jenis baru. Target mereka pun bisa mereka tentukan dengan mudah. Apakah kasus Moise ditempatkan dalam konteks ini? Hasil investigasi akhir diharapkan memperjelas duduk soal dari pertanyaan tersebut.
Di dunia seperti itu, negara atau entitas tertentu, individu atau komunitas, hanya akan menjadi hadiah yang harus dimenangkan dari perang para tentara bayaran. Siapa, bagaimana, dan mengapa orang berperang kemungkinan akan berubah.
Mungkin bisa muncul perang tanpa negara, yang mempercepat kekacauan global. Oleh karena itu, memperkenalkan industri yang terlibat dalam konflik ke tempat-tempat yang paling rawan konflik di Bumi amatlah menyebalkan karena dapat memperburuk perang dan kesengsaraan. (AFP/AP/REUTERS)