Pertempuran di Suriah Mereda, Tentara Bayaran Berpindah ke Libya
Turki mendukung pemberontak Suriah dan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) Libya. Sementara Rusia mendukung pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan pemimpin Libya timur, Jenderal Khalifa Haftar.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
TRIPOLI, SELASA — Pertempuran antara pemberontak dan pasukan pemerintah di Suriah berkurang setelah mereka menyepakati gencatan senjata. Namun, pertempuran yang melibatkan tentara bayaran yang didukung Turki dan Rusia di Suriah justru berpindah dengan menjadikan Libya medan tempur mereka.
Kantor berita AFP, Selasa (19/5/2020), melaporkan, Turki mendukung pemberontak Suriah dan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) Libya. Sementara Rusia mendukung pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan pemimpin Libya timur, Jenderal Khalifa Haftar.
Belum lama ini, Ankara dan Moskwa mendorong gencatan senjata terbaru di Suriah. Namun, pertempuran terus berlangsung di Libya di tengah krisis politik dan keamanan yang juga masih berlanjut karena pasukan Haftar juga sedang berjuang untuk merebut Tripoli dari GNA, pemerintahan dukungan PBB.
Silang sengkarut situasi di Libya saat ini justru semakin ruwet. Pemulihan hubungan baru-baru ini antara Assad dan Haftar menunjukkan sedang terjadi tumpang tindih konflik di Libya. Selain masih ada krisis bawaan Libya kini juga diparah oleh dampak dari krisis Suriah.
Bulan Maret lalu, pemerintah paralel Libya timur membuka kembali kedutaan besar Libya di Damaskus setelah ditutup pada 2012. Sementara penerbangan pulih kembali beberapa waktu lalu antara Damaskus (ibu kota Suriah) dan Benghazi, yang berjarak 1.000 kilometer dari Tripoli sekaligus kota terbesar pemerintahan perlawanan di Libya timur yang dikuasai pasukan Haftar.
Laporan rahasia PBB telah mengidentifikasi 33 penerbangan oleh maskapai Cham Wings ke Libya pada 2020 ini. Penerbangan itu, menurut laporan PBB tersebut, diyakini telah membawa tentara bayaran Suriah.
”Dari sumber-sumber di lapangan dilaporkan, jumlah pejuang asing Suriah yang mendukung operasi (Haftar) mendekati 2.000 orang,” demikian laporan para pakar PBB yang memantau embargo senjata di Libya.
Para ahli menuding, Cham Wings telah menerbangkan orang-orang dari Suriah itu ke Libya untuk masa kontrak tiga bulan dengan perusahaan swasta Rusia, Wagner. Perusahaan ini biasa merekrut tentara bayaran untuk mendukung Haftar. Moskwa menyangkal keterlibatan tentara bayaran Rusia di Libya.
Ketika PBB bertanya kepada Damaskus tentang penerbangan ke Benghazi tersebut, Pemerintah Suriah mengelak jika dihubungkan dengan kegiatan militer. Damaskus mengatakan penerbangan itu untuk warga sipil terutama orang-orang Suriah yang tinggal di Libya. Penjelasan ini diragukan oleh PBB.
Rezim Damaskus dan pasukan Haftar memiliki ”musuh bersama” di Turki, kata peneliti Universitas Oxford, Samuel Ramani. Menurut dia, Rusia mungkin berada di belakang hubungan antara Suriah dan orang kuat Libya itu.
Bagi Moskwa, ”Tujuannya adalah untuk memperingatkan Turki bahwa Turki dapat membalas secara asimetris terhadap tindakan militer Turki di Suriah dengan eskalasi timbal balik di Libya, menciptakan dua front bagi Turki dan memaksanya untuk melunak,” kata Ramani.
Para ahli PBB memperkirakan, sekitar 5.000 tentara bayaran Suriah mungkin berada di Libya. Tentara bayaran tersebut termasuk ”para pejuang yang direkrut oleh Turki untuk mendukung GNA”.
Organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR) yakin, jumlah tentara bayaran Suriah itu mungkin saja jauh lebih tinggi dari angka diperkirakan tersebut. Dikatakan, Turki telah mengirim 9.000 tentara bayaran Suriah ke Libya, termasuk 150 anak di bawah umur.
Direktur SOHR Rami Abdel Rahman, yang berbasis di London, Inggris, dan memiliki jaringan di seluruh Suriah, mengatakan, ”sejumlah 3.300 pejuang sedang dilatih di pangkalan-pangkalan Turki”. Itu dilakukan sebelum mereka dikirim ke garis depan di selatan Tripoli, ibu kota Libya.
Abdel Rahman mengatakan, tentara bayaran Suriah milik milisi Tentara Nasional, koalisi pemberontak Suriah pro-Turki yang berbasis di Provinsi Idlib. Ia juga memperkirakan 298 dari tentara bayaran itu telah tewas dalam pertempuran Libya, termasuk 17 tentara anak-anak.
Namun, Abdel Rahman tidak dapat memastikan berapa jumlah tentara bayaran yang mendukung Haftar. Pakar Oxford, Ramani, mengatakan, banyak tentara bayaran termotivasi untuk keluar dari ”kemiskinan, pengangguran, dan perampasan sosial ekonomi di Suriah”.
Menurut Ramani, Rusia juga telah merekrut tentara bayaran, yang berperang bersama kelompok Wagner di Libya. Uni Emirat Arab, yang juga mendukung Haftar, telah merekrut tentara bayaran Sudan.
Keterlibatan asing di Libya dan Suriah telah memperburuk konflik di dua negara itu. Perang telah menyebabkan ratusan ribu orang tewas dan puluhan juta orang mengungsi.(AFP/REUTERS)