Pengadilan Tolak Permintaan Eks Presiden Zuma, Kerusuhan Guncang Johannesburg
Massa pendukung mantan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma marah setelah pengadilan menolak membebaskan pria berusia 79 tahun itu. Zuma masih punya peluang untuk bebas jika menang dalam sidang di Mahkamah Konstitusi.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
AFP/LUCA SOLA
Seorang petugas Departemen Kepolisian Metro Johannesburg berjalan di antara mobil-mobil yang dibakar di sebuah showroom mobil dalam kerusuhan massa di Jeppestown, Johannesburg, Afrika Selatan, Minggu (11/7/2021).
JOHANNESBURG, SENIN — Beberapa kota yang menjadi basis konsentrasi pendukung mantan Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma, diguncang demonstrasi, yang disertai dengan penjarahan, Minggu (11/7/2021). Demonstrasi massa dalam jumlah cukup besar itu terjadi setelah Pengadilan Tinggi Pietermaritzburg menolak permohonan penundaan pelaksanaan hukuman penjara terhadap Zuma.
Zuma (79), yang menyerahkan diri pada Rabu pertengahan pekan lalu, memulai masa hukumannya selama 15 bulan di Pusat Pemasyarakatan Estcourt, Provinsi KwaZulu Natal, Afrika Selatan (Afsel) bagian timur. Penahanan itu menyebabkan massa pendukung Zuma marah, sekaligus mengungkapkan adanya perpecahan dalam tubuh Kongres Nasional Africa (ANC). Zuma, Presiden Afsel periode 2009-2018, juga pernah menjabat Presiden ANC 2007-2017.
Departemen Kepolisian Metropolitan Johannesburg (JMPD) dalam pernyataannya menyebutkan, penjarahan terjadi di Kotapraja Alexandra dan pinggiran kota Jeppestown sejak Sabtu (10/7/2021) malam. Polisi terpaksa menutup jalan raya utama M2 setelah ada laporan tentang penggunaan senjata api yang diarahkan pada kendaraan yang tengah melintas. Tidak ada laporan korban jiwa akibat penggunaan senjata api tersebut.
Seorang jurnalis TV Reuters menyaksikan barisan pengunjuk rasa membawa tongkat, tongkat golf, dan ranting pohon, berbaris melalui Kawasan Pusat Bisnis Johannesburg. Di sana, toko-toko minuman keras dijarah, jendela-jendela toko dihancurkan.
AFP/LUCA SOLA
Pengunjuk rasa membakar ban-ban bekas dalam demonstrasi menentang penahanan mantan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma di Jeppestown, Johannesburg, Afrika Selatan, Minggu (11/7/2021).
Juru Bicara Kepolisian Provinsi KwaZulu Natal Jay Naicker menyatakan, penjarahan tidak hanya terjadi di Johannesburg, tetapi juga telah melanda kawasan lain, seperti eThekwini, kotamadya yang mencakup kota pesisir Durban. Dia menilai, kerumunan massa dalam jumlah besar disusupi oleh para pelaku kriminal yang mencoba mengambil keuntungan dari situasi lapangan.
Badan Intelijen Nasional (NatJOINTS) Afrika Selatan dalam sebuah pernyataan menyebutkan, aparat kepolisian telah menahan 62 orang di KwaZulu Natal dan Gauteng, pusat perekonomian Afsel, sejak kekerasan dimulai.
Presiden Afsel Cyril Ramaphosa dalam pernyataannya mengatakan, tidak ada pembenaran untuk kekerasan. Kekerasan itu telah merusak upaya untuk membangun kembali ekonomi di tengah pandemi Covid-19.
Seperti dilansir kantor berita Afsel SA News, Ramaphosa mengatakan, pemerintah memiliki komitmen kuat pada konstitusi dan demokrasi yang mendasarkan diri pada pandangan bahwa semua orang sama di depan hukum. Hukum, kata dia, melindungi orang miskin dan kelompok rentan dengan menghukum orang-orang yang melakukan penyalahgunaan kekuasaan.
AFP/EMMANUEL CROSET
Petugas kepolisian Afrika Selatan (SAPS) berjaga-jaga di depan toko minuman keras yang dijarah massa di pusat kawasan bisnis di Johannesburg, Afrika Selatan, Minggu (11/7/2021).
”Komitmen kami terhadap konstitusi demokratis kami didasarkan pada prinsip dasar bahwa semua orang sama di depan hukum dan bahwa semua orang berhak atas perlindungan yang sama di depan hukum,” kata Ramaphosa.
Peluang banding
Meski pengadilan tinggi telah menolak permohonan untuk menunda dimulainya hukuman, Zuma dan kuasa hukumnya masih memiliki satu upaya hukum lagi untuk bebas dari penjara. Saat ini, mereka tengah mengupayakan pembebasan itu melalui Mahkamah Konstitusi, yang berencana akan bersidang Senin (12/7/2021) ini.
Menteri Kehakiman Afsel Ronald Lamola mengatakan, Zuma akan menjalani masa karantina selama 14 hari sebagai bagian dari protokol kesehatan di Rumah Sakit Estcourt untuk dinilai kondisi kesehatannya sebelum dipindahkan ke Pusat Pemasyarakatan Estcourt. Sejak menyerahkan diri, dia mendapatkan perlakuan yang sama dengan narapidana lainnya.
AFP/EMMANUEL CROSET
Aparat Departemen Kepolisian Metro Johannesburg (JMPD) menangkap orang yang diduga ikut dalam penjarahan di pusat kawasan bisnis di Johannesburg, Afrika Selatan, Minggu (11/7/2021).
Zuma dihukum karena menghina pengadilan setelah menentang perintah pengadilan agar dia muncul di hadapan Komisi Zondo, yang dibentuknya untuk menyelidiki dugaan tindak pidana korupsi. Komisi Zondo telah mendengar kesaksian memberatkan dari mantan menteri kabinet dan pejabat teras eksekutif perusahaan milik negara. Kesaksian mereka menyebutkan, Zuma mengizinkan anggota keluarga kaya Gupta (Atul, Ajay, dan Rajesh Gupta) memengaruhi penunjukan anggota kabinetnya dan pemberian kontrak negara yang menguntungkan.
Dalam kasus terpisah, Zuma diadili atas tuduhan korupsi terkait dengan kesepakatan senjata tahun 1999. Ia diduga menerima suap dari produsen senjata Perancis Thales. Penasihat keuangannya telah dihukum dan dipenjara dalam kasus itu.
Beberapa pendukung Zuma menyesalkan tindakan pengadilan dan pemerintah menghukum mantan penguasa Afsel tersebut. ”Saya tidak sependapat dengan tindakan itu karena, pertama-tama, dia (Zuma) sudah tua sehingga pemenjaraan bukanlah hal yang baik baginya. Mungkin akan lebih baik baginya untuk menjalani tahanan rumah daripada ditahan di sel,” kata Philiswa Zondi, warga Pietermaritzburg.
AFP/LUCA SOLA
Petugas kepolisian Afrika Selatan (SAPS) menembakkan peluru karet ke arah para pengunjuk rasa untuk membubarkan mereka dalam demonstrasi di Distrik Jeppestown, Johannesburg, Afrika Selatan, Minggu (11/7/2021).
Hal senada disampaikan warga Pietermaritzburg lainnya, Ntuthuko Mdletshe. Mdletshe menyatakan, Zuma telah diperlakukan tidak adil karena pada saat yang sama, kasus korupsi di tubuh pemerintahan sekarang dan sebelum Zuma berkuasa juga tidak pernah diusut.
”Saya merasa sangat sedih untuk Jacob Zuma. Saya merasa tidak enak karena setiap partai politik melakukan korupsinya sendiri, bahkan pemerintahan sebelumnya melakukan korupsinya sendiri,” katanya.
Meski dipenjara, Zuma, menurut Lamola, memiliki peluang untuk bebas lebih cepat dan tidak perlu berlama-lama dipenjara setelah menjalani seperempat masa hukumannya atau sekitar empat bulan. Peluangnya untuk bebas juga lebih terbuka, menurut Lamola, jika MK mengabulkan permohonannya. (AP/REUTERS)