Mantan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma akhirnya menyerahkan diri pada polisi setelah dijatuhi hukuman 15 bulan penjara karena menghina pengadilan. Namun, kuasa hukum mengajukan proses pra-pengadilan atas putusan itu.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
CAPE TOWN, KAMIS — Mantan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma menyerahkan diri kepada polisi, Rabu (7/7/2021) tengah malam, dan memulai hukumannya di Pusat Pemasyarakatan Estcourt, Provinsi KwaZulu Natal. Dia dihukum penjara selama 15 bulan karena menghina pengadilan dan menentang instruksi pengadilan untuk memberikan bukti pada proses penyelidikan korupsi saat dia masih berkuasa.
Hukuman penjara dijatuhkan kepada Zuma oleh Mahkamah Konstitusi pekan lalu karena melecehkan penyidik anti-korupsi.
Polisi telah diinstruksikan untuk menangkap Zuma jika pada pergantian hari dia tidak hadir di kantor polisi. Ratusan pendukungnya, beberapa dari mereka bersenjata api, tombak, dan tameng, berkumpul di dekat rumahnya untuk mencoba mencegah penangkapan.
Namun, pada akhirnya, Zuma (79) memutuskan pergi diam-diam ke kantor polisi, menyerahkan diri. ”Presiden Zuma telah memutuskan untuk mematuhi perintah penahanan,” kata yayasan yang dipimpin Zuma dalam sebuah pernyataan. Pernyataan ini sekaligus menjadi pernyataan pertama kali yang dikeluarkan kubu Zuma dan menunjukkan kesediaan bekerja sama dengan pengadilan.
Juru bicara Kepolisian Lirandzu Themba, dalam sebuah pernyataan, mengonfirmasi bahwa Zuma telah berada dalam tahanan polisi.
Departemen Layanan Pemasyarakatan, dalam pernyataannya mengatakan, Zuma datang ke Estcourt dari tempat tinggalnya di sebuah perdesaan di Nkandla, Afrika Selatan bagian timur. Televisi menayangkan cuplikan langsung iring-iringan mobilnya memasuki fasilitas tersebut.
Penahanan Zuma dipandang sebagai kejatuhan luar biasa bagi seorang politisi veteran, tokoh Kongres Nasional Afrika (ANC), yang dipenjara oleh penguasa minoritas kulit putih Afsel karena perjuangannya membuat semua orang setara di depan hukum.
Zuma menyangkal ada korupsi yang meluas saat dia berkuasa. Dia juga sempat mengeluarkan sebuah catatan yang dinilai banyak pihak menyerang para hakim pengadilan tindak pidana korupsi, menantang mereka untuk menangkapnya. Dia mengajukan praperadilan terhadap keputusan Mahkamah Konstitusi yang hendak menahannya.
Kuasa hukum Zuma telah meminta Mahkamah Konstitusi menangguhkan waktu penahanan karena ada proses praperadilan. Menurut rencana, sidang pertama praperadilan baru akan berlangsung pada Senin pekan depan.
Pengadilan
Zuma dilengserkan dari jabatannya pada 2018 dan kemudian digantikan Cyril Ramaphosa hingga saat ini. Zuma sempat menjabat selama sembilan tahun. Selama menjabat, pemerintahannya diwarnai skandal korupsi dan kroniisme. Para pengkritik menjulukinya sebagai presiden teflon karena dianggap memiliki kemampuan untuk terhindar dari proses hukum.
Akan tetapi, nasibnya berubah pada 29 Juni ketika pengadilan mengeluarkan keputusan untuk menahannya atas tuduhan penghinaan pengadilan.
Mantan penggembala itu merupakan pemimpin intelijen ANC ketika organisasi perlawanan politik itu masih berjuang melawan apartheid. Dia juga pernah menghabiskan 10 tahun di penjara Pulau Robben yang dikenal kejam. Meski di dalam organisasi ANC sendiri diakui ada ketegangan dan perpecahan internal, pimpinan organisasi menyatakan tidak akan mengganggu proses pengadilan.
Komisi Zondo, sebuah komisi yang sebenarnya dibentuk oleh Zuma saat masih menjabat, memeriksa dan menyelidiki dugaan Zuma mengizinkan tiga pengusaha kelahiran India, yaitu Atul, Ajay dan Rajesh Gupta, menjarah sumber daya negara serta memengaruhi lalu lintas atas kebijakan pemerintah. Zuma dan Gupta bersaudara, yang melarikan diri ke Dubai setelah sang presiden digulingkan, menyangkal melakukan kesalahan.
Zuma juga menghadapi kasus pengadilan terpisah terkait kesepakatan senjata senilai 2 miliar dollar AS yang terjadi pada 1999, saat dia menjadi wakil presiden. Sebanyak 16 dakwaan dituduhkan kepada Zuma, mulai dari penipuan, korupsi, hingga pemerasan terkait pembelian jet tempur, kapal patroli, dan perlengkapan militer dengan lima perusahaan senjata Eropa.