Sejumlah platform media sosial menutup layanan mereka untuk Presiden Donald Trump dan sejumlah pendukungnya. Beberapa perusahaan dan lembaga juga memberhentikan pegawai mereka yang terlibat dalam penerobosan Capitol.
Oleh
Kris Mada
·4 menit baca
WASHINGTON, SABTU — Pendudukan Capitol, gedung parlemen Amerika Serikat, Rabu lalu, berujung pada pemberangusan terhadap Presiden Donald Trump dan pendukungnya. Akun media sosial mereka dihapus dan sebagian dari mereka diberhentikan oleh pemberi kerja.
Dalam pernyataan pada Jumat (8/1/2021) siang waktu California atau Sabtu dini hari WIB, Twitter mengumumkan penghapusan permanen akun pribadi Trump dan sejumlah sosok yang dinilai menyokong Trump.
”Setelah pemantauan mendalam atas cuitan dari akun @realDonaldTrump dan konteks terkait cuitan-cuitan itu, kami menangguhkan secara permanen akun (Trump) karena risiko hasutan kekerasan lebih lanjut,” demikian pernyataan Twitter.
Sebelum Twitter, Facebook telah lebih dulu memutuskan menghentikan Trump dari menggunakan layanan mereka. Trump menjadi kepala negara pertama yang dilarang menggunakan platform milik perusahaan media sosial. Twitter mengakui hal itu.
Twitter menjadi salah satu platform utama Trump dalam menyampaikan pandangannya untuk urusan di dalam dan luar negeri. Selama berbulan-bulan, ia mencuitkan tudingan kecurangan pemilu. Bahkan, pada 20 Desember 2020, ia mengajak pendukungnya mendatangi Capitol pada 6 Januari 2021.
Meski belum ada bukti langsung antara cuitan itu dan insiden pada Rabu lalu, ribuan pendukung Trump terbukti datang ke Washington pada 6 Januari 2021. Sebagian dari mereka menduduki Capitol selama beberapa jam. Mereka mendesak Kongres AS tidak mengesahkan kemenangan Joe Biden di pemilu AS.
Pendukung Trump
Bukan hanya Trump yang dilarang memakai Twitter. Sejumlah akun yang kerap mendukung QAnon, kelompok pseudonomin yang kerap menyebarkan tudingan tanpa bukti soal kecurangan pemilu dan konspirasi lain, juga diberangus. Penghapusan antara lain dilakukan terhadap Michael Flynn dan Sidney Powell. Flynn merupakan mantan penasihat keamanan nasional Trump. Sementara Powell pernah menjadi kuasa hukum pada tim pemenangan Trump.
Pemberangusan akun juga diberlakukan terhadap Ron Watkins. Pria itu diketahui mengelola ruang diskusi maya bernama 8kun. Ruang diskusi itu menjadi salah satu tempat utam QAnon menyebarkan tudingan.
”Mempertimbangkan potensi kekerasan terbaru pada tindak-tanduk mereka dalam beberapa hari mendatang, kami menangguhkan selamanya akun-akun untuk membagikan materi QAnon,” demikian pernyataan Twitter.
Sementara Google dan Apple menangguhkan Parler dari layanan masing-masing. Parler merupakan platform media sosial yang banyak dipakai pendukung Trump. Google dan Apple memberi pengelola Parler 24 jam untuk menyampaikan rencana terkait cara mengatur materi yang beredar di platform itu.
Selain Parler, para pendukung Trump dan kelompok sayap kanan AS banyak menggunakan Telegram dan Gab. Sampai sekarang, belum ada pemberangusan pendukung Trump di platform-platform itu.
Pendiri Parler, John Matze, berkeras bahwa platform itu untuk penerapan hak kebebasan berpendapat. Ia menuding Apple menerapkan standar ganda. Platform itu antara lain dipakai Candace Owens, Rudy Giuliani, dan Laura Loomer. Mereka dikenal sebagai pendukung Trump.
Matze mengatakan, aneh sekali Apple dan Google meminta pengelola Parler bertanggung jawab atas cara pengguna menggunakan pelantar itu. Padahal, Apple dan Google tidak mau bertanggung jawab atas cara penggunaan produk mereka oleh konsumen. ”Kalau memakai logika Apple, seharusnya Apple bertanggung jawab untuk setiap percakapan ilegal dengan menggunakan iPhone,” ujarnya.
Sanksi
Pemberangusan tidak hanya terjadi di dunia maya. Sejumlah pendukung Trump yang ketahuan hadir di Capitol pada Rabu lalu mulai menanggung dampaknya. Mereka diberhentikan dari tempat kerja. Perusahaan percetakan bernama Navistar Direct Marketing mengakui telah memberhentikan pegawainya yang terlihat dalam insiden di Capitol. Pegawai itu terlihat di antara orang-orang yang menerobos Capitol.
Sementara perusahaan pengolah data di Chicago, Cognesia, memecat direktur utamanya karena ikut hadir di Capitol. Pria bernama Bradley Rukstales itu diberhentikan karena dinilai tidak menerapkan nilai-nilai perusahaan. ”Cognesia mengecam insiden di Capitol,” demikian pernyataan resmi perusahaan itu.
Rustakles tidak hanya hadir, ia menjadi salah satu orang yang ditangkap selepas insiden Capitol. Ia telah meminta maaf atas keterlibatannya di insiden itu.
Pemecatan juga dilakukan berbagai lembaga lain. Sekolah, dinas pemadam kebakaran, hingga kepolisian memecat atau setidaknya memberhentikan sementara pegawai mereka yang diketahui terlibat dalam insiden di Capitol.
Pakar hukum perburuhan, Aaron Holt, menyebut bahwa insiden di Capitol adalah kerusuhan dan melanggar hukum. Karena itu, serikat buruh akan sulit membela pekerja yang disanksi karena terlibat di insiden tersebut. Sejumlah pedagang dan pengusaha kecil yang terlibat dalam insiden itu juga menghadapi boikot.
Jenny Cudd, pedagang bunga yang mengunggah video perusakan di Capitol, mendapat boikot di dunia maya. Cudd mengakui menerobos Capitol pada Rabu lalu.
Warga dan penegak hukum cepat mengidentifikasi para perusuh di Capitol. Sebab, sebagian perusuh mengunggah foto dan video mereka di media sosial. FBI juga mengeluarkan imbauan kepada warga untuk membantu mengenali para perusuh. Imbauan yang ditanggapi warga dengan segera. (AP/REUTERS)