Hepatitis Akut Misterius Meluas, Segera Kenali Gejala Penularan
Kewaspadaan akan penularan hepatitis akut dengan penyebab yang belum diketahui perlu ditingkatkan. Orangtua diimbau segera membawa anak ke fasyankes jika muncul gejala, seperti sakit kuning, demam, dan urine gelap.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Laporan kasus hepatitis akut pada anak yang tidak diketahui penyebabnya semakin bertambah. Masyarakat perlu meningkat kewaspadaan akan penyakit ini. Segera bawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat jika muncul gejala terkait.
Sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerbitkan peringatan mengenai hepatitis akut yang tidak diketahui asalnya pada anak, 23 April 2022, laporan terkait penyakit peradangan pada hati tersebut terus bertambah. Kasus yang pertama kali dilaporkan di Inggris pada 5 April 2022 ini hingga 3 Mei 2022, lebih dari 200 kasus dilaporkan dari 20 negara, termasuk Indonesia. Tiga anak di Jakarta meninggal dengan dugaan hepatitis akut misterius ini.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pediatri Internasional (IPA), yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Bidang Ilmu Kesehatan Anak, Aman Bhakti Pulungan menyampaikan, investigasi masih terus dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab dari munculnya hepatitis akut di sejumlah negara. Dari hasil penyelidikan sementara, penyakit ini kemungkinan disebabkan oleh adenovirus tipe 41F.
”Jenis virus ini sering ditemukan sehari-hari yang biasanya menyebabkan gejala diare, muntah, demam, dan gejala saluran pernapasan. Namun, adenovirus biasanya tidak menyebabkan hepatitis pada anak sehat,” katanya, Rabu (4/5/2022).
Aman menuturkan, adenovirus yang ditemukan pada anak dengan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya ini berbeda dengan strain adenovirus yang digunakan dalam vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca. Karena itu, penyakit hepatitis ini tidak terkait dengan vaksin tersebut. Selain itu, sebagian besar anak yang ditemukan dengan penyakit peradangan hati ini berusia di bawah lima tahun yang belum mendapatkan vaksin Covid-19.
Adenovirus yang ditemukan pada anak dengan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya ini berbeda dengan strain adenovirus yang digunakan dalam vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca. Karena itu, penyakit hepatitis ini tidak terkait dengan vaksin tersebut.
Penasihat untuk Pencegahan dan Pengendalian Virus Hepatitis dari Pan American Health Organization (PAHO) Leandro Soares Sereno, Selasa (3/5/2022), mengatakan, infeksi adenovirus parah yang bisa menyebabkan hepatitis umumnya terjadi pada pasien dengan gangguan sistem kekebalan atau pasien transplantasi. Namun, pada anak-anak yang ditemukan dengan hepatitis akut ini tidak terkait dengan kondisi tersebut. Dari pemeriksaan laboratorium pun tidak diketahui adanya kaitan dengan virus hepatitis A, B, C, D, maupun E.
”Data (kasus) yang ada masih minim untuk menentukan apakah sudah terjadi wabah. Risiko global pun masih dianggap rendah karena belum ada kepastian tentang asal penyakit. Yang paling penting, khususnya bagi orangtua, adalah mengenali gejala penyakit ini,” katanya.
Leandro menuturkan, perawatan yang diberikan pada pasien untuk meringankan gejala yang muncul. Rekomendasi pengobatan akan terus disempurnakan setelah penyebab dari infeksi hepatitis akut ini dapat ditemukan.
Gejala
Adapun gejala yang muncul pada pasien dengan hepatitis akut misterius ini, antara lain, mual dan muntah, diare, demam, air kencing atau urine berwarna pekat, tinja berwarna pucat, serta ikterus atau sakit kuning (warna kuning pada sklera mata dan kulit). Gejala lain yang mungkin muncul, antara lain, nyeri sendi atau pegal-pegal, nyeri perut, lesu, hilang nafsu makan, dan kejang. Selain itu, pada pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan enzim hati SGOT atau SGPT lebih dari 500 mikro per liter.
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) Piprim Basarah Yanuarso dalam siaran pers menyatakan, seluruh dokter anak dan residen dokter anak perlu ikut mengawasi apabila gejala-gejala tersebut ditemukan pada pasiennya. Masyarakat pun perlu waspada akan gejala tersebut sehingga ketika gejala itu muncul bisa segera membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
Berbagai upaya pencegahan pun perlu diperhatikan. Pastikan selalu menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, selalu mengonsumsi air minum yang matang, mengonsumsi makanan yang bersih dan matang, tidak bergantian alat makan, serta membuang tinja atau popok sekali pakai di tempatnya. Protokol kesehatan dengan menggunakan masker dan menjaga jarak juga perlu dipatuhi.
”Dukungan dari tenaga medis dan tenaga kesehatan diperlukan untuk aktif mengedukasi masyarakat untuk segera mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat apabila ada anak atau anggota keluarga yang mengalami gejala yang terkait. Tindak lanjut dan pengawasan ketat juga dilakukan,” tutur Piprim.
Kasus tambahan
Dihubungi terpisah, Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, penyelidikan epidemiologi telah dilakukan pada kasus yang diduga sebagai kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya ini. Tercatat ada tiga kasus anak yang meninggal dengan dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya.
Ketiganya dirawat di RS Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo yang sebelumnya dirujuk dari rumah sakit yang berada di Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Gejala yang ditemukan pada pasien-pasien ini, seperti mual, muntah, diare berat, demam, penyakit kuning, kejang, dan penurunan kesadaran.
Nadia menuturkan, penyelidikan epidemiologi sudah dilakukan pada tiga kasus yang diduga dengan hepatitis akut. Penyelidikan pada satu kasus sudah hampir selesai. Dari hasil penyelidikan tersebut diketahui tidak ada keluarga yang menderita sakit serupa, baik sesudah maupun sebelum anak tersebut sakit.
”Sampai sekarang masih tiga suspek yang dilaporkan. Ada tambahan kasus di DKI Jakarta dengan gejala hepatitis, tetapi belum ada info selanjutnya yang dilaporkan,” katanya.
Kementerian Kesehatan telah meminta seluruh pemangku kepentingan meningkatkan kewaspadaan akan penyakit ini. Itu disampaikan melalui Surat Edaran Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown Aetiology).
Dalam surat edaran tersebut disebutkan, seluruh dinas kesehatan agar memantau dan melaporkan kasus dengan sindrom jaundis (penyakit kuning) akut. Laporan dari fasilitas pelayanan kesehatan terkait penyakit ini juga harus segera ditindaklanjuti dengan melakukan investigasi untuk mencari kasus tambahan.