Indonesia Tingkatkan Kewaspadaan terhadap Hepatitis Misterius pada Anak
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia meminta dinas kesehatan di daerah meningkatkan kewaspadaan terhadap hepatitis misterius pada anak-anak, yang saat ini menyebar di belasan negara.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia meminta jajaran dinas kesehatan di daerah untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap hepatitis misterius pada anak-anak, yang kini menyebar di belasan negara. Kantor kesehatan pelabuhan diminta memperketat pengawasan pelaku perjalanan, terutama berasal dari negara terjangkit saat ini.
Peringatan ini dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu melalui surat edaran dengan nomor HK.02.02/C/2515/2022 yang ditandatangani pada Rabu (27/4/2022).
Menurut Maxi, surat edaran dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, kantor kesehatan pelabuhan, sumber daya manusia kesehatan, dan para pemangku kepentingan terkait kewaspadaan dini penemuan kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya.
Dalam surat ini, Maxi meminta dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota untuk memantau dan melaporkan kasus sindrom jaundice akut atau penyakit kuning di Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR), dengan gejala ditandai dengan kulit dan sklera berwarna kuning dan urine berwarna gelap yang timbul mendadak.
Mereka juga diminta menginformasikan ke masyarakat untuk segera mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat apabila mengalami sindrom jaundice.
Kantor kesehatan pelabuhan juga diminta meningkatkan pengawasan terhadap penumpang dan kru, alat angkut, barang bawaan, vektor, dan lingkungan pelabuhan dan bandara, terutama yang berasal dari negara terjangkit saat ini.
Sesuai dengan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 23 April 2022, wabah hepatitis ini telah ditemukan di 12 negara, yaitu Inggris, Amerika Serikat, Israel, Denmark, Irlandia, Belanda, Spanyol, Italia, Norwegia, Perancis, Romania, dan Belgia. Terbaru, Kanada dan Jepang juga telah melaporkan dugaan hepatitis yang menyerang anak-anak ini.
Maxi juga meminta laboratorium kesehatan masyarakat untuk bersiap dan berkoordinasi dengan dinas kesehatan, rumah sakit rujukan, serta kantor kesehatan pelabuhan dalam melakukan pemantauan berupa pemeriksaan spesimen darah dan usap tenggorokan dari pasien yang diduga hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya.
Selain itu, laboratorium diminta melakukan asesmen mandiri terkait kapasitas dan sumber daya yang ada terkait pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan.
Demikian halnya rumah sakit diminta meningkatkan kewaspadaan dengan meningkatan kewaspadaan melalui pengamatan semua kasus sindrom jaundice akut yang tidak jelas penyebabnya dan ditangani sesuai tata laksana serta dilakukan pemeriksaan laboratorium. Rumah sakit juga diminta mengkaji catatan terkait kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya sejak 1 Januari 2022.
Dugaan penularan
Komite Ahli Hepatitis Kementerian Kesehatan, David Handojo Muljono, Kamis (28/4/2022), mengatakan, sejauh ini belum ada laporan temuan kasus hepatitis yang belum jelas etiologinya ini di Indonesia. ”Tahap saat ini adakah kewaspadaan dan pencegahan,” katanya.
Hingga saat ini, sumber penyebab dari penyakit yang menyerang pada anak-anak itu masih misterius. Pihak WHO dan sejumlah lembaga kesehatan di sejumlah negara yang menemukan kasus masih menyelidikinya. ”Dugaan sementara penularannya dari oral,” katanya.
Oleh karena itu, kata David, kebiasaan mencuci tangan yang sudah dimasukkan sebagai bagian dari pola hidup sehat selama pandemi Covid-19 hendaknya diteruskan. ”Masyarakat menjalankan protokol kesehatan ini untuk pencegahan,” tuturnya.
Sumber penyebab dari penyakit yang menyerang pada anak-anak ini masih misterius. WHO dan sejumlah lembaga kesehatan di sejumlah negara yang sudah menemukan kasus masih menyelidikinya.
WHO pertama kali menerima laporan mengenai 10 kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya pada anak-anak usia 11 bulan hingga 5 tahun pada periode Januari hingga Maret 2022 di Skotlandia Tengah. Sejak secara resmi dipublikasikan sebagai kejadian luar biasa (KLB) oleh WHO pada 15 April 2022, jumlah laporan terus bertambah. Laporan terbaru dari European Centre for Disease Prevention and Control menyebutkan, sudah ditemukan 190 kasus.
Sebagaimana dilaporkan WHO, gejala umum hepatitis adalah menguningnya kulit atau bagian putih mata, yang telah terlihat pada banyak anak yang terkena. Gejala hepatitis lainnya termasuk kelelahan, kehilangan nafsu makan, urine berwarna gelap, tinja berwarna terang, dan nyeri sendi.
Selain itu, banyak anak ini mengalami gejala gastrointestinal, termasuk sakit perut, diare, dan muntah. Sebagian besar kasus tidak mengalami demam. WHO juga melaporkan, 17 dari anak atau sekitar 10 persen yang terkena membutuhkan transplantasi hati dan setidaknya satu telah meninggal.