Setelah vaksinasi dimulai pada Rabu (13/1/2021) dengan penerima perdana Presiden Joko Widodo, sejumlah syarat efektivitas vaksinasi Covid-19 perlu dipastikan.
Oleh
Deonisia Arlinta/Ahmad Arif/Nina Susilo/Anita Yossihara/Frans Pati Herin/Kristian Oka/Fabio Costa/Helena F Nababan/Aguido Adri
·5 menit baca
Syarat efektivitas vaksinasi itu perlu dipastikan agar ”modal” positif di awal vaksinasi, salah satunya kepercayaan publik kepada pemerintah, tidak menjadi percuma. Sejumlah aspek itu di antaranya infrastruktur pendukung distribusi dan penyimpanan vaksin serta penapisan terhadap calon penerima vaksin.
Pakar farmokologi dan farmasi klinis Universitas Gadjah Mada, Zullies Ikawati, menyatakan, infrastruktur yang mendukung distribusi dan penyimpanan vaksin sangat krusial. Aspek-aspek itu di antaranya kapasitas rantai dingin (cold chain), sumber daya manusia vaksinator, dan pemantauan terhadap kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI).
”Perangkat yang menggerakkan publik juga perlu disiapkan agar warga mau divaksin dan mengikuti arah yang diberikan. Jika cakupan warga yang divaksin tidak mencapai target, kekebalan komunitas tidak terbentuk,” kata Guru Besar Fakultas Farmasi UGM itu.
Ketua Kelompok Kerja Bidang Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Erlina Burhan menambahkan, vaksinasi diberikan untuk melindungi orang yang sehat dari suatu penyakit. Untuk vaksin Covid-19 buatan Sinovac, kriteria penerima vaksin pun harus sehat dengan rentang usia 18-59 tahun. Ketentuan ini sesuai dengan kriteria penerima vaksin dalam uji klinis.
”Vaksin Sinovac tidak bisa diberikan kepada orang dengan komorbid (penyakit penyerta). Namun, ada pengecualian. Jika komorbidnya terkontrol, bisa diberikan. Misalnya, kepada orang dengan hipertensi. Jika saat akan divaksin tekanan darahnya 140/90, masih bisa,” tuturnya, Rabu (13/1/2021).
Karena itu, sebelum vaksinasi, perlu ada sejumlah pemeriksaan dasar yang meliputi pemeriksaan suhu tubuh dan tekanan darah. Jika suhu tubuh lebih dari 37,5 derajat celsius dan tekanan darah si calon di atas 140/90, pemberian vaksin harus ditunda.
Konsultan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat, Elizabeth Jane Soepardi, mengatakan, kepercayaan publik dan berbagai pihak kepada jajaran kesehatan diperlukan demi keberhasilan vaksinasi.
”Evaluasi berkala juga tentu akan dilakukan setelah vaksinasi. Diharapkan, masyarakat bisa percaya bahwa vaksinasi ini aman. Presiden pun menjadi penerima pertama. Ini diharapkan bisa meningkatkan kepercayaan masyarakat,” katanya.
Tetap disiplin
Vaksinasi Covid-19 telah dimulai Rabu (13/1/2021) dengan Presiden Joko Widodo sebagai penerima pertama. Program ini diharapkan bisa memutus rantai penularan Covid-19. Namun, sebelum kekebalan komunitas terbentuk, publik diminta memakai masker, menjaga jarak, dan sering mencuci tangan.
”Baru saja saya bersama perwakilan dari bidang kesehatan, perwakilan agama, perwakilan pedagang pasar dan pengusaha, perwakilan buruh, guru, serta tenaga kesehatan melakukan vaksinasi,” kata Presiden seusai disuntik vaksin oleh Prof Abdul Muthalib SpPD-KHOM di Istana Merdeka, Jakarta.
”Vaksin penting untuk memberikan perlindungan kesehatan kepada kita dan keselamatan keamanan bagi kita, masyarakat Indonesia, dan membantu percepatan proses pemulihan ekonomi,” kata Presiden Jokowi.
Meski demikian, Presiden tetap mengingatkan agar semua warga tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan, yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Sebab, proses vaksinasi ini memerlukan waktu yang panjang.
Ketua Umum IDI Daeng M Faqih, sebagai orang kedua program vaksinasi di Istana Merdeka, meminta polemik vaksin Covid-19 dihentikan. Sebab, setelah proses penelitian uji klinis yang panjang, penilaian oleh otoritas, yakni BPOM, sudah dilakukan. ”Senin kemarin kesimpulan sudah didapat, dinyatakan aman, efektif, suci, dan halal,” ujar Daeng.
Oleh karena itu, diharapkan vaksinasi bisa secepatnya mendorong kekebalan komunitas. Infeksi Covid-19 pun diharapkan tidak terjadi. ”Khusus untuk dokter dan tenaga kesehatan, kalau kekebalan terbentuk dan terhindar dari Covid-19, kita akan mengurangi angka gugurnya dokter dan tenaga kesehatan yang sekarang sudah lebih dari 500 orang di seluruh Indonesia,” kata Daeng.
Senin kemarin kesimpulan sudah didapat, dinyatakan aman, efektif, suci, dan halal.
Selain Presiden dan Ketua Umum IDI, vaksinasi juga diikuti Sekjen Ikatan Bidan Indonesia Ade Zubaedah serta Nur Fauzah mewakili perawat dan Lusy Noviani mewakili apoteker. Selain itu, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kepala Polri Jenderal (Pol) Idham Aziz juga divaksinasi.
Para tokoh agama juga mengikuti vaksinasi ini. Hadir Sekretaris Jenderal MUI Amirsyah Tambunan yang mewakili Muhammadiyah, Rais Syuriah PB Nahdlatul Ulama KH Ahmad Ishomuddin, Ronal Tapilatu (PGI), dan Agustinus Heri dari KWI. Selain mereka, juga I Nyoman Suarthanu (PHDI), Biku Nyana Suryanadi Mahathera (Permabudhi), dan Peter Lesmana dari Matakin.
Turut divaksinasi Raffi Ahmad yang mewakili anak-anak muda dan kelompok milenial. Perwakilan organisasi lain juga ikut divaksinasi, seperti Ketua Umum PGRI Unifah Rosyidi, Ketua Umum Kadin Rosan P Roslani mewakili pengusaha, Agustini Noviani mewakili buruh, dan Narti sebagai pedagang sayur.
Turut menjalani vaksinasi pada Rabu ialah Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito Kusumastuti, serta Ketua Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.
Di Jakarta, Dinas Kesehatan DKI Jakarta memastikan sudah menerima 120.040 dosis vaksin yang terlebih dahulu akan diberikan kepada 60.000 tenaga kesehatan. Sementara Pemerintah Kota Bogor siap menggelar program vaksinasi 9.160 dosis vaksin di 64 fasilitas kesehatan. Pada tahap awal, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim beserta sembilan pejabat lainnya akan menerima vaksin pada Kamis (14/1/2021) ini.
Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy mengatakan, 7.280 dosis vaksin buatan Sinovac diterima di Balai Penyimpanan Obat Kota Ambon. Vaksin itu diperuntukkan bagi 3.640 tenaga kesehatan dan pendukungnya sebagai prioritas pertama. Mereka akan divaksin dua kali dengan selang 14 hari.
Sebanyak 16.100 dosis vaksin didistribusikan ke dua kota berstatus zona merah di Sulawesi Utara, yaitu Manado dan Tomohon, Rabu (13/1/2021). Vaksin segera didistribusikan setelah Sulut menerima 8.760 dosis vaksin guna melengkapi 15.000 dosis yang datang sepekan sebelumnya.