Berjalan 10.000 Langkah Sehari dan Manfaatnya bagi Kesehatan
Berjalan kakilah sesibuk apa pun pekerjaan. Menambah jumlah langkah harian telah terbukti efektif mendukung kesehatan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
Kesibukan pekerjaan memaksa banyak orang duduk diam lebih dari 10 jam per hari. Sejumlah risiko kesehatan pun muncul akibat minimnya pergerakan. Berjalan kaki 10.000 langkah sehari membawa berbagai manfaat bagi kesehatan, mulai dari mencegah penyakit kardiovaskular hingga mengurangi risiko kematian dini.
Slogan berjalan 10.000 langkah sehari terus digaungkan. Namun, berbagai pihak menyebutkan, berjalan 8.000 langkah sehari, bahkan kurang dari itu, sudah cukup mendatangkan manfaat kesehatan. Terlepas dari perdebatan tersebut, berjalan kaki dan aktivitas fisik lainnya telah teruji menyehatkan tubuh.
Penelitian terbaru di University of Sydney, Australia, menemukan bahwa berjalan 10.000 langkah sehari dikaitkan dengan penurunan 39 persen risiko kematian dan 21 persen risiko penyakit kardiovaskular. Laporan hasil penelitian ini telah dipublikasikan di British Journal of Sports Medicine, Maret 2024.
Penulis utama penelitian itu, Matthew Ahmadi, mengatakan, hasil riset tersebut semakin menguatkan pentingnya pergerakan fisik bagi kesehatan. ”Masyarakat dapat dan harus mencoba mengimbangi dampak kesehatan dari waktu duduk yang tidak dapat dihindari dengan meningkatkan jumlah langkah harian mereka,” ujarnya, dilansir dari Sciencedaily.com, Sabtu (9/3/2024).
Riset ini menganalisis data dari 72.174 orang dengan usia rata-rata 61 tahun dari studi Biobank Inggris. Selama tujuh hari, para responden memakai akselerometer di pergelangan tangan untuk mengukur aktivitas fisik mereka. Data akselerometer tersebut digunakan untuk menghitung jumlah langkah harian dan waktu yang dihabiskan selama duduk atau berbaring saat terjaga.
Peneliti kemudian menelusuri riwayat kesehatan para partisipan dengan menghubungkan data rawat inap dan catatan kematian. Median waktu yang dihabiskan partisipan untuk duduk selama 10 jam 36 menit per hari.
Jumlah langkah yang lebih tinggi memiliki risiko kematian dini dan penyakit kardiovaskular lebih rendah.
Peserta penelitian yang menghabiskan waktu duduk selama 10,5 jam sehari atau lebih dianggap memiliki waktu duduk yang tinggi. Sementara mereka yang menghabiskan waktu duduk kurang dari 10,5 jam sehari hari tergolong dalam waktu duduk yang rendah.
Selama sekitar 6 tahun 11 bulan masa tindak lanjut, terjadi 1.633 kematian dan 6.190 kejadian penyakit kardiovaskular. Jumlah langkah yang lebih tinggi memiliki risiko kematian dini dan penyakit kardiovaskular lebih rendah.
Setelah mempertimbangkan berbagai faktor lainnya, para peneliti kemudian menghitung jumlah langkah optimal per hari untuk mengatasi dampak negatif dari lamanya duduk diam. Hasilnya, 9.000-10.000 langkah per hari dapat menurunkan hampir 40 persen risiko kematian dan lebih dari 20 persen risiko penyakit kardiovaskular.
Direktur Mackenzie Wearables Research Hub di Charles Perkins Centre, University of Sydney, Emmanuel Stamatakis, menyebutkan, semakin banyaknya penelitian aktivitas fisik yang menggunakan pengukuran berbasis perangkat memberikan peluang besar bagi peningkatan kesehatan masyarakat. Sebab, penghitungan langkah merupakan aktivitas fisik yang nyata dan mudah dipahami untuk memantau aktivitas fisik secara akurat.
”Kami berharap bukti ini akan menjadi masukan bagi pedoman aktivitas fisik dan perilaku sedentary (berdiam diri atau malas bergerak) berbasis perangkat yang harus mencakup rekomendasi utama mengenai langkah harian,” katanya.
Meskipun menggunakan ukuran sampel yang besar dan waktu tindak lanjut cukup lama, penelitian ini masih memiliki keterbatasan. Selain adanya kemungkinan faktor-faktor lain yang tidak terukur, penghitungan jumlah langkah juga diperoleh dalam satu kurun waktu tertentu.
Akan tetapi, menambah jumlah langkah harian telah terbukti efektif mendukung kesehatan. Jadi, berjalan kakilah sesibuk apa pun aktivitas dan pekerjaan.