logo Kompas.id
HumanioraWarisan Kolonial di Balik...
Iklan

Warisan Kolonial di Balik Peminggiran Budaya Pangan Lokal

Peminggiran pangan lokal merupakan bentuk hegemoni budaya yang berwatak kolonial serta merusak kemandirian dan kesehatan warga.

Oleh
AHMAD ARIF, YOLA SASTRA, FRANS PATI HERIN, SAIFUL RIJAL YUNUS
· 9 menit baca
Mateus Sakulok (54), warga Dusun Rogdok, Desa Madobag, Kecamatan Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, tengah mengolah sagu bersama istri. Kegiatan menyagu saat ini hanya dilakukan warga Mentawai di pedalaman seiring semakin tingginya pergeseran konsumsi ke beras.
KOMPAS/AHMAD ARIF

Mateus Sakulok (54), warga Dusun Rogdok, Desa Madobag, Kecamatan Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, tengah mengolah sagu bersama istri. Kegiatan menyagu saat ini hanya dilakukan warga Mentawai di pedalaman seiring semakin tingginya pergeseran konsumsi ke beras.

Peminggiran beragam pangan lokal tidak lepas dari upaya kolonialisasi Belanda ke kepulauan Nusantara yang semakin diperkuat di era Orde Baru dan diteruskan hingga kini. Jejak peminggiran pangan lokal secara lintas periode itu jelas terlihat di Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.

Darmanto, peneliti Mentawai yang menjadi Research Fellow at the Oriental Institute, Czech Academy of Sciences, dalam tulisannya di Journal of Southeast Asian Studies (2023) mengungkap sejarah pergeseran sagu ke beras di Mentawai.

Editor:
ADHITYA RAMADHAN
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000