Sebagian Besar Orang Dewasa Pernah Alami Gangguan Kesehatan Mental
Mayoritas orang dewasa hingga usia 75 tahun pernah mengalami gangguan kesehatan mental dalam hidup mereka. Upaya mengelola kesehatan mental perlu dilakukan sejak dini dengan berolahraga atau melakukan aktivitas fisik.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hasil studi terbaru menunjukkan mayoritas orang dewasa hingga usia 75 tahun pernah mengalami gangguan kesehatan mental dalam hidup mereka. Pencegahan gangguan sekaligus pengelolaan kesehatan mental perlu dilakukan sejak dini dengan berolahraga atau melakukan beragam aktivitas fisik yang positif.
Sebuah studi global yang dipimpin oleh para peneliti dari University of Queensland, Australia, dan Harvard Medical School, Amerika Serikat,menemukan tingginya prevalensi gangguan kesehatan mental pada orang dewasa hingga usia 75 tahun. Laporan lengkap studi para peneliti dari 27 negara ini telah diterbitkan di The Lancet Psychiatry, 30 Juli 2023.
Dalam studi ini, para peneliti menganalisis data dari lebih dari 150.000 orang dewasa di 29 negara antara tahun 2001-2022. Peneliti juga mengambil data dari serangkaian gambar wajah terkoordinasi, wawancara tatap muka, dan memprakarsai Survei Kesehatan Mental Dunia dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Penulis utamastudi ini yang juga seorangprofesor dari University of Queensland, John McGrath, mengemukakan, sekitar 50 persen dari populasi yang ditelitipernah mengalami setidaknya satu gangguan pada usia 75 tahun.Salah satu jenis yang paling umum ditemukan yakni gangguan suasana hati seperti depresi berat atau kecemasan.
”Kami juga menemukan risiko gangguan mental tertentu berbeda berdasarkan jenis kelamin,” ujar McGrath dikutip dari situs resmi University of Queensland, Selasa (1/8/2023).
Tercatat tiga gangguan kesehatan mental yang paling umum ditemukan di kalangan wanita, yakni depresi, fobia spesifik atau kecemasan melumpuhkan yang mengganggu kehidupan sehari-hari, dan stres pascatrauma (PTSD). Sementara tiga gangguan kesehatan mental pada pria yaitu penyalahgunaan alkohol, depresi, dan fobia spesifik.
Selain pada orang dewasa, hasil studi ini juga menemukan gangguan kesehatan mental pertama kali kerap muncul pada masa kanak-kanak, remaja, atau dewasa muda.
Menurut McGrat, usia puncak onset atau permulaan gangguan kesehatan mental terjadi pada usia 15 tahun. Pada pria, onset terjadi rata-rata pada usia 19 tahun, sedangkan untuk wanita pada usia 20 tahun. ”Ini memberi bobot pada kebutuhan terkait ilmu saraf dasar untuk memahami mengapa gangguan ini berkembang,” katanya.
Hasil studimenunjukkan bahwa aktivitas fisik sangat bermanfaat untuk memperbaiki gejala depresi, kecemasan, dan kesusahan.
Profesor Ronald Kessler dari Harvard Medical School yang juga terlibat dalam studi ini mengatakan, saat ini dibutuhkan layanan kesehatan mental dengan fokus khusus pada kaum muda. Layanan tersebut harus dapat mendeteksi dan mengobati gangguan mental yang umum dengan cepat dan dioptimalkan agar sesuai dengan karakter pasien.
”Dengan memahami usia di mana gangguan ini biasanya muncul, kami dapat menyesuaikan intervensi kesehatan masyarakat dan mengalokasikan sumber daya. Ini untuk memastikan dukungan yang tepat dan cepat tersedia bagi individu yang berisiko,” ungkapnya.
Mengelola kesehatan mental
Dalam studi terpisah lainnya dari University of South Australia, upaya untuk mengelola kesehatan mental dapat dilakukan dengan berolahraga atau aktivitas fisik lainnya. Upaya ini lebih efektif dibanding melakukan konseling atau meminum obat-obatan.
Studi yang diterbitkan dalam British Journal of Sports Medicinepada Februari 2023 merupakan laporan paling komprehensif hingga saat ini yang mencakup 97 ulasan, 1.039 percobaan, dan melibatkan 128.119 peserta. Hasil studi menunjukkan bahwa aktivitas fisik sangat bermanfaat untuk memperbaiki gejala depresi, kecemasan, dan kesusahan.
Peneliti utama studi ini, Ben Singh, menekankan, aktivitas fisik harus menjadi prioritas untuk mengelola kasus kondisi kesehatan mental dengan lebih baik.Namun, terlepas dari bukti ilmiahnya, aktivitas fisik belum diadopsi secara luas sebagai pilihan pertama untuk mengobati dan mengelola kesehatan mental.
”Kami juga menemukan bahwa semua jenis aktivitas fisik dan olahraga bermanfaat untuk mengelola kesehatan mental, termasuk aerobik seperti berjalan, latihan ketahanan, pilates, serta yoga.Hal terpenting yaitu seseorang tidak perlu banyak berolahraga untuk membuat perubahan positif pada kesehatan mental,” tuturnya.