Generasi Muda Paling Banyak Alami Stres di Tempat Kerja Selama Pandemi
Hasil studi menunjukkan, pekerja muda yang baru menjalani awal karier lebih banyak mengalami stres akibat pandemi Covid-19. Dukungan dari tempat kerja sangat penting untuk mengurangi dampak stres bagi pekerja tersebut.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
KOMPAS/HERU SRI KUMORO (KUM)
Anak-anak muda yang hadir dalam bincang santai bertajuk ”Mendesak tapi Santuy” di kawasan Setiabudi, Jakarta, Rabu (8/10/2019).
LONDON, KAMIS — Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang signifikan bagi kesehatan mental masyarakat, termasuk generasi muda. Bahkan, pekerja usia muda merupakan kelompok yang paling banyak mengalami stres di tempat kerja selama pandemi dibandingkan para pekerja senior.
Kondisi stres yang dialami generasi muda ini terangkum dalam hasil studi yang dilakukan pakar manajemen di Kingston University’s Business School, Inggris, dan Maynooth University di Irlandia. Laporan lengkap studi ini telah terbit di Journal of Vocational Behavior, Oktober 2022.
”Pandemi telah dilaporkan secara luas berdampak negatif pada kesehatan mental seluruh populasi, terutama orang muda. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengaruh pandemi terhadap individu pada berbagai tahap kehidupan dan karier,” ujar profesor dari Kingston Business School Christina Butler dikutip dari situs resmi universitas tersebut, Kamis (17/11/2022).
Penelitian ini berfokus mengamati orang-orang di lima tahap, yakni saat awal merintis karier hingga kelompok yang akan memasuki masa pensiun. Peneliti kemudian menemukan adanya perbedaan dari setiap kelompok dalam menyikapi gangguan terkait pandemi yang berkelanjutan di tahun 2020 dan melakukan penyesuaian ke depan.
Para peneliti pertama kali melakukan survei di 30 negara berbeda pada April 2020 atau setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Covid-19 sebagai pandemi. Setelah itu, survei terus dilakukan dengan interval dua minggu sekali selama delapan minggu.
LASTI KURNIA
Wiwin Umbara, manager brand activation sebuah perusahaan swasta, rapat secara daring dengan anggota timnya saat menjalani bekerja dari rumah (WFH) dalam masa isolasi mandiri di rumahnya di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta, Jumat (27/3/2020).
Hasil survei menunjukkan, stres dihadapi oleh orang-orang muda yang tengah berada di awal karier. Pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka juga mengalami gangguan besar selama pandemi. Bahkan, orang-orang yang bekerja dari rumah mengalami peningkatan rasa kesepian dan berbagai masalah kesehatan mental lainnya.
”Dalam keadaan normal, pekerja generasi muda membutuhkan dukungan tambahan dari manajer mereka dan itu diperparah selama pandemi. Ini terungkap ketika kami melihat bahwa pendatang baru di dunia kerja tidak dapat mengatasi dengan baik khususnya di bawah tekanan kerja jarak jauh,” tutur Butler.
Generasi muda yang tengah berada di awal karier cenderung menarik diri atau menghindari kontak dengan orang lain selama pandemi.
Penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa generasi muda yang tengah berada di awal karier cenderung menarik diri atau menghindari kontak dengan orang lain selama pandemi. Padahal, hal ini dapat bermanifestasi sebagai karyawan yang menunjukkan kurangnya minat terhadap pekerjaan tersebut.
Sementara pekerja yang tengah berada pada pertengahan karier juga rentan mengalami kelelahan selama pandemi. Dalam beberapa kasus, kondisi ini terjadi karena adanya tanggung jawab lain yang harus dihadapi mereka seperti pembelajaran dari rumah karena adanya kebijakan penutupan sekolah.
Selain itu, menurut Butler, pandemi juga berdampak terhadap kelompok pekerja usia di atas 50 tahun yang akan memasuki masa pensiun. Akibat pandemi, mayoritas dari kelompok usia ini memutuskan untuk meninggalkan profesinya lebih cepat sebelum pensiun meskipun sebagian dari mereka masih cukup produktif.
”Kelompok usia ini telah memulai kembali kariernya terutama selama pandemi meskipun mereka mungkin tidak sepenuhnya meninggalkan pekerjaan. Mereka mungkin hanya berganti profesi dengan pindah ke luar kota atau bekerja dengan waktu yang lebih sedikit,” katanya.
Mengurangi stres
Selain mengamati kesejahteraan para pekerja dari berbagai kelompok umur, penelitian ini juga menyelidiki faktor-faktor yang dapat mengurangi stres atau kelelahan. Hal ini dapat dilakukan seperti memberikan otonomi yang lebih tinggi kepada karyawan di tempat kerja.
”Perusahaan harus memberikan berbagai jenis dukungan yang dibutuhkan karyawan untuk membantu mereka melewati krisis. Dukungan ekstra juga diperlukan untuk membantu karyawan muda yang tidak mampu menghadapi tekanan baru dengan baik dan menyeimbangkan tuntutan pekerjaan saat bekerja dari jarak jauh,” papar Butler.
Butler menyebut dukungan dari perusahaan untuk meringankan dampak pandemi bagi karyawan pada akhirnya dapat membantu tenaga kerja lebih produktif. Setiap orang juga akan memiliki konektivitas yang lebih besar dan meningkatkan rasa nyaman di tempat kerja.
Profesor di Maynooth University yang sekaligus pemimpin studi ini, Audra Mockaitis, menekankan bahwa perusahaan harus mengamati kesejahteraan karyawan yang terdampak pandemi seiring dengan kembalinya sistem kerja tatap muka saat ini. Hal ini penting mengingat dampak pandemi berbeda-beda untuk setiap orang.
”Tanggapan dan dukungan perusahaan yang buruk akan membuat efek pandemi akan bertahan lebih lama bagi banyak orang. Perusahaan harus memberikan dukungan yang lebih baik untuk karyawan di semua tahap karier,” tuturnya.