Pemerintah Rancang Rencana Induk Keanekaragaman Hayati IKN
Pembangunan IKN terus dilakukan dengan mengupayakan kelestarian lingkungan, salah satunya terkait keanekaragaman hayati.
Oleh
Ayu Octavi Anjani
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah sedang merancang Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati yang hingga kini masih terus dimatangkan, salah satunya menyiapkan Rencana Induk Keanekaragaman Hayati Ibu Kota Nusantara atau IKN. Hal ini di antaranya untuk memastikan pembangunan IKN di Kalimantan Timur tetap mengedepankan kelestarian lingkungan, termasuk terkait dengan keanekaragaman hayati.
Direktur Pengembangan Pemanfaatan Kehutanan dan Sumber Daya Air Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) Pungky Widiaryanto menuturkan, Ibu Kota Nusantara (IKN) didesain sebagai kota hutan untuk memenuhi 75 persen kawasan tersebut sebagai area hijau. Pembangunan IKN dijanjikan mengedepankan prinsip serasi dengan alam, keseimbangan ekologi, dan berwawasan lingkungan untuk upaya mitigasi perubahan iklim, polusi udara, dan menjaga kualitas air.
Oleh karena itu, pemerintah telah menyiapkan IKN Biodiversity Strategies and Action Plan (IBSAP) pada 2020 untuk mempertahankan keanekaragaman hayati di sana dengan membuat Rencana Induk Keanekaragaman Hayati. Selain itu, Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2023 tentang Pengarusutamaan Keanekaragaman Hayati dalam Pembangunan Berkelanjutan mengharuskan pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk menyusun rencana induk tersebut.
Keterlibatan universitas dan LSM tentu dapat memperkaya pengetahuan soal konservasi berdasarkan desain seperti IKN ini.
”Saat ini Rancangan Induk Keanekaragaman Hayati IKN masih dalam tahap kick off atau permulaan melalui berbagai rapat. Kemudian, proses selanjutnya ialah pengumpulan data dan analisis, konsultasi publik, penyesuaian dan analisis lanjutan, konsultasi publik kembali, dan penyusunan dokumen final,” kata Pungky saat memaparkan soal IBSAP dalam Workshop Keanekaragaman Hayati Ibu Kota Nusantara di Jakarta Pusat, Senin (22/5/2023).
Lebih lanjut, Rencana Induk Keanekaragaman Hayati IKN mencakup beberapa elemen, yaitu pengenalan dan pendahuluan terkait kondisi keanekaragaman hayati Indonesia secara umum dan konteksnya dalam pengembangan IKN secara khusus. Kemudian, pemeriksaan kebijakan dan komitmen negara terhadap keanekaragaman hayati, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Selain itu, pemetaan pemangku kepentingan, baik internal maupun eksternal, serta penentuan visi dan tujuan. Pelaksanaan program-program inti strategi keanekaragaman hayati untuk pengelolaan konservasi dan perbaikan area hijau, perencanaan implementasi, dan hal-hal mendasar lainnya.
Berdasarkan data Balai Penerapan Standar Instrumen (BPSI) Lingkungan Hidup dan Kehutanan Samboja terdapat sebanyak 33 jenis mamalia, 64 jenis burung, 3 jenis hewan air, dan 296 jenis tumbuhan di wilayah IKN. Oleh karena itu, untuk mewujudkan IKN sebagai smart forest city, diperlukan perlindungan lingkungan, mulai dari perencanaan detail serta memastikan rancangan bangun rinci (detail engineering design/DED) pekerjaan konstruksi memenuhi aspek lingkungan.
”Saat ini proses konstruksi IKN masih terbatas dalam banyak hal. Namun, perlu diketahui, proses saat ini juga berjalan cukup cepat dan kami terus mengontrol area yang menjadi zona lindung atau zona hijau di sana dengan mengeluarkan surat edaran memperhatikan keanekaragaman hayati selama pembangunan,” ucap Pungky.
Pembangunan tersebut akan mengubah fungsi hutan produksi dan areal penggunaan lain (APL) menjadi kawasan lindung. Kemudian, kawasan hutan akan ditata kembali berdasarkan fungsi hutan serta merancang koridor satwa dan mewujudkan nol emisi karbon (net zero emission).
Pemulihan ekosistem
Kepala Subbidang Sumber Daya Genetika Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Moh Haryono mengatakan, kawasan hutan IKN yang merupakan kawasan satu jenis pohon (monokultur), yaitu eukaliptus, tidak dapat dipulihkan ke keadaan semula. Namun, sedang diupayakan pemulihan ekosistemnya.
”IKN memiliki pusat pembibitan atau pembenihan bernama Persemaian Mentawir yang bertujuan menghijaukan kawasan IKN. Target ke depan, menghasilkan sekitar 15 juta bibit per tahun untuk ditanam,” ucap Haryono, Senin (22/5/2023).
Kawasan IKN akan ditanami tumbuhan eukaliptusyang dibibitkan di Persemaian Mentawir. Selain itu, akan ditambah pohon buah-buahan, seperti durian dan jambu, untuk menarik satwa-satwa kembali ke kawasan tersebut. Meskipun begitu, bibit-bibit itu tidak hanya untuk kawasan IKN, tetapi juga seluruh Pulau Kalimantan, misalnya untuk menanami kawasan bekas tambang serta lahan kritis yang perlu dihijaukan kembali.
Guru Besar Konservasi Biologi Universitas Indonesia Jatna Supriatna berpandangan, pembuatan Rencana Induk Keanekaragaman Hayati IKN tidak dapat dilakukan pemerintah saja, tetapi perlu berkolaborasi dengan sejumlah pihak. Lembaga swadaya masyarakat, universitas, dan media diharapkan terlibat dalam penelitian serta menyebarluaskan informasi terkait pembangunan IKN.
”Keterlibatan universitas dan LSM tentu dapat memperkaya pengetahuan soal konservasi berdasarkan desain seperti IKN ini. Akan sangat menarik melihat dampaknya terhadap ekosistem, terutama penemuan spesies-spesies baru, seperti spesies interior yang merupakan satwa yang tidak bisa jauh dari habitat aslinya,” ujar Jatna.