”Traveling” Jauh dari Rumah Mendukung Kesehatan Lebih Baik
Ketika ”traveling”, seseorang lebih memungkinkan bertemu dengan keluarga, teman, dan mendapatkan teman baru. Hal ini dikaitkan dengan kesehatan mental lebih baik karena interaksi sosial yang meningkat.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA
Pengunjung berwisata di Pantai Tablolong, Kupang, Nusa Tenggara Timur, Selasa (29/11/2022). Pantai ini berjarak sekitar 30 kilometer dari Kota Kupang yang dapat ditempuh dalam waktu satu jam dengan perjalanan darat.
JAKARTA, KOMPAS —Traveling atau bepergian jauh dari rumah meningkatkan partisipasi sosial dengan bertemu orang lain, mengakses lokasi baru, dan melakukan berbagai aktivitas yang mendukung kesehatan seseorang. Studi terbaru di UCL-London’s Global University, Inggris, menyebutkan, orang yang secara teratur bepergian lebih dari 15 mil atau 24 kilometer dari rumah cenderung mengalami kesehatan lebih baik.
Ketika traveling, seseorang lebih memungkinkan bertemu dengan keluarga, teman, dan mendapatkan teman baru. Hal ini dikaitkan dengan kesehatan mental lebih baik karena interaksi sosial yang meningkat.
”Variabel kuncinya adalah jumlah tempat berbeda yang dikunjungi orang di luar wilayah lokal mereka. Ini terkait dengan lebih banyak partisipasi sosial dan kesehatan yang lebih baik,” ujar penulis utama studi tersebut, Paulo Anciaes, dilansir dari eurekalert.org, Kamis (5/1/2023).
Penelitian ini menjalankan survei daring terhadap 3.014 penduduk di utara Inggris. Hasil riset telah dimuat dalam Journal of Transport & Health.
Diaspora Indonesia di Azerbaijan traveling bareng ke Five Fingers Mountains (Besh Marmag).
Studi tersebut juga mengutip beberapa penelitian terdahulu yang menyebutkan efek partisipasi sosial pada kesehatan. Efek ini dapat dijelaskan dengan peran mediasi dari dukungan sosial yang meningkat sehingga memengaruhi perilaku promosi kesehatan terkait dengan pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit.
Para peneliti juga menyoroti faktor dukungan transportasi pribadi dan publik untuk melakukan traveling. Oleh karena itu, dibutuhkan kebijakan pemerintah untuk mengurangi kendala dalam bepergian dengan menyediakan transportasi memadai.
”Kami menjelajahi hubungan antara kendala untuk melakukan perjalanan lebih dari 15 mil dari rumah, demografi dan lokasi, serta partisipasi sosial dalam cara penduduk memandang kesehatan mereka sendiri,” katanya.
Studi di beberapa negara telah menemukan sejumlah individu melakukan lebih sedikit perjalanan untuk mengunjungi keluarga dan teman karena kurangnya akses transportasi. Tidak memiliki mobil, surat izin mengemudi (SIM), atau terbatasnya akses menggunakan angkutan umum mengurangi partisipasi dalam kegiatan sosial di luar rumah.
Studi terbaru di UCL-London’s Global University, Inggris, menyebutkan, orang yang secara teratur bepergian lebih dari 15 mil atau 24 kilometer dari rumah cenderung mengalami kesehatan lebih baik.
”Hasil studi ini menekankan perlunya kebijakan publik yang mengurangi kendala untuk bepergian dengan memberikan pilihan yang lebih baik untuk angkutan pribadi dan umum sehingga memungkinkan perjalanan lebih sering dan lebih lama,” ujarnya.
Studi ini juga menemukan hubungan antara kendala perjalanan, partisipasi sosial, dan kesehatan lebih kuat di antara penduduk berusia di atas 55 tahun. Hal itu berkaitan dengan jarangnya kontak dengan teman dan berpartisipasi dalam komunitas karena beragam hambatan.
Anciaes menambahkan, kelompok ini lebih mungkin menderita kesepian. Sebab, di bagian utara Inggris, daerah perdesaan dan pinggiran kota dengan pilihan akses terbatas mengalami kehilangan populasi karena kaum muda pindah ke kota untuk mencari pekerjaan. Sementara itu, generasi yang lebih tua tertinggal di daerah-daerah tersebut dengan pilihan transportasi terbatas.
Wisatawan duduk santai di pantai barat Pangandaran, Jawa Barat, Senin (8/8/2022).
”Kisaran tempat yang dapat mereka kunjungi sedikit menyebabkan berkurangnya partisipasi sosial dan rendahnya tingkat kesehatan,” ujarnya.
Sementara itu, dalam penelitian berjudul ”Transportasi, Pengucilan Sosial, dan Kesehatan” di Journal of Transport & Health pada 2015, Roger L Mackett, peneliti dari University College London, menyebutkan, berbagai intervensi transportasi sangat diperlukan untuk mengatasi pengucilan sosial.
”Transportasi memengaruhi kesehatan dalam beberapa cara, seperti menyediakan aktivitas fisik melalui berjalan kaki dan bersepeda, menuju fasilitas rekreasi, serta perawatan kesehatan,” katanya.