Mahasiswa Diajak Berpikiran Terbuka pada Tren Pekerjaan
Talenta baru dalam dunia kerja tetap dibutuhkan meski ada tantangan resesi global dan perlambatan ekonomi. Pembentukan talenta muda yang siap kerja ini harus serius dilakukan perguruan tinggi.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dunia kerja menghadapi fenomena resesi global dan bubble burst yang membutuhkan talenta tangguh dan memiliki keterampilan nonteknis atau soft skill yang kuat. Meski demikian, peluang mendapat pekerjaan idaman bagi mahasiswa yang baru lulus, baik magang maupun penuh waktu, tetap terbuka. Untuk itu, mahasiswa diajak berpikiran terbuka dengan tren pekerjaan baru dan terus meningkatkan kecakapan diri dengan tuntutan dunia kerja.
Associate DirectorMichael Page (perusahaan perekrutan profesional) Amelia Lestari menyampaikan hal itu dalam webinar bertema ”Bright Future Talks – Be A Resilient Talent in Bubble Burst Era", yang digelar Sampoerna University, di Jakarta, Rabu (21/12/2022). Fenomena bubble burst merupakan siklus ekonomi yang ditandai dengan peningkatan pesat nilai pasar atau harga aset diikuti penurunan nilai secara drastis.
Amelia menjelaskan, untuk perusahaan rintisan atau start up, memang ada fenomena pengurangan tenaga kerja. Namun, sejak Desember ini industri-industri lain mulai bagus pertumbuhannya dan membuka perekrutan tenaga kerja.
Maka dari itu, mahasiswa harus memastikan dirinya memiliki kecakapan teknis (hard skill) dan soft skill. Penguasaan hard skill menyesuaikan dengan kebutuhan industri dan fungsinya. Sebagai contoh, untuk bidang pertambangan, kecakapan yang terkait bidang teknik menjadi penting. Di bidang keuangan, ada kemampuan mengenai akuntansi, pajak, penjualan, dan pemasaran.
”Tapi yang menarik di soft skill sehingga harus terus dibangun dalam diri tiap orang, terutama mahasiswa. Di semua industri, mintanya orang-orang tangguh, proaktif, lincah, mampu beradaptasi dengan budaya perusahaan, hingga mempunyai rasa kepemilikan. Intinya, perusahaan maunya pekerja yang tidak harus disuruh dulu untuk kerja, niat bekerja, mampu membuat perbedaan, dan berkontribusi pada kemajuan perusahaan,” tuturnya.
Terkait keterampilan nonteknis, lanjut Amelia, penting sekali bagi institusi pendidikan mendorong para siswanya untuk bisa mengasah keterampilan ini melalui beragam program, organisasi, magang, hingga networking. Selain itu, latar belakang pendidikan, seperti kredensial institusi dan gelar internasional, juga cukup penting karena menjadi nilai tambah bagi perusahaan dalam memilih calon karyawannya.
Di semua industri, mintanya orang-orang tangguh, proaktif, lincah, mampu beradaptasi dengan budaya perusahaan, hingga mempunyai rasa kepemilikan.
Amelia menambahkan, peluang kerja sebenarnya terbuka yang membutuhkan talenta berkualitas dari lulusan perguruan tinggi. Selain pemasaran digital, permintaan tinggi juga untuk talenta yang memahami tentang keberlanjutan. Sebab, perusahaan-perusahaan makin dituntut menjalankan konsep bisnis bekerlanjutan dengan menerapkan society and environmental governace (SEG). Perusahaan dituntut untuk ramah lingkungan, termasuk tentang menghitung karbon.
”Posisi SEG ini akan banyak dicari dan menjadi booming. Semua perusahaan akan ke sana. Di era sekarang ini yang semuanya digital, semakin mudah bagi mahasiswa untuk meningkatkan kapasitas dirinya,” kata Amelia.
Sementara itu, Talent Acquisition Division Head MNC Bank Ahmad Mawardi mengutarakan, dimulai dari pandemi Covid-19, lalu masuk ke era bubble burst, dunia kerja mengalami tantangan. Namun, tidak semua industri terdampak. Perusahaan-perusahaan memang ada yang melakukan penyesuaian hingga menunda perekrutan karyawan baru dengan mengoptimalkan karyawan yang ada.
Ekspektasi dan realitas
Ahmad menjelaskan, dalam melihat tren kebutuhan perusahaan saat ini, terdapat beberapa kualitas yang harus dimiliki para talenta atau sumber daya manusia (SDM) di masa depan. ”Di masa mendatang SDM harus memiliki semangat juang, interpersonal skill, personal branding, lebih mengeksplorasi dan mutakhir atau more explore & up to date, serta disiplin,” ungkapnya.
Selain itu, latar belakang pendidikan sangat membantu dalam membentuk pola pikir, potensi, dan paparan yang dimiliki oleh kandidat. ”Dengan demikian, ke depan kompetensi tersebut dapat menjadi modal utama dalam menghadapi dunia kerja,” kata Ahmad.
Berdasarkan pengalaman merekrut talenta generasi Z, mereka sering kali tidak mampu menyesuaikan antara harapan dan kenyataan. Sebagai lulusan baru dengan minim pengalaman, misalnya, generasi Z yang merasa merupakan lulusan perguruan tinggi ternama, misalnya, sudah menuntut banyak hal, dari gaji tinggi dan tunjangan hingga fasilitas lainnya.
”Realitasnya, tiap perusahaan berbeda, ada kondisi minimum. Realitas ini yang sering kali tidak dipahami. Merasa harus langsung di posisi manajer, misalnya,” tuturnya.
Maka dari itu, mahasiswa perlu membuka pikiran terhadap kesempatan kerja yang ada, sebagai investasi untuk menggali potensi diri atau kesesuaian dunia kerja dengan minatnya. Ketika mahasiswa baru lulus masih kurang pengalaman kerja dan kompetensi belum sesuai, kesempatan kerja di awal lebih untuk memperkuat portofolio sambil terus menemukan bidang yang sesuai dengan harapan karier di masa depan.
Student & Alumni Affairs Manager Sampoerna University Farrah Mahdaly menjelaskan, webinar mengenai perkembangan dunia kerja ini bertujuan untuk berbagi wawasan dan ide kepada mahasiswa sebagai upaya menciptakan SDM berkualitas dengan resiliensi dan kompetensi tinggi di era resesi global dan fenomena bubble burst.
”Kegiatan edukatif ini menjadi salah satu upaya kami untuk menghadirkan dan membahas wawasan terkini dari para pelaku industri, serta bagaimana Sampoerna University bisa memainkan peran solutif di dalam mata rantai pertumbuhan SDM Indonesia yang berkualitas dan tangguh menghadapi berbagai musim dan situasi,” papar Farrah.
Sebagai institusi pendidikan, Sampoerna University mempersiapkan mahasiswa menghadapi berbagai tantangan di masa depan melalui ekosistem pendidikan dengan kurikulum khas Amerika. Selain memperhatikan pemenuhan akademik, penting juga membekali mahasiswa dengan kompetensi yang dibutuhkan saat memasuki dunia kerja sehingga mahasiswa lebih siap dan percaya diri terhadap keterampilan serta keahlian yang mereka miliki.
Melalui divisi Student & Alumni Affairs (SAA) Program, layanan konseling karier tersedia untuk membantu mahasiswa agar siap memasuki dunia kerja dan bersaing dalam kancah global melalui pengalaman magang dan peluang kerja berupa lokakarya karier.
Selain itu, ada dukungan dalam pembuatan atau review CV & online profile review, pengumuman lowongan kerja, dan akses belajar di LinkedIn. ”Kami menawarkan sesi pelatihan dan sertifikasi yang diberikan para profesional serta dirancang untuk membantu mahasiswa mencapai kesuksesan akademik dan profesional,” ujar Farrah menutup pembicaraan.