Beradaptasi di Dunia Kerja
Anak muda punya berbagai strategi agar sukses di dunia kerja. Apa saja yang mereka lakukan?

Febri, Caca, Rico, dan Mutiara, (kiri ke kanan) karyawan Lotte Shopping Avenue, Jakarta, tengah membahas pekerjaan, Kamis (11/8/2022).
Deg-degan, senang, sekaligus takut. Anak muda mana pun pasti akan merasakan campur baur emosi itu saat baru pertama bekerja. Meskipun awalnya kelabakan, mereka mempunyai sejumlah strategi agar bisa betah menempuh dunia karier yang penuh dinamika.
Sudah setahun lamanya Ardita Mayasari (24) yang bekerja sebagai admin media sosial dari sebuah jenama lokal yang memproduksi sandal dan tas kulit di Jakarta. Selama tiga sampai enam bulan pertama, gadis yang biasa disapa Dita mengakui agak sedikit terkendala dengan level kecepatan dalam bekerja.
Dia tidak menyangka, mengurusi media sosial cukup menyita waktu dan membutuhkan konsentrasi tinggi. Sebelumnya, Dita hanya memperlakukan media sosial sebagai media untuk bersenang-senang belaka.
”Kan sebelumnya pakai medsos, tapi cuma buat posting-posting aja, sama lihat-lihat apa sih yang lagi tren atau jadi bahan pembicaraan di luar. Nah, ini beda, buat kerja. Jadi, bikin konten-konten yang bermutu sesuai target. Ini yang awal-awal bikin aku pusing. Lama-lama aku belajar ngebut dan berusaha fokus, lumayan bisa akhirnya,” katanya di Jakarta, Rabu (10/8/2022).
Namun, pekerjaannya yang baru seumur jagung itu bisa Dita lakukan dengan lancar berkat anggota tim pemasaran lain. Mereka memberikan tuntunan dalam pekerjaannya. Semua hal didiskusikan sehingga dia merasa sangat terbantu dalam melakukan pekerjaannya.
”Semua sudah ada target lengkap dengan cara-cara untuk mencapainya, jadi aku merasa terbantu. Jelas mau ngapain aja. Kalau ada masalah juga selalu bisa dibicarakan, jadi seneng aja gitu. Enggak bingung sendirian ha-ha-ha,” kata Dita.
Satu hal yang masih jadi kendala bagi Dita justru bagaimana bekerja sama dengan anggota tim yang lain karena dia merasa dirinya sangat introvert. Kadang, mengomunikasikan sebuah ide saja sudah membuat keringatnya bercucuran karena tegang.
Kan sebelumnya pakai medsos, tetapi cuma buat posting-posting aja, sama lihat-lihat apa sih yang lagi tren atau jadi bahan pembicaraan di luar. Nah, ini beda, buat kerja. Jadi bikin konten-konten yang bermutu sesuai target. Ini yang awal-awal bikin aku pusing. Lama-lama aku belajar ngebut dan berusaha fokus, lumayan bisa akhirnya.
”Belum ketemu nih sampai sekarang solusinya. Aku masih lebih banyak diam. Jadi, kadang stres juga kayak enggak bisa santai kayak teman-teman lain. Khawatirnya ini bisa menghambat pekerjaanku ke depannya,” ujarnya.
Sama halnya dengan Dita, Arum WR Irwansyah (24) setahun ini bekerja sebagai aparatur sipil negara di sebuah kementerian di Jakarta Selatan. Bekerja sejak Maret 2021, Arum adalah seorang analis kelembagaan di salah satu direktorat jenderal. Sederhananya, gadis ini berperan sebagai fasilitator pembentukan dan pengembangan kelompok tani di daerah transmigrasi.
Arum mengaku, meskipun senang bisa bekerja, awalnya merasa minder. Dirinya adalah lulusan baru yang belum pernah punya pengalaman kerja dibandingkan dengan rekan sejawat lainnya. Namun, Arum ternyata bisa beradaptasi dengan baik.
”Pas masuk, budaya kerja di sini ternyata kooperatif sehingga para senior cukup baik jadi aku bisa jalin kerja sama. Dari yang tidak tahu apa-apa, mereka menjelaskan tugas dengan rinci,” kata Arum.

Indah, petugas customer service atau layanan pelanggan membantu pengunjung di pusat perbelanjaan Lotte Shopping Avenue, Jakarta, Kamis (11/8/2022). Indah telah bekerja hampir setahun.
Seperti yang diketahui, penugasan di instansi pemerintahan bersifat berjenjang. Arum yang masih baru awalnya mendapat tugas umum dan sederhana, misalnya pembuatan surat. Seiring waktu berlalu, tugasnya semakin rumit. Ia sekarang ikut menggarap tugas terkait anggaran dan bahkan turun ke lapangan untuk berkoordinasi di daerah.
”Aku berusaha untuk tidak membawa pulang kerjaan ke rumah. Kalau aku biasanya berusaha datang pagi karena kalau datang terlambat, waktu pulang juga mundur. Agar bisa bekerja dengan baik, aku juga selalu tidak malu untuk bertanya,” tutur alumnus Universitas Airlangga ini.
Namun, ada kalanya Arum bisa kelabakan dengan tumpukan pekerjaan yang bejibun. Beruntung, pola kerja di tempatnya membuat sesama rekan kerja bisa saling membantu jika rekan lain tidak sempat mengerjakannya.
Dari Sumba di Nusa Tenggara Timur, Chantika Anjali PRS (25) baru saja mulai bekerja sebagai penyiar di RRI Sumba pada April tahun ini. Pekerjaan Tika, sapaan kecilnya, mencakup pembacaan berita nasional dan daerah serta informasi yang sedang viral.
Sebagai penyiar, Tika mendapat tuntutan untuk melakukan siaran tepat waktu. Namun, untuk menjaga agar pekerjaannya bisa terlaksana dengan lancar, Tika menyadari harus pintar melakukan manajemen waktu. Soalnya, dia juga sibuk dalam kegiatan organisasi, lingkungan, dan keagamaan.
”Saya berusaha agar bisa menentukan prioritas mana yang penting dan tak bisa ditinggalkan. Saya mengatur waktu dengan baik agar tetap produktif dan juga mencoba mengelola stres yang bisa membuat tidak konsentrasi bekerja,” ujar dara yang jago menyanyi ini.
Selain itu, Tika menyadari pentingnya membangun komunikasi yang baik dengan teman kerja. Ia berusaha mengenali karakter dari setiap rekan kerja agar bisa melakukan pendekatan secara personal dengan efektif saat menghadapi masalah. Masalah yang ada, menurut dia, harus bisa mendapat penyelesaian secepat mungkin agar pekerjaan tak terhambat.
”Kita harus membangun tim yang sportif, saling percaya, menghormati satu sama lain, dan rajin memberi apresiasi agar tidak kerja sendiri-sendiri. Yang paling penting itu bangun komunikasi, seperti buat grup chat itu penting,” kata Tika.

Karyawan-karyawan muda Lotte Shopping Avenue, Jakarta, tengah membahas pekerajaan yang harus diselesaikan, Kamis (11/8/2022).
Perlu penyesuaian
Menurut Constantine Alfarinda Hygieta atau Tita, psikolog yang juga konsultan sumber daya manusia, para pekerja baru pasti membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan situasi baru saat menyumbangkan kompetensinya untuk tempat dia bekerja. Situasi baru tersebut, ujarnya, bisa sangat berbeda dengan situasi saat mereka masih duduk di bangku kuliah.
”Nah, ini memang butuh penyesuaian, yang mana sangat tergantung dari karakter karyawan tersebut. Apakah dia tipe orang yang cepat beradaptasi dalam pekerjaan, ataukah memang dia tipe orang yang membutuhkan waktu untuk tahu situasi dan kondisinya seperti apa, pekerjaannya seperti apa,” ujar Tita, Jumat (12/3/2022).

Para pencari kerja antre untuk mencari lowongan pekerjaan pada acara Jakarta Job Fair di PGC Cililitan, Jakarta, Kamis (28/7/2022). Acara yang diadakan oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi Provinsi DKI Jakarta ini berlangsung di lima wilayah kota administrasi Jakarta hingga 11 Agustus 2022.
Strategi agar pekerja muda sukses bekerja tidak bisa dilakukan hanya dari satu sisi. Oleh karena itu, penting agar pemberi kerja memiliki program orientasi. Dalam program inilah di mana karyawan baru akan berkenalan dengan berbagai gambaran tentang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, termasuk aturan serta profil tempat kerja.
”Ini penting supaya karyawan baru bisa mengenal lebih dalam mengenai perusahaan itu seperti apa. Yang kedua dia juga tahu dan bisa mengenal pekerjaan dia itu apa. Kemudian ada yang namanya SOP (standard operational procedure) atau prosedur-prosedur di perusahaan itu,” kata Tita.
Baca Juga: Gigih Berburu Pelatihan Literasi
Dalam perjalanannya, mentoring juga tetap harus dilakukan. Umumnya oleh atasan karyawan bersangkutan. Tanpa mentoring, karyawan baru bisa merasa ibarat anak ayam kehilangan induknya.
”Ini adalah fungsi atasan atau fungsi leader untuk bisa membantu. Bukan saja menuntut karyawan barunya untuk tahu cepat atau harus bisa mencapai ini-itu, karena kalau tidak dimentori, ya, sama aja tidak membantu si karyawan. Selain pengawasan, fungsi leader juga harus memberikan coaching,” imbuh Tita.
Namun, kembali lagi, meskipun pemberi kerja dan pekerja sudah berusaha melakukan penyesuaian di dunia kerja, ada kalanya ada yang tetap merasa tidak cocok di tengah jalan. Karena itu, ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, karyawan yang keluar atau perusahaan yang memutuskan hubungan kerja. Keputusan ada di tangan masing-masing.

Indah, petugas layanan pelanggan di pusat perbelanjaan Lotte Shopping Avenue, Jakarta, Kamis (11/8/2022). Indah telah bekerja hampir setahun.