Puncak Musim Hujan di Akhir Tahun, Hati-hati Banjir dan Longsor!
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi puncak musim hujan terjadi pada Desember 2022-Januari 2023. Ancaman bencana banjir dan longsor perlu diwaspadai di sejumlah daerah.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kewaspadaan terhadap kemungkinan bencana seperti banjir dan tanah longsor menjelang akhir tahun di berbagai daerah perlu ditingkatkan. Ini sejalan dengan puncak musim hujan yang diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika terjadi pada pekan ketiga Desember 2022 hingga awal Januari 2023. Meski pada saat itu, curah hujan masuk kategori menengah dan hanya sejumlah wilayah yang akan bercurah hujan sangat tinggi.
Hal ini mengemuka ketika Rapat Kerja dan Rapat Dengar Pendapat Komisi V dengan Menteri Perhubungan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kepala BMKG, serta Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (13/12/2022).
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan hujan lebat diperhitungkan akan terjadi pada 19-24 Desember 2022 di beberapa daerah, seperti Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan. Bahkan, wilayah-wilayah itu perlu mewaspadai ancaman bencana banjir, tanah longsor, dan banjir bandang.
Kondisi serupa juga berisiko terjadi di Jawa Timur, termasuk Gunung Semeru dan sekitarnya. Adanya tumpukan material awan panas dapat berpotensi jadi aliran lahar. BMKG dan Badan Geologi pun masih terus memonitor dan mengantisipasinya.
Sementara itu, puncak musim hujan diramalkan terjadi pada pekan ketiga Desember, yakni 21-31 Desember 2022. La Nina yang saat ini dalam fase moderat menuju lemah memicu intensitas hujan terus meningkat. Rata-rata curah hujan di Indonesia pada akhir Desember itu sesungguhnya masih masuk kategori menengah yakni 50-150 milimeter (mm) per dasarian. Kondisi ini juga akan berlanjut pada periode 1-10 Januari 2023.
Namun, sebagian wilayah akan mengalami curah hujan tinggi hingga sangat tinggi yang melampaui 150 mm per dasarian. Wilayah yang perlu mewaspadai intensitas hujan tinggi ini berada di sebagian Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan.
”Jadi, saat Natal dan Tahun Baru 2023 dikhawatirkan terjadi puncak musim hujan,” ujar Dwikorita.
Situasi perubahan iklim global yang berpengaruh terhadap durasi dan penghitungan curah hujan membuat peningkatan intensitas hujan ini kian perlu diantisipasi. Apabila seharusnya merata turun selama 10 hari, kini diprediksi dapat turun hanya dalam beberapa jam yang berdampak hujan ekstrim. ”Kondisi itu akan menjadi hujan ekstrem. Itulah yang perlu kami waspadai dengan menyiapkan peringatan dini,” ujarnya.
Untuk sifat hujan, pada umumnya berkategori di bawah normal hingga normal. Namun, BMKG memperkirakan sejumlah daerah akan mengalami sifat hujan di atas normal, yakni sebagian Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan bagian barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku, dan Papua.
Jadi, saat Natal dan Tahun Baru 2023 dikhawatirkan terjadi puncak musim hujan. (Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati)
Terkait hal ini, Dwikorita mengimbau agar masyarakat dapat membuka aplikasi ponsel Info BMKG. Aplikasi itu memiliki fitur prakiraan cuaca yang dapat melihat prediksi cuaca hingga enam hari mendatang.
Sekretaris Utama Basarnas Abdul Haris Achadi juga mengingatkan perlunya meningkatkan kewaspadaan terhadapa bencana. Sejumlah bencana pada momen Natal dan Tahun Baru ini yang perlu diwaspadai adalah bencana hidrometeorologi, geologi, kecelakaan transportasi, serta kondisi membahayakan manusia.
“Basarnas melaksanakan Siaga Pencarian dan Pertolongan (SAR) dengan menempatkan personel dan alat di lokasi-lokasi strategis rawan kecelakaan dan bencana di pelabuhan, ruas jalan tol, bandara, terminal bus, dan tempat wisata,” ujar Abdul.
Basarnas telah menyiapkan ribuan personel untuk bersiaga dalam musim liburan akhir tahun ini. Pihaknya menurunkan sekitar 4.000 personel sebagai petugas siaga SAR khusus, 50 personel Basarnas di kantor pusat, serta 11.755 personel potensi SAR terlatih.