Kewaspadaan mesti ditingkatkan mengingat awal musim hujan sudah dimulai dan puncaknya diprediksi terjadi pada Desember 2022 dan Januari 2023.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperingatkan cuaca ekstrem masih berlanjut dalam sepekan mendatang di sebagian wilayah Indonesia. Masyarakat di daerah rawan bencana perlu lebih siaga saat hujan turun, terutama banjir, yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Kewaspadaan masyarakat dan semua pihak perlu ditingkatkan mengingat awal musim hujan di sejumlah daerah sudah dimulai sejak bulan September 2022. Sementara itu, puncak musim hujan diprediksi terjadi di bulan Desember 2022 dan Januari 2023.
”Cuaca ekstrem dalam dua hari terakhir disebabkan menghangatnya suhu muka laut Indonesia, masih aktifnya fenomena La Nina, terjadinya fenomena iklim Indian Ocean Dipole (IOD) negatif. Kewaspadaaan ini mesti ditingkatkan terhadap potensi bencana terutama banjir yang sewaktu-waktu dapat terjadi, khususnya bagi masyarakat yang tinggal dan berada di daerah rawan bencana,” ujar Bagus Briliano, prakirawan BMKG, di Jakarta, Senin (7/11/2022).
Bagus mengatakan, anomali suhu muka laut di Indonesia menyebabkan kadar uap air di atmosfer meningkat. Hal ini akan membentuk awan yang bisa menimbulkan hujan.
Sementara itu, analis klimatologi BMKG, Supari, mengatakan, fenomena La Nina diprakirakan masih akan berlanjut setidaknya hingga November 2022. Adapun fenomena IOD negatif yang telah berlangsung sejak Juni 2022 diprakirakan dapat bertahan hingga akhir 2022.
Fenomena La Nina berkontribusi terhadap peningkatan curah hujan karena menyebabkan peningkatan suplai uap air dari arah Samudra Pasifik. Adapun fenomena IOD negatif menyebabkan peningkatan suplai uap air dari arah Samudra Hindia.
”Kondisi ini menunjukkan bahwa anomali iklim yang dirasakan di Indonesia saat ini merupakan bagian dari indikasi dampak perubahan iklim. Kondisi suhu muka laut yang hangat ini diprakirakan akan terus terjadi hingga Oktober-November 2022,” katanya (Kompas.id, 22/9/2022).
BMKG memprediksi potensi curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat dan angin pada periode 4-10 November 2022 dapat melanda sejumlah wilayah. Potensi cuaca ekstrem dapat terjadi di seluruh wilayah Sumatera, Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua, serta Papua Barat.
Sementara untuk tiga hari ke depan, yaitu hingga 10 November 2022, berdasarkan prakiraan berbasis dampak, wilayah berpotensi terdampak hujan lebat yang harus waspada terutama Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Bangka Belitung, Jambi, Bengkulu, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Dampak yang bisa saja terjadi seperti banjir, longsor, angin kencang, dan pohon tumbang akibat hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi itu.
Fitur baru dalam aplikasi Info BMKG G20 ini memuat informasi cuaca berbasis dampak hingga ke tingkat kecamatan.
Harapan agar masyarakat mewaspadai bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan longsor, juga disampaikan Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BPBD DKI Jakarta M Insyaf. Pihaknya telah berkoordinasi ke instansi terkait terutama dalam pemantauan tinggi muka air serta pemangkasan pohon tua yang rawan tumbang untuk mengantisipasi bencana akibat cuaca ekstrem tersebut.
”Kami mengimbau kepada masyarakat tetap waspada pada terhadap kondisi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dan angin kencang,” katanya.
Penggunaan aplikasi
Masyarakat dapat mengakses informasi melalui aplikasi mobile Info BMKG untuk meningkatkan kewaspadaan terkait cuaca ekstrem dan bencana. Pada peluncuran aplikasi Info BMKG baru melalui daring, Senin, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, fitur baru dalam aplikasi Info BMKG G20 ini memuat informasi cuaca berbasis dampak hingga ke tingkat kecamatan.
Terdapat citra satelit dan radar yang memungkinkan pengguna memantau kondisi cuaca maupun pergerakan awan terkini. Aplikasi itu juga membantu pengguna memperoleh prakiraan cuaca, gempa bumi, dan kualitas udara lewat perintah suara.
”Kami menghadirkan fitur khusus yang meliputi prakiraan cuaca per jam untuk seluruh venue pertemuan G20 yang ada di Bali dan Labuan Bajo (NTT). Informasi gempa di sekitar lokasi venue lengkap dengan peta evakuasi, informasi cuaca penerbangan citra satelit, dan juga jaringan radar,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, layanan informasi bencana, iklim, gempa, dan tsunami harus disediakan oleh BMKG untuk mendukung pengurangan resiko bencana. Karena itu, layanan yang disediakan itu harus cepat, tepat, akurat dan agar bisa dipahami oleh masyarakat secara menyeluruh.
”Ke depannya, agar BMKG bisa melibatkan berbagai komponen, seperti akademisi dan swasta, untuk menghasilkan layanan yang bermanfaat dan relevan untuk pengguna atau masyarakat,” ujarnya.