Ancaman Bencana Hidrometeorologi, Pemkot Kupang Minta Warga Siaga
Bencana hidrometeorologi mengintai NTT. Warga diminta siaga.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Hujan disertai angin kencang melanda sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Timur dalam beberapa hari terakhir. Masa peralihan musim ini berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi. Di Kota Kupang, pemerintah mengingatkan warganya agar siaga.
Berdasarkan pantauan Kompas pada Rabu (9/10/2022), mendung menggantung di langit Kota Kupang hampir sepanjang hari. Di beberapa lokasi sempat turun hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Dua hari sebelumnya, terjadi hujan deras disertai angin kencang selama lebih dari satu jam.
Pada saat angin kencang, beberapa dahan pohon tinggi di sisi jalan dan di permukiman warga patah. Beberapa ruas jalan penuh dengan lumpur dan bebatuan yang terseret banjir.
Di pesisir Namosain, Teluk Kupang, perahu motor nelayan ditarik ke balik talut penahanan gelombang. Demi keselamatan, nelayan tidak melaut. ”Sudah tiga hari tidak melaut, makanya stok ikan sudah kurang. Mungkin ini masih berlangsung hingga akhir pekan,” kata Mardi (40), penjual ikan di Namosain.
Menurut dia, peralihan musim pada tahun ini lebih cepat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, angin kencang dan hujan deras mulai terjadi pada Desember hingga Februari atua awal Maret. ”Mungkin ini yang dibilang perubahan iklim,” kata ibu rumah tangga itu. Sejauh ini, perubahan cuaca dalam satu pekan terakhir ini tidak menimbulkan korban jiwa dan material.
Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Maritim Tenau Kupang, kecepatan angin yang melawati perairan NTT mencapai 12 knot atau 22,2 kilometer per jam. Kondisi ini menimbulkan gelombang tinggi hingga 2,5 meter. BMKG juga mengingatkan tinggi gelombang di perairan bisa mencapai dua kali lipat dari prakiraan.
Tinggi gelombang di perairan bisa mencapai dua kali lipat dari prakiraan.
Di sisi lain, BMKG dari Stasiun Meteorologi Eltari Kupang memperkirakan, hujan deras berpotensi terjadi di sisi timur Pulau Timor sampai ke utara di Kepulauan Alor. Beberapa wilayah di Kota Kupang, seperti Kecamatan Alak dan Maulafa, juga ikut terdampak. Hujan masih berlangsung hingga beberapa hari ke depan.
Penjabat Wali Kota Kupang George Hadjoh mengimbau agar warga siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi yang terjadi akibat perubahan cuaca saat ini. Imbauan tertulis itu ditujukan kepada camat dan lurah untuk selanjutnya disampaikan kepada seluruh masyarakat Kota Kupang.
”Memangkas dahan pohon yang condong ke rumah atau jalan yang berpotensi roboh atau patah. Memperbaiki atap rumah yang rusak. Tidak berpergian keluar rumah saat terjadi hujan dan angin kencang. Segera evakuasi mandiri ke titik yang aman jika terjadi hujan berintensitas tinggi,” demikian beberapa poin imbauan.
Rino (26), warga Kelurahan Belo, Kecamatan Maulafa, menuturkan, setiap kali terjadi hujan deras dan angin kencang, rasa trauma warga seketika muncul. Mereka teringat akan badai Seroja yang menerjang daerah itu pada April 2021. Badai Seroja merupakan catatan terburuk dalam sejarah bencana hidrometeorologi di NTT.
Dalam catatan Kompas, bencana itu terjadi di seluruh wilayah NTT. Sebanyak 181 orang meninggal, 47 orang hilang, dan 49.512 jiwa lainnya terdampak. Sebanyak 250 orang luka-luka. Rumah rusak berat 17.124 unit, rusak sedang 13.652 unit, dan rusak ringan 35.733 unit.