logo Kompas.id
HumanioraKetidakadilan Iklim
Iklan

Ketidakadilan Iklim

Pelarangan berladang tradisional dengan membakar di Kalimantan Tengah, sementara hutan dan gambut dibongkar untuk cetak sawah dan singkong. Hal ini merupakan bentuk nyata ketidakadilan iklim.

Oleh
AHMAD ARIF
· 5 menit baca
Heri Pato, warga Desa Kalumpang, Kapuas, Kalteng, mencari rotan muda untuk dikonsumsi jadi sayur sehari-hari, Selasa (19/7/2022). Sayur rotan muda ini menjadi hidangan yang ditunggu keluarga Dayak.
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO

Heri Pato, warga Desa Kalumpang, Kapuas, Kalteng, mencari rotan muda untuk dikonsumsi jadi sayur sehari-hari, Selasa (19/7/2022). Sayur rotan muda ini menjadi hidangan yang ditunggu keluarga Dayak.

Pelarangan berladang tradisional dengan membakar di Kalimantan, sedangkan pada saat sama gambut dibongkar untuk cetak sawah dan hutan ditebang untuk menanam singkong. Situasi itu merupakan bentuk nyata ketidakadilan dalam mitigasi dan adaptasi iklim. Selain melepaskan emisi karbon dari pembongkaran hutan dan gambut, budidaya padi di sawah jadi penyumbang metana, gas rumah kaca paling merusak.

Sorotan dunia internasional terhadap kebakaran hutan dan lahan yang meluas di Kalimantan Tengah (Kalteng) pada 2015 membuat pemerintah menempuh jalan pintas: melarang seluruh pembukaan lahan dengan membakar. Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2015 tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan diimplementasikan di lapangan dengan penangkapan peladang tradisional.

Editor:
EVY RACHMAWATI
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000