Pesparani Katolik tingkat Provinsi NTT sebagai upaya merajut kebinekaan yang terkoyak. Pesparani Katolik sebagai upaya bernyanyi dan bermazmur dalam memuji dan meluhurkan Tuhan sekaligus syukur atas bangsa dan negara.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai bagian dari upaya merajut kebinekaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai anugerah Tuhan. Orang Katolik harus memiliki tekad untuk bersama-sama mengambil bagian dalam membangun bangsaini.
Berlomba dalam bernyanyi dan bermazmur mengungkapkan keanekaragaman karya Tuhan bagi bangsa dan Negara menuju Indonesia yang maju dan kuat.
Misa pembukaan Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dipimpin Uskup Keuskupan Agung Ende Mgr Vinsensius Sensi Potokota Pr berlangsung di Auditorium St Maria Immaculata Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang, Minggu (4/9/2022).
Misa konselebrasi ini dihadiri juga Uskup Agung Kupang Mgr Petrus Turang dan Uskup Atambua Mgr Dominikus Saku Pr dan 25pastor.
Turut hadir antara lain Ketua Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional (LP3KN) Prof Adrianus Meliala, Wagub NTT Joseph Nae Soi, Ketua DPRD NTT Emilia Nomleni, Ketua LP3KD NTT Frans Salem.
Selain itu, juga tampak Bupati Rote Ndao Paulina Haning Bullu, Bupati Manggarai Timur Andre Agas, Bupati Timor Tengah Utara Djuandi David, Wakil Bupati Kupang Johanes Manasyeh, dan PenjabatWali Kota Kupang George Hadjoh.
Mgr Sensi, demikian sapaan Mgr Vinsesius Sensi Potokota Pr, dalam homilinya antara lain menyebutkan, Pesparani Katolik Provinsi NTT yang berlangsung 4-7 September 2022 masih berada dalam suasana peringatan HUT Kemerdekaan Ke-77 RI.
Semangat kemerdekaan 17 Agustus menyatu dalam optimisme umat katolik dalam kegiatan bernyanyi dan bermazmur. Kegiatan ini sebagai bagian dari ungkapan syukur dan terima kasih atas kekayaan ciptaan Tuhan atas sumber daya alam, di tanah air Indonesia tercinta, baikdi laut, darat, maupun udara.
Indonesia begitu kaya akan sumber daya alam. Komunitas umat Katolik turut berperan dalam mengelola sumber daya alam itu guna tercapai cita-cita bangsa, yakni adil dan sejahtera.
”Karena itu, semangat 17 Agustus menjadi motivasi dalam kegiatan Pesparani Provinsi, dan juga Pesparani Nasional, 28 Oktober-2 November 2022,” ujarnya.
Tuhan memercayakan umat Katolik untuk terus bergumul sebagai anak bangsa dengan spritualitas Yesus Kristus sebagai guru dan teladan hidup. Panggilan hidup orang Katolik di berbagai sektor kehidupan, seperti petani, nelayan, guru, tukang, pegawai negeri, pejabat, pelajar, buruh, dan ibu rumah tangga, sebaiknya terus mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih dengan cara bernyanyi dan bermazmur.
”Mari berkomitmen bersama melalui Pesparani ini, yakni merajut kebinekaan, sebagai anugerah dari Tuhan yang harus dijaga dan dirawat melalui berbagai aktivitas hidup dalam masyarakat,” kata Sensi.
Dia menambahkan, terlebih lagi Tuhan punya rencana terbaik untuk Pesparani Katolik bagi bangsa ini. Semua orang berperan di dalamnya tidak hanya umat Katolik, tetapi juga Kristen, Islam, Hindu, dan Buddha. ”Itulah kebersamaan sebagai anak bangsa,” ujarnya.
Melalui kegiatan bernyanyi dan bermazmur, umat Katolik membangun suasana persaudaraan, kerukunan, dan kekuatan lintas agama, termasuk merawat dan menjaga lingkungan di sekitar kita. Berkidung dan bernyanyi, juga bagian dari upaya menjaga lingkungan yang indah, asri, sejuk, dan menghidupkan.
Itulah kebersamaan sebagai anak bangsa. (Vinsesius Sensi)
Dalam kidung dan mazmur, orang Kristen bisa memuji, bersyukur, memberontak, meratap, menyesal, dan bertobat. Inilah khazanah kekayaan orang Kristen sejak perjanjian lama sampai dengan masa kehadiran Yesus.
Peserta paduan suara dari Lembata mengenakan pakaian adat dari daerah itu saat di dalam misa pembukaan di Kupang, Minggu (4/9/2022).
Rumah bersama
Berkidung dan bermazmur juga sebagai syukur atas karunia Tuhan yang telah membimbing bangsa Indonesia untuk hidup rukun, aman, damai, dan sejahtera dalam porsi hidup setiap warga. Setiap warga bangsa diberi karunia dari Tuhan untuk membangun rumah bersama, yakni NKRI.
”Di tengah situasi ini, kita perlu kuat, bangkit, dan optimisme untuk hidup saling berdampingan, toleransi, dan bersaudara. Namun, kenyataan saat ini, kita belum maksimal dalam persaudaraan, bersolider, rukun, dan bertoleransi dalam membangun bangsa ini agar lebih maju dan lebih kuat,” kata Sensi.
Di hadapan sekitar 1.000 umat Katolik, Kristen, dan Islam yang terlibat dalam kepanitiaan ini, Sensi mengatakan, ”Rupanya bangsa ini masih terkurung dalam kepicikan-kepicikan duniawi, yang mengorbankan, dan membunuh intuisi kebersamaan dan persaudaraan kita bahwa Tuhan yang kita sembah bersama itu adalah Tuhan yang penuh kasih.”
Usai misa pembukaan, Ketua LP3KN Prof Adrianus Meliala mengatakan, Pesparani Katolik Provinsi ini sebagai rujukan menuju Pesparani Nasional, 28 Oktober-2 November 2022. Kekurangan-kekurangan yang terjadi saat ini segera dibenahi dalam tengga satu bulan lebih.
Meski, menurut Adrianus, belum dipastikan, kegiatan pembukaan Pesparani Nasional nanti, berlangsung di dalam ruangan atau di luar rungan. Jika dalam ruangan, anggaran yang ada tercukupi. Namun, jika terjadi di luar ruangan, perlu tambah anggaran. ”Suasana diciptakan lebih semarak,” katanya.
Selaku Ketua LP3KN, Adrianus hadir dalam Pesparani tingkat Provinsi NTT ini untuk mengevaluasi semua persiapan terkait kegiatan itu. Ketersediaan sarana dan prasarana, seperti ruangan kontingen, penginapan, tempat pembukaan, dan lainnya.
Anggaran Pesparani Nasional yang sudah tersedia sekitar Rp 7 miliar, yakni Rp 3 miliar dari pemprov dan Rp 4 miliar dari pemerintah pusat. Anggaran dari pemerintah pusat disalurkan melalui LP3KN, bukan melalui LP3K Daerah.
”Anggaran itu sudah cukup. Namun, Gubernur NTT bersedia menambah sekitar Rp 1,5 miliar jika terjadi kekurangan,” kata Adrianus.