Pesparani Provinsi dan Nasional di NTT Kian Dekat, Panitia Masih Kesulitan Dana
Pesparani Katolik Tingkat Provinsi Nusa Tengara Timur dan Pesparani Nasional II yang akan digelar di NTT sudah kian dekat. Meski demikian, kebutuhan dana untuk penyelenggaraan dua kegiatan itu belum terpenuhi.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·5 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Penyelenggaraan Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik Tingkat Provinsi Nusa Tengara Timur dan Pesparani Nasional II yang akan digelar di NTT sudah kian dekat. Meski demikian, kebutuhan dana untuk penyelenggaraan dua kegiatan itu belum terpenuhi. Panitia masih terus bekerja mencari dana menjelang pelaksanaan kegiatan.
Pesparani Tingkat Provinsi NTT akan digelar pada 4-7 September 2022. Sementara itu, kegiatan Pesparani Nasional II bakal dilaksanakan pada 28 Oktober hingga 2 November 2022.
Ketua Panitia Pesparani Tingkat Provinsi NTT Sinun Petrus Manuk mengatakan, sejak peluncuran penggalangan dana pada 27 Juli 2022, panitia telah mengumpulkan dana Rp 1 miliar dari total anggaran Rp 2 miliar untuk Pesparani Tingkat Provinsi NTT. Sementara itu, untuk Pesparani Nasional II baru terkumpul dana Rp 3 miliar dari total Rp 7 miliar yang dianggarkan.
”Masalah paling krusial adalah ketersediaan dana untuk Pesparani provinsi. Kekurangan Rp 1 miliar itu terus digenjot dari berbagai sumber, baik dari donor di NTT maupun dari luar, terutama pihak swasta. Kini, bantuan terus masuk ke rekening panitia, termasuk dari Uskup Atambua,” kata Manuk, Jumat (2/9/2022), di Kupang.
Pesparani Tingkat Provinsi NTT akan menghadirkan 13 kategori lomba. Kontingen yang mengikuti kegiatan tersebut berasal dari 21 kabupaten/kota di NTT. Hal ini karena Kabupaten Nagekeo mengundurkan diri akibat kesulitan biaya memberangkatkan kontingen ke Kupang. Peserta yang hadir dalam Pesparani Tingkat Provinsi NTT sekitar 700 orang.
Para juara dalam ajang itu akan diberi hadiah berupa piala dan uang sebagai motivasi untuk terus berlatih. Mereka yang keluar sebagai juara dalam kegiatan tersebut akan mewakili NTT untuk berkompetisi dalam ajang Pesparani Nasional.
Panitia telah mengumpulkan dana Rp 1 miliar dari total anggaran Rp 2 miliar untuk Pesparani Tingkat Provinsi NTT.
”Transportasi datang dan pulang serta penginapan menjadi tanggung jawab setiap kabupaten/kota. Namun, transportasi dari bandara atau pelabuhan ke penginapan serta makan-minum di penginapan menjadi tanggung jawab panitia,” kata Manuk.
Manuk menuturkan, pihak panitia telah menyurati enam keuskupan di NTT terkait kegiatan tersebut. Namun, dia menyebut, hanya Keuskupan Agung Kupang dan Keuskupan Atambua yang menanggapi. Keuskupan lain, yakni Keuskupan Larantuka, Maumere, Ende, dan Keuskupan Ruteng, belum ada tanggapan.
Menurut Manuk, pimpinan gereja Katolik di NTT sebenarnya bisa memberi kesempatan bagi panitia untuk mendapatkan bantuan dana dari hasil kolekte umat saat misa. ”Kalau tidak, bisa juga diletakkan kotak derma khusus untuk Pesparani di pintu masuk gereja. Kami sudah usulkan semua itu, tetapi kan tergantung dari uskup masing-masing keuskupan,” katanya.
Koordinator Yayasan ”Tukelakang” Nusa Tenggara Timur, Marianus Minggo, mengatakan, masalah utama dalam penyelenggaraan Pesparani di NTT adalah kurangnya koordinasi pihak panitia dengan enam keuskupan di NTT. Mestinya, enam keuskupan di NTT terlibat dengan menghadirkan perwakilan masing-masing dalam kepanitiaan.
Panitia dari keuskupan itu bisa kaum awam atau imam di keuskupan masing-masing. Para panitia dari keuskupan bisa dilibatkan mencari dana, baik melalui kegiatan misa hari Minggu di gereja maupun kegiatan lain.
Selain itu, pertemuan panitia pun bisa dilakukan secara daring. Oleh karena itu, meski ketua panitia ada di Kupang, sementara anggota panitia tersebar di seluruh kabupaten/kota, proses koordinasi bisa tetap berjalan.
Minggo menyebut, jika koordinasi berjalan baik, bisa saja enam keuskupan di NTT diwajibkan terlibat memberi bantuan. Apalagi, NTT memiliki umat Katolik terbesar secara nasional.
”Masing-masing Rp 500 juta sudah cukup untuk membantu kesulitan dana Pesparani Provinsi dan Pesparani Nasional. Namun, hal ini tidak terjadi, sementara kegiatan Pesparani Provinsi sebentar lagi sudah digelar, panitia masih kekurangan dana. Ini sangat disayangkan. Padahal, NTT memiliki umat Katolik terbesar nasional,” kata Minggo.
Minggo menambahkan, jika perwakilan dari enam keuskupan tidak dilibatkan dalam kepanitiaan, panitia tingkat provinsi harus rajin berkomunikasi dengan enam keuskupan yang ada. Hal ini karena pihak keuskupan punya kewenangan untuk mengumpulkan dana dari umat dalam rangka pergelaran Pesparani Provinsi dan Nasional tahun ini.
Sebagai gambaran, dalam satu kali kegiatan misa hari Minggu, Paroki di Kota Kupang rata-rata bisa mengumpulkan dana Rp 15 juta. Jika dikalikan dengan delapan paroki yang ada, sudah terkumpul Rp 120 juta per hari Minggu.
Padahal, di NTT terdapat sekitar 176 paroki sehingga dalam satu kali misa hari Minggu sudah terkumpul dana hasil kolekte umat senilai Rp 2,64 miliar. Jumlah ini sudah melampaui target anggaran yang dibutuhkan untuk Pesparani Provinsi.
Ketua Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Daerah NTT Fransiskus Salem mengatakan, kekurangan anggaran untuk Tingkat Provinsi NTT sudah mulai terpenuhi setelah sumbangan dari berbagai pihak masuk ke panitia, termasuk dari Keuskupan Atambua.
”Saya belum cek ke panitia berapa angka tambahan sumbangan terbaru. Berapa pun sumbangan masuk, kegiatan tetap jalan sesuai rencana,” kata Salem.
Salem membenarkan, panitia Pesparani baru berkomunikasi secara langsung dengan Keuskupan Agung Kupang. Adapun komunikasi langsung dengan lima keuskupan lain belum dilakukan karena butuh anggaran yang tidak sedikit untuk transportasi udara, penginapan, dan lainnya.
Meski demikian, Uskup Keuskupan Agung Ende Mgr Vinsensius Sensi Potokota Pr diundang panitia memimpin misa pembukaan Pesparani Tingkat Provinsi NTT, Minggu (4/9/2022), di Auditorium Universitas Katolik Widya Mandira Kupang. Misa ini melibatkan sekitar 1.000 umat Katolik.
Kegiatan penjurian Pesparani Tingkat Provinsi NTT atas perlombaan secara daring juga telah dilaksanakan, Jumat (2/9/2022). Lima kategori lomba yang dinilai adalah paduan suara (PS) anak, PS remaja Gregorian, PS orang muda Katolik campuran, PS dewasa wanita, PS dewasa pria, dan PS Gregorian.
Para peserta itu telah mengirimkan video ke panitia kemudian diuji dan dinilai oleh tim juri Pesparani Tingkat Provinsi NTT. ”Perlombaan secara luring mulai berlangsung pada 5-7 September 2022 di beberapa tempat di Kota Kupang,” kata Salem.