Pesparani Nasional di Kupang Hadirkan Festival Tenun dan UMKM Nusantara
Pesta Paduan Suara Gerejani tingkat nasional di Kota Kupang, NTT, akan menghadirkan festival tenun, kuliner, serta aneka UMKM Nusantara. Salah satu tujuannya untuk memupuk persatuan antardaerah.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pesta Paduan Suara Gerejani tingkat nasional di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, akan menghadirkan festival tenun, kuliner, dan usaha mikro, kecil, dan menengah di Nusantara. Salah satu tujuannya untuk memupuk rasa persatuan dan mengenal budaya setiap daerah.
Ketua Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Daerah (LP3KD) Nusa Tenggara Timur (NTT) Fransiskus Salem di Kupang, Sabtu (18/1/2020), mengatakan, Pesparani Nasional akan diselenggarakan di Kota Kupang, 28 Oktober–4 November 2020.
”Pesparani nasional ini diikuti sekitar 9.000 peserta dari 34 provinsi. Setiap provinsi mengirim 260 orang sehingga menjadi 8.840. Jika ditambah tim juri, pendamping, dan unsur pemerintah maka sekitar 9.000 orang,” jelas Salem.
Sejauh ini, kamar hotel dan homestay yang tersedia terhitung 8.000 unit. Untuk itu, kekurangan 1.000 kamar akan diatasi dengan menempatkan mereka di aula paroki, badan diklat, dan rumah-rumah biara Katolik yang menyediakan kamar tidur.
Salem yang juga Sekretaris Daerah NTT periode 2008-2018 ini mengatakan, panitia menyediakan dua bus dan delapan minibus untuk membantu peserta. Biaya penginapan, logistik, dan jamuan makan bersama ditanggung panitia pusat dengan anggaran sekitar Rp 70 miliar.
Gubernur dan Ketua DPRD NTT telah menyetujui dan mendukung kegiatan tersebut, dengan menunjuk Ketua Panitia Jamaludin Achmat selaku Ketua PBNU Daerah NTT, Ketua LPTQ, dan Asisten I Setda NTT. Selain aparat keamanan yang mengamankan kegiatan, juga dilibatkan umat Islam, Kristen, Hindu, dan Buddha di Kota Kupang dan sekitarnya.
Pemprov NTT juga akan membenahi GOR Oepoi, termasuk menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Seluruh tempat yang akan dimanfaatkan acara juga dibenahi.
Pesparani di Kupang akan diawali dengan Festival Tenun Nusantara dari 34 provinsi. Setiap provinsi memamerkan tenun tradisional dari daerahnya. Para peserta lomba paduan suara, pembawa mazmur, dan baca kita suci juga diwajibkan mengenakan tenun tradisional dari daerah masing-masing.
Provinsi NTT akan menghadirkan motif tenun khas dari 22 kabupaten/kota. Total motif tenun di NTT 1.750 jenis tersebar di 309 kecamatan dan 3.028 desa. Setiap kabupaten memiliki 100-300 motif. Adapun pameran kuliner dan hasil kerajinan dari 34 provinsi akan berlangsung di GOR Oepoi serta tujuh aula paroki dan aula gereja Kristen di Kupang.
Pembukaan Pesparani Nasional akan berlangsung di GOR Oepoi. Kegiatan lomba berlangsung di gereja dan aula Paroki Maria Asumpta Kupang, Gereja Kristen Paulus, dan dua gereja Katolik lain.
Anggota LP3KD NTT Willem Foni mengatakan, akan disiapkan liaison officer (LO) untuk mendampingi tamu dari setiap provinsi. Mereka akan bertugas sebagai penghubung antara panitia dari setiap provinsi dengan panitia lokal, pemprov, dan unsur terkait. Mereka juga mengantar tamu selama berada di Kota Kupang.
”Mei 2020 akan dilangsungkan pertemuan para panitia dari 34 provinsi di Kota Kupang untuk membahas Pesparani dan meninjau tempat-tempat yang akan digunakan peserta lomba. Masukan-masukan dari panitia setiap provinsi akan ditindaklanjuti panitia lokal Kupang dan panitia nasional,” kata Foni.
Penjaringan peserta Pesparani tingkat nasional dari NTT dimulai dari tingkat terbawah, yaitu di setiap kecamatan kemudian kabupaten/kota untuk mendapatkan kelompok paduan suara, pembawa mazmur, dan pembaca kitab suci terbaik.
Ketua Panitia Pesparani NTT H Jamaludin Ahmad mengatakan, Kota Kupang siap menyelenggarakan Pesparani Nasional 2020. Ia telah berkoordinasi dengan semua pihak, termasuk pengurus LP3KD NTT.
”Kami akan melibatkan umat lintas agama dalam Pesparani Nasional 2020 di Kota Kupang ini. Keterlibatan itu bagian membangun rasa persatuan dan kesatuan, sebagai satu bangsa,” katanya.
Menurut Jamaludin, Pesparani nasional tidak bersifat keagamaan saja. Melalui Pesparani, masyarakat Indonesia dari berbagai suku dan bangsa dari 34 provinsi akan saling mengenal satu sama lain. Mereka mengenal suku, adat, budaya, tradisi, dan karakter manusia dari setiap daerah. Dengan memahami semua latar belakang itu, para peserta akan saling menghormati, memahami, dan menghargai satu sama lain.