Sejuknya Kerukunan Beragama di Nusa Tenggara Timur
Umat Islam di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, berpartisipasi dalam kelancaran penyelenggaraan Pesta Paduan Suara Gerejani provinsi, 4-9 September 2022, dan Pesparani Nasional II di Kupang, 28-31 Oktober 2022 nanti.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·7 menit baca
Umat Islam di Nusa Tenggara Timur, melalui Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan NTT, menyumbang dana Rp 100 juta untuk penyelenggaraan Pesta Paduan Suara Gerejani atau Pesparani di Kupang. Bantuan tersebut amat berarti bagi umat Katolik di NTT yang kini tengah berjibaku menggalang dana untuk penyelenggaraan Pesparani yang terus tertunda pada masa pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir. Waktu yang hanya tinggal 2-3 bulan saja menuju hari-H menjadi kesempatan emas untuk menggalang dukungan semua pihak, termasuk pemerintah, warga, serta pihak swasta.
Kaum Muslim di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, turut berpartisipasi dalam kelancaran penyelenggaraan Pesta Paduan Suara Gerejani tingkat provinsi, 4-9 September 2022, dan Pesparani Nasional II di Kupang pada 28-31 Oktober 2022 nanti. Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan menyumbang dana Rp 100 juta dan Iksan selaku tokoh masyarakat Muslim NTT menyumbang Rp 25 juta untuk penyelenggaraan Pesparani Katolik tersebut. Dengan sokongan tersebut, pihak panitia Pesparani sangat berterima kasih. Dukungan tersebut menyejukkan sekaligus menunjukkan kerukunan beragama kuat melingkupi NTT.
Meskipun demikian, kerja keras untuk mengumpulkan dana masih dibutuhkan mengingat dua kegiatan tersebut memerlukan dana miliaran rupiah.
Ketua Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik (LP3K) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Fransiskus Salem di Kupang, Minggu (17/7/2022), mengatakan, peluncuran persiapan Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik tingkat provinsi dan nasional di Kupang sudah dilakukan pekan lalu. Peluncuran itu sekaligus upaya pengumpulan dana oleh pihak panitia.
”Saat itu Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan atau KKSS menyumbang Rp 100 juta dan Iksan selaku tokoh Muslim NTT menyumbang secara perorangan Rp 25 juta. Ini sebagai bukti peran serta umat lintas agama saling bahu-membahu menyelesaikan suatu masalah di masyarakat. Kerja sama seperti ini perlu ditingkatkan ke depannya,” kata Salem.
Saat itu pula Keuskupan Agung Kupang menyumbang Rp 300 juta untuk kegiatan tersebut. Sumbangan dari keuskupan ini mewakili semua paroki yang ada di bawah Keuksupan Agung Kupang. Ia berharap keuskupan lain di NTT pun mengambil bagian dan berpartisipasi dalam kegiatan ini.
NTT memiliki enam keuskupan, selain Keuskupan Agung Kupang, juga masih ada Keuskupan Atambua, Larantuka, Maumere, Ruteng, dan Keuskupan Agung Ende. ”Mudah-mudahan lima keuskupan lain pun terlibat,” katanya.
Pesparani tingkat provinsi membutuhkan dana sekitar Rp 2 miliar, dan Pesparani Nasional berkisar Rp 7 miliar untuk kegiatan di dalam ruangan, dan Rp 9 miliar untuk luar ruangan. Untuk Pesparani Nasional Pemprov NTT membantu Rp 3 miliar. Sementara biaya Pesparani provinsi, 4-9 September 2022, diupayakan oleh panitia sendiri, dan hingga medio Juli baru terkumpul Rp 600 juta. Untuk Pesparani Nasional terkumpul Rp Rp 3 miliar.
Jumlah dana yang terkumpul masih jauh dari target. Apa pun terjadi, kegiatan tetap diupayakan agar terwujud karena perhelatan akbar kaum Katolik NTT tersebut telah tertunda sejak 2020. Pesparani Nasional I tahun 2018 di Ambon, Maluku. Sesuai dengan jadwal, Pesparani II diselenggarakan pada 2020, tetapi karena pandemi Covid-19 ditunda sampai Oktober 2022.
Terima kasih kepada semua pihak, terutama tokoh lintas agama yang terlibat aktif dalam ajang Pesparani Nasional II tahun ini.
Ia mengatakan, biaya penginapan dan transportasi dari provinsi asal ke Kota Kupang ditanggung sendiri. Panitia di Kupang menyediakan transportasi lokal serta biaya makan siang dan malam. Pesparani provinsi, pihak panitia menanggung penginapan, transportasi lokal, dan makan minum siang dan malam hari.
Panitia harus bekerja keras mencari dana untuk menyelenggarakan dua kegiatan ini. Pesparani provinsi sebagai uji coba untuk Pesparani Nasional II. ”Kita coba venue-venue yang ada, jika ada hal-hal yang masih kurang pada Pesparani provinsi, segera kita benahi,” kata mantan Sekda NTT periode 2008-2016 ini.
Juara Pesparani tingkat provinsi dengan sendirinya akan mewakili NTT pada ajang Pesparani Nasional, 28-31 Oktober 2022. Mereka akan dipersiapkan lagi sehingga tampil lebih baik lagi pada Pesparani Nasional II. Selain persiapan menyanyi, juga kostum dan kebutuhan lain sesuai dengan ketentuan lomba tingkat nasional.
”Saya ajak semua umat Katolik dan semua pihak yang berkehendak baik, membantu menyukseskan kegiatan ini. Berapa pun sumbangan yang diberikan, panitia sangat senang. Pesparani Nasional ini sebagai pertarungan harga diri, partisipasi, pengorbanan, dan keteladanan umat beriman dalam berkorban demi gereja, dan bangsa,” katanya.
Menggedor semua pihak
Tokoh Katolik Nusa Tenggara Timur (NTT), Stanislaus Tefa, di Kupang, Senin (18/7/2022), mendesak panitia Pesparani segera membangun koordinasi dengan lima keuskupan lain di NTT, yakni Larantuka, Maumere, Ende, Ruteng, dan Keuskupan Atambua, untuk menyukseskan Pesparani Nasional II ini. Tidak hanya keuskupan di NTT, tetapi keuskupan di luar NTT, pengusaha, politisi, pejabat, dan figur publik pun bisa didekati agar mendukung kegiatan yang dirindukan oleh warga NTT tersebut.
Ia mengakui, saat ini masyarakat sedang dalam kondisi ekonomi yang sulit. Harga bahan pokok terus bergerak naik. Tidak hanya barang-barang produksi pabrik, tetapi harga hasil pertanian pun melejit sehingga makin menyulitkan warga. Ibu rumah tangga yang sebelumnya belanja harian hanya Rp 50.000 kini butuh biaya sampai Rp 200.000 per hari per keluarga, belum lagi kebutuhan lain.
Namun, sesulit apa pun ekonomi umat saat ini, kegiatan Pesparani Nasional di NTT masih dapat meraih sukses. Sebagai provinsi dengan jumlah umat Katolik terbesar nasional dan melalui koordinasi yang intens, pesta rohani nasional itu bakal terwujud.
”Berapa pun sumbangan, jika melibatkan lebih dari 3 juta umat Katolik dari total 5,3 juta pendudukan NTT, target biaya Rp 9 miliar bisa terealisasi. Minimal mendekati angka itu,” kata Tefa.
Pengurus Dewan Paroki Katedral Kupang ini mengaku, koordinasi antara panitia dan pastor paroki masih sangat lemah. Umat di Kota Kupang saja tidak tahu, apalagi mereka yang ada di desa-desa. ”Umat memang tidak punya uang, tetapi sekadar menyumbang Rp 2.000-Rp 5.000 per orang, dari 3 juta umat Katolik di NTT, dana senilai Rp 6 miliar-Rp 15 miliar bisa terkumpul,” katanya.
Pengumpulan dana seperti ini lebih mudah melalui kelompok umat basis atau kelompok gereja basis. Tetapi, cara seperti ini mestinya dilakukan sejak 2020-2021 sehingga bisa menjangkaui umat Katolik di desa-desa terpencil. Kini, dengan hari-H yang hanya tinggal hitungan bulan saja, perlu banyak strategi untuk dapat menjangkau dukungan semua umat.
Kegiatan Pesparani disebut menyangkut pertaruhan nama baik NTT sebagai provinsi dengan jumlah umat Katolik terbesar nasional. Bila perlu pelajar dan mahasiswa dilibatkan, setidaknya untuk sosialisasi kegiatan ini langsung kepada masyarakat.
Ny Maria Biku (54), anggota kelompok umat basis St Fransisiskus Asisi Paroki Penfui, Kota Kupang, misalnya, menuturkan, baru mendengar soal Pesparani. ”Saya baru tahu informasi ini dari pak wartawan ini. Di kelompok umat basis dan di paroki pun tidak ada kabar. Mestinya, hajatan penting ini harus diumumkan kepada umat,” katanya.
Anggota Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Baniona, Adonara, Flores Timur, Petrus Poli (28), mengatakan tidak tahu ada kegiatan itu. OMK setempat hanya mengikuti informasi mengenai Pesparawi di Yogyakarta Juni 2022. Umat Katolik di pulau itu tidak banyak yang tahu tentang Pesparani.
”Pesparawi Kristen yang sudah puluhan tahun saja banyak yang tidak tahu, apalagi Pesparani yang baru digelar 2018,” katanya.
Wakil Ketua Komisi III DPRD NTT yang membidangi anggaran, Viktor Mado Watun, mengatakan, panitia Pesparani Nasional harus proaktif mendekati perusahaan daerah, perwakilan BUMN di NTT, dan sejumlah pengusaha yang ada di Kupang. Panitia diimbau tidak semata menunggu anggaran dari pemprov karena Pemprov NTT saat ini sedang kesulitan anggaran.
Ia mengatakan, DPRD sudah menanyakan soal dukungan pemprov untuk Pesparani ini saat rapat bersama. ”Saat itu mereka menjawab bahwa anggaran untuk itu sudah disiapkan. Mungkin Rp 3 miliar tadi,” kata Viktor.
Vikaris Jenderal Keuskupan Larantuka RD Gabriel Unto Dasilva menyatakan belum dihubungi panitia Pesparani soal dukungan untuk kegiatan itu. ”Berapa besar sumbangan untuk kegiatan itu, maaf saya belum tahu,” katanya.
Di sisi lain, Frans Salem menegaskan, panitia terus bekerja mencari dana untuk kegiatan Pesparani Nasional II. ”Kita tetap berjuang untuk menghadirkan Pesparani Nasional II terbaik,” kata Salem.
Berpartisipasi
Ketua KKSS NTT Hj Muhammad Darwis mengatakan, Muslim di NTT mendukung penuh kegiatan Pesparani Nasional II di NTT, 2022.
”Kami Muslim yang tergabung dalam KKSS mendukung penuh kegiatan yang mulia dan strategis ini. Ini momen merangkai persaudaraan antarumat beragama dan merawat persatuan dan kesatuan nasional. Kita siap sukseskan Pesparani Nasional ini,” katanya.
Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Kupang RD Gerardus Duka Pr mengatakan, Pesparani sebagai ajang menghidupkan kembali tradisi lagu-lagu gerejani Katolik yang cenderung bernuansa Latin, tetapi lambat laun berkurang karena kemajuan zaman dan modernisasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
”Terima kasih kepada semua pihak, terutama tokoh lintas agama yang terlibat aktif dalam ajang Pesparani Nasional II tahun ini,” kata Duka.
Kesejukan saling dukung antarumat beragama di NTT diharapkan mengobarkan semangat untuk menyukseskan dua kegiatan Pesparani. Meskipun tenggat waktu kiat mepet, masih ada kesempatan untuk berupaya.