”Toeboeh ’Isa’ (1943), Tubuh Indonesia 1943” Pemenang Sayembara Kritik Sastra DKJ 2022
Sayembara Kritik Sastra Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2022 memilih tiga pemenang utama dan lima pemenang harapan. Naskah berjudul ”Toeboeh ’Isa’ (1943), Tubuh Indonesia 1943” dinyatakan sebagai juara.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Naskah berjudul Toeboeh ”Isa” (1943), Tubuh Indonesia 1943 karya Tomy Dwinta Ginting terpilih sebagai juara Sayembara Kritik Sastra Dewan Kesenian Jakarta 2022. Naskah-naskah pemenang sayembara dinilai berdasarkan keterampilan menulis esai sastrawi, kebaruan gagasan, dan aspek berbahasa Indonesia.
Sayembara Kritik Sastra Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tahun ini bertema ”Modernisme Chairil Anwar”. Tema ini sekaligus untuk merayakan 100 tahun usia penyair kenamaan tersebut. Peserta diminta menulis naskah kritik sastra terhadap karya-karya Chairil.
Adapun naskah Toeboeh ”Isa” (1943), Tubuh Indonesia 1943 merupakan kritik terhadap puisi Chairil berjudul ”Isa”. Anggota dewan juri Martin Suryajaya mengatakan, naskah ini menawarkan drama penyaliban Yesus pada puisi ”Isa” sebagai fiksi modern. Melalui konteks kependudukan Jepang di Indonesia pada puisi, naskah ini juga membahas antikolonialisme.
”Konteks ini mengingatkan kita bahwa relasi Indonesia dan Jepang saat ini telah mengalami rekonsiliasi sehingga pembacaan pasca-kolonial atas puisi ’Isa’ menjadi lebih berbunyi,” kata Martin pada Malam Anugerah Sayembara Kritik Sastra DKJ 2022 secara daring.
Ia menambahkan, penulis naskah berhasil menawarkan persepsi baru terhadap puisi ”Isa”. Selama ini para kritikus sastra menganalisis puisi tersebut dalam perspektif teologi.
Dewan juri juga memilih sejumlah pemenang lain. Naskah berjudul Citra Subjek Feminin dalam Puisi Chairil Anwar: Sebuah Konsekuensi Lain Pembacaan Biografis karya Asep Subhan jadi pemenang kedua. Naskah Chairil Anwar Tak Menghiraukan Alam? karya Yusri Fajar pemenang ketiga.
Ada pula lima pemenang harapan. Kelimanya adalah naskah Eka Ugi Sutikno (naskah Ukuran Becus Chairil Anwar Menghadapi Puisi Alken), Padel Muhamad Rallie Rivaldy (Kelana Bersama Ahasvero: Sajak-sajak Chairil Anwar dari Dekat), Royyan Julian (Di Pintu-Mu Aku Mengetuk), Dewi Anggraenia (Individualisme yang Tanggung: Motif Laut dalam Sajak-sajak Chairil Anwar), dan M Malkan Junaidi (Kredo Modernis dan Solusi Noda).
Penyelenggara Sayembara Kritik Sastra DKJ 2022 menerima 70 naskah, tetapi yang lolos seleksi administrasi ada 66 naskah. Para peserta berasal dari berbagai provinsi, antara lain Aceh, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Bali, DKI Jakarta, dan Sulawesi Selatan. Ada juga peserta dari Jepang.
Juara sayembara berhak mendapat hadiah Rp 15 juta, sementara pemenang kedua Rp 12,5 juta dan pemenang ketiga Rp 10 juta. Setiap pemenang harapan menerima Rp 3 juta. Adapun naskah juara sayembara akan diunggah di tengara.id, laman kritik sastra yang dikembangkan DKJ.
Sayembara ini diikuti oleh peserta dari beragam kelompok usia. Peserta paling banyak ada di kelompok usia 15-30 tahun (21 orang) dan 31-45 tahun (24 orang).
Menurut anggota dewan juri Dewi Kharisma Michellia, hal ini memberi gambaran umum soal tingginya animo sastra di kalangan generasi muda. Ia berharap generasi muda dapat memberi napas baru di dunia kritik sastra dengan kekayaan tema, pendekatan yang segar, dan kemampuan mendudukan sastra sesuai konteks zaman.
”Semoga tidak berlebihan untuk mengharapkan hadirnya generasi kritikus di masa depan yang tidak hanya menanggapi teks, tapi juga mampu mendudukkannya (sastra) dengan zamannya,” ujar Dewi.
Menurut Ketua Komite Sastra DKJ Hasan Aspahani, tradisi kritik sastra mesti dijaga. Sebab, kritik merupakan salah satu indikator kesehatan ekosistem sastra.
Ketua DKJ Danton Sihombing berpendapat bahwa menghidupkan tradisi kritik sastra sama pentingnya dengan upaya menumbuhkan karya sastra. Ia berharap agar sayembara ini dapat berkontribusi bagi perkembangan sastra Indonesia.