Tidur dengan pasangan membuat tidur menjadi berkualitas. Tidur bersama diasosiasikan dengan tingkat depresi, kecemasan, dan stres yang rendah.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penelitian menemukan bahwa orang dewasa yang tidak tidur sendirian memiliki kualitas tidur yang baik. Tidur bersama tidak hanya mengurangi insomnia dan kelelahan, tetapi juga membuat seseorang tidur lebih lama dibandingkan dengan yang tidur sendirian.
Orang yang punya teman tidur juga dapat jatuh tidur lebih cepat, tidak terbangun setelah terlelap, dan risiko mereka mengalami apnea lebih kecil dibandingkan dengan orang yang tidur sendirian. Apnea atau obstructive sleep apnea (OSA) adalah gangguan henti napas saat tidur. Napas dapat berhenti lebih dari 10 detik dan terjadi secara berulang.
Kita sudah tidak benar-benar merasakan manfaatnya karena kita tidak lagi berkemah dekat perapian dan mengawasi predator. Namun, mungkin bawaan itu masih ada dan mendorong kita agar tidak sendirian saat tidur.
Temuan ini merupakan hasil penelitian dari University of Arizona yang dirilis pada Juni 2022. Para peneliti menganalisis data yang dikumpulkan dalam studi Aktivitas Tidur dan Kesehatan, Diet, Lingkungan, dan Sosialisasi (Sleep and Health Activity, Diet, Environment, and Socialization/SHADES). Studi melibatkan 1.007 orang dewasa berusia produktif di bagian tenggara Pennsylvania, Amerika Serikat.
Dampak tidur bersama dianalisis dengan Skala Kantuk Epworth atau Epworth Sleepiness Scale, yaitu skala untuk menilai kantuk dengan kuisioner singkat. Indeks Keparahan Insomnia dan kuisioner STOP-BANG untuk mengukur apnea juga digunakan pada penelitian.
”Tidur dengan pasangan bermanfaat besar pada kesehatan tidur, termasuk mengurangi risiko apnea, keparahan insomnia, dan secara garis besar meningkatkan kualitas tidur,” kata penulis utama penelitian ini sekaligus peneliti di Departemen Psikiatri University Arizona, seperti dikutip dari Science Daily, Kamis (25/8/2022).
Tidur bersama juga diasosiasikan dengan tingkat depresi, kecemasan, dan stres yang lebih rendah. Tidur bersama pun dimaknai sebagai dukungan sosial serta memengaruhi kepuasan dalam hubungan dan kehidupan.
Masih spekulatif
Menurut Direktur Program Penelitian Tidur dan Kesehatan di Universitas Arizona yang terlibat dalam penelitian, Michael Grandner, alasan di balik temuan penelitian masih spekulatif. Namun, ia menilai ini berhubungan dengan keamanan dan sosialisasi yang diperoleh saat tidur bersama. Adapun sejarah mencatat bahwa manusia dulu tidur berkelompok dekat perapian.
”Mungkin ada sejumlah keuntungan evolusioner yang diperoleh manusia. Namun, kita sudah tidak benar-benar merasakan manfaatnya karena kita tidak lagi berkemah dekat perapian dan mengawasi predator. Akan tetapi, mungkin bawaan itu masih ada dan mendorong kita agar tidak sendirian saat tidur,” tutur Gardner, melansir Web MD. ”Apakah ini terbukti? Tidak, tetapi ini sebuah gagasan,” ujarnya
Menurut profesor di bidang kesehatan tidur di Stanford University, Rafael Pelayo, tidur bersama adalah pengalaman yang intim. Ini karena pasangan menghabiskan banyak waktu bersama dalam kondisi yang sama-sama rentan.
”Seiring berjalannya waktu, Anda membangun kepercayaan dan Anda akan tidur lebih baik,” kata Pelayo yang tidak terlibat dalam penelitian ini. ”Banyak pasien, dan orang pada umumnya, mengatakan bahwa mereka sulit tidur saat pasangannya pergi,” ujarnya.
Di sisi lain, penelitian ini juga menemukan bahwa orang yang tidur bersama anak mengalami insomnia yang lebih parah, berisiko mengalami apnea, dan stres. Menurut Grandner, penyebab tidur tidak nyenyak saat bersama anak bisa bermacam-macam, tidak dapat ditentukan.