Wapres Amin: Indonesia Terus Bersatu karena Berpegangan pada Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika menjadi pegangan bangsa Indonesia dalam bersatu di tengah keragaman. Nilai Islam yang moderat dan toleran pun melandasi relasi kuat Indonesia dengan kalangan di luar negeri yang berpandangan sama.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·5 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Wakil Presiden Ma’ruf Amin menuturkan bahwa bangsa Indonesia dikaruniai keragaman yang sangat luar biasa, tetapi mampu menjaga persatuan dan kesatuan. Kemampuan untuk tetap bersatu di tengah keragaman tersebut karena bangsa Indonesia terus berpegang pada semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Pandangan atas nilai Islam yang moderat dan toleran juga ada di Indonesia. Kepada Wapres Amin, Sekretaris Jenderal Majelis Hukama al-Muslimin yang dipimpin Syeikh Al-Azhar juga menyatakan pada Desember 2021 ingin menjadikan Indonesia sebagai salah satu model kehidupan beragama yang rukun dan harmonis.
”Saya meyakini kesamaan pandangan atas nilai-nilai Islam yang moderat dan toleran inilah yang senantiasa melandasi kuatnya relasi Indonesia dan Mesir, utamanya dengan Al-Azhar,” kata Wapres Amin saat memberikan sambutan dalam peresmian Pusat Studi Islam dan Bahasa Arab (Pusiba) di Jalan KH Noer Ali (Al-Makmur) Nomor 1, Ujung Harapan Bahagia, Bekasi, Provinsi Jawa Barat, Rabu (22/6/2022).
Saya meyakini kesamaan pandangan atas nilai-nilai Islam yang moderat dan toleran inilah yang senantiasa melandasi kuatnya relasi Indonesia dan Mesir, utamanya dengan Al-Azhar.
Gedung Pusiba didirikan atas prakarsa dan kerja sama Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia di atas tanah seluas 5.000 meter persegi yang merupakan wakaf keluarga besar KH Noer Ali, seorang pahlawan nasional dan pendiri Pesantren At-Taqwa, Bekasi. Pada peresmian Pusiba itu, Wapres Amin mengapresiasi institusi Al-Azhar al-Syarif di Mesir, para ulama, dan alumni yang selalu konsisten mengembangkan kehidupan dan dakwah keagamaan yang moderat dan toleran.
”Kita ketahui bersama, hubungan yang sangat baik ini sudah lama terjalin erat, khususnya antara Indonesia dan Al-Azhar. Sejak tahun 1850-an di Masjid Al-Azhar terdapat Ruwaq Jawi yang jadi hunian para pelajar asal Indonesia,” ujar Wapres Amin.
Salah seorang yang pernah tinggal di sana adalah Abdul Manan Dipomenggolo, beliau pendiri Pesantren Tremas Pacitan dan kakek dari Syeikh Mahfuzh Tremas. Jauh sebelum Mekkah mengenal percetakan, pada 1883 di Kairo telah diterbitkan karya-karya ulama asal Indonesia. Syeikh Nawawi al-Bantani adalah salah satu ulama yang karya-karyanya diterbitkan oleh penerbit Boulaq Kairo, seperti Fath al-Mujîb Syarah Mukhtashar al-Khathib pada 1859.
Wapres Amin menuturkan, Al-Azhar Mesir juga merupakan lembaga keagamaan, pendidikan, sosial, dan dakwah Islam tertua yang terus berperan aktif dan berkontribusi besar sepanjang sejarah peradaban Islam. Sejak didirikan oleh Jauhar al-Shiqilliy pada 361 Hijriah, Al-Azhar selalu di garda terdepan dalam mendidik umat dan mengembangkan dakwah Islam yang moderat dan toleran, bukan hanya di Mesir, melainkan di seluruh dunia.
Al-Azhar disebut sebagai salah satu benteng keislaman yang moderat. Keberadaan ulama-ulama besar yang mendedikasikan ilmunya dengan ikhlas, serta tradisi keilmuan Islam yang kuat dan bercirikan moderat, menjadi daya tarik tersendiri bagi Al-Azhar. ”Ribuan pelajar dari berbagai penjuru dunia datang menimba ilmu, tidak terkecuali dari Indonesia,” kata Wapres Amin.
Menghargai perbedaan
Wapres Amin juga mengungkapkan rasa senangnya karena jalinan silaturahmi dapat terjaga dengan baik hingga saat ini. Beberapa tahun terakhir, Prof Dr Ahmad al-Thayyib selaku Grand Syeikh Al-Azhar sudah dua kali berkunjung ke Indonesia, yaitu pada 2016 dan 2018. Pandangan-pandangan keagamaan dan kemanusiaannya telah membuka wawasan banyak orang tentang pentingnya menghargai perbedaan agar tercipta kerukunan.
”Piagam Persaudaraan Kemanusiaan yang beliau deklarasikan bersama Paus Fransiskus di Abu Dhabi pada 2019 menjadi salah satu yang sangat berpengaruh dalam upaya mewujudkan harmoni dan perdamaian dunia. Kita doakan semoga beliau sehat selalu agar dapat terus menggelorakan semangat persatuan dan perdamaian dunia. Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia turut menyambut baik deklarasi tersebut,” papar Wapres Amin.
Piagam Persaudaraan Kemanusiaan yang beliau deklarasikan bersama Paus Fransiskus di Abu Dhabi pada 2019 menjadi salah satu yang sangat berpengaruh dalam upaya mewujudkan harmoni dan perdamaian dunia. Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia turut menyambut baik deklarasi tersebut.
Pada kesempatan tersebut Wapres Amin menuturkan, ia mendapat laporan bahwa saat ini tidak kurang dari 10.000 pelajar dan mahasiswa Indonesia tengah belajar di Al-Azhar. Setiap tahun minat calon mahasiswa untuk berangkat ke Al-Azhar tidak pernah surut dan bahkan selalu meningkat.
Wapres Amin juga menyambut baik kehadiran Pusat Bahasa Arab Al-Azhar Cabang Indonesia, yang diinisiasi Pusat Studi Islam dan Bahasa Arab (PUSIBA), Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia. ”(Sebagai) Satu-satunya cabang Pusat Bahasa Al-Azhar di luar Mesir, sekaligus disupervisi langsung oleh Al-Azhar. (Didirikan) Di atas tanah peninggalan KH Noer Ali, pejuang dan pahlawan nasional, risalah Al-Azhar akan bersinar di Indonesia,” ujarnya.
Wapres Amin berpesan kepada para calon pelajar dan mahasiswa Al-Azhar memanfaatkan kegiatan belajar di pusat bahasa ini dengan sebaik mungkin. Para penyelenggara diharapkan dapat menggunakan gedung baru ini sebagai pusat aktivitas sosial, dakwah, dan pendidikan keagamaan Al-Azhar di Indonesia.
Selain mengasah kemampuan bahasa Arab, Wapres Amin juga berpesan agar wawasan keislaman dan keindonesiaan para calon mahasiswa juga mendapat perhatian. Hal ini karena kelak merekalah duta-duta Al-Azhar di Indonesia yang akan menyebarluaskan pemahaman Islam yang moderat sesuai manhaj (jalan, cara, metode) Al-Azhar.
”Saya minta berbagai kerja sama strategis yang terjalin agar terus dikembangkan karena kita tidak hanya sedang menyiapkan kemampuan bahasa calon mahasiswa, tetapi juga menyiapkan masa depan Indonesia,” kata Wapres Amin.
Ketua OIAA Cabang Indonesia M Zainul Majdi atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) dalam laporannya menyampaikan bahwa bangunan di kompleks Pusiba merupakan ikhtiar bersama dari seluruh alumni Al-Azhar di Indonesia. ”Kami bersama-sama menyiapkan wadah untuk dua hal; bagi seluruh anak-anak bangsa, putra-putri dari Indonesia yang hendak belajar di Al-Azhar,” katanya.
Pertama, melalui Pusiba, mereka diharapkan memiliki kemampuan berbahasa yang memungkinkan untuk segera mampu mencerna pelajaran dan pendidikan ketika belajar di Al-Azhar. Kedua, mereka memiliki paham keagamaan yang moderat.
Ketua delegasi Al-Azhar Kairo Hassan Salah al-Sagir menyambut baik peresmian kampus PUSIBA yang merupakan cabang Pusat Pengajaran Bahasa Arab Al-Azhar bagi Penutur Asing. ”Kami ingin memberikan kemudahan kepada calon mahasiwa Indonesia yang akan melanjutkan studi di Al-Azhar dengan membuka kelas persiapan dan akselerasi bahasa Arab sebelum mereka berangkat ke Kairo,” ujar Hassan Salah al-Sagir yang juga Sekretaris Jenderal Dewan Ulama Senior Al-Azhar itu.
Adapun Duta Besar Republik Arab Mesir di Jakarta Ashraf Sultan menyebutkan bahwa Indonesia dan Mesir memiliki banyak kesamaan, di antaranya sama-sama negara berpenduduk mayoritas Muslim. ”Banyak kemajuan yang telah dicapai dalam hubungan bilateral Mesir-Indonesia, antara lain adalah dengan dibukanya PUSIBA pada 2019 yang lalu,” ujarnya.