Dirjen WHO: 40 Persen Populasi Dunia Belum Divaksin, Pandemi Belum Usai
WHO menyatakan, sekitar 40 persen populasi dunia belum divaksinasi Covid-19. Oleh karena itu, meskipun kondisi saat ini telah membaik, anggapan bahwa pandemi Covid-19 telah selesai dinilai salah arah.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan, sekitar 40 persen populasi dunia belum mendapat vaksinasi Covid-19. Oleh karena itu, meskipun kondisi relatif membaik, anggapan bahwa pandemi Covid-19 telah selesai merupakan sesuatu yang salah arah.
”Persepsi bahwa pandemi telah selesai dapat dimengerti, tetapi itu salah arah,” kata Tedros saat berbicara dalam pembukaan Pertemuan Menteri Kesehatan G20, Senin (20/6/2022), di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tedros menyatakan, dibandingkan dengan beberapa waktu lalu, kondisi pandemi sekarang telah membaik. Hal ini, antara lain, terlihat dari jumlah kasus Covid-19 dan kematian yang telah menurun signifikan. ”Di banyak negara, semua pembatasan telah dicabut dan kehidupan tampak seperti sebelum pandemi,” ujarnya.
Meski begitu, pandemi Covid-19 belum bisa dikatakan telah selesai. Tedros mengingatkan, penularan Covid-19 sedang naik di banyak negara. Di sisi lain, jumlah tes Covid-19 dan pemeriksaan sequencing menurun. ”Sekitar 40 persen dari populasi dunia juga belum divaksinasi,” katanya.
Menurut Tedros, risiko varian baru virus SARS-CoV-2 yang lebih berbahaya tetap ada. Selain itu, WHO juga khawatir kurangnya tes dan pemeriksaan sequencing atau pelacakan mutasi virus akan membuat banyak pihak tidak mengetahui evolusi virus korona baru penyebab Covid-19. Oleh karena itu, kewaspadaan semua pihak terhadap pandemi Covid-19 tetap dibutuhkan.
Tedros memaparkan, dalam pertemuan Majelis Kesehatan Dunia (WHA) bulan lalu, WHO mempresentasikan proposal tentang arsitektur global yang baru untuk kesiapsiagaan dan tanggap darurat kesehatan. Proposal itu mencakup 10 rekomendasi kunci terkait tata kelola, sistem dan peralatan, pembiayaan, dan kelembagaan WHO yang lebih kuat.
Persepsi bahwa pandemi telah selesai dapat dimengerti, tapi itu salah arah. (Tedros Adhanom Ghebreyesus)
Tedros menyebut, salah satu rekomendasi itu adalah pembentukan Financial Intermediary Fund (FIF) atau Dana Perantara Keuangan. WHO dan Bank Dunia memperkirakan, dibutuhkan sekitar 31 miliar dollar AS atau sekitar Rp 451 triliun per tahun untuk memperkuat keamanan kesehatan global.
"Dua per tiga dari kebutuhan itu bisa dipenuhi dari sumber daya yang ada, tetapi masih ada kekurangan 10 miliar dollar AS per tahun," ungkap Tedros.
Oleh karena itu, pembentukan FIF diharapkan bisa memenuhi kekurangan tersebut. Tedros menambahkan, WHO dan Bank Dunia sedang bekerja sama untuk menentukan bagaimana bentuk FIF. Selain itu, WHO juga mendengarkan masukan-masukan dari negara-negara G20 dalam proses tersebut.
Komitmen
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Kesehatan untuk G20, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, sudah ada lima negara dan satu lembaga internasional yang berkomitmen mengucurkan dana dengan nilai total sekitar 1,1 miliar dollar AS untuk FIF. Salah satu negara yang telah memberikan komitmen itu adalah Indonesia.
Menurut Nadia, Indonesia telah berkomitmen untuk berkontribusi 50 juta dollar AS untuk FIF, Singapura berkomitmen sebesar 10 juta dollar AS, Amerika Serikat 450 juta dollar AS, Uni Eropa 450 juta dollar AS, Jerman 52,7 juta dollar AS, dan lembaga Wellcome Trust 12,3 juta dollar AS.
Meski begitu, jumlah komitmen dana tersebut masih jauh dari target dana yang dikumpulkan untuk FIF. Nadia menyebut, target dana yang terkumpul untuk FIF adalah 15 miliar dollar AS. Oleh karena itu, dibutuhkan juga komitmen dari negara-negara lain untuk mendukung FIF.
”Tentunya kita berharap semua negara G20 memberikan komitmen untuk FIF,” kata Nadia dalam konferensi pers di sela-sela Pertemuan Menteri Kesehatan G20.
Nadia menjelaskan, salah satu agenda Pertemuan Menteri Kesehatan G20 adalah memperkuat arsitektur kesehatan global untuk membangun ketahanan kesehatan global. Untuk membangun ketahanan kesehatan global, salah satu yang harus dilakukan adalah memobilisasi sumber daya keuangan dan sumber daya lain yang esensial di bidang kesehatan.