Kota Mekkah, Arab Saudi, memasuki musim panas dan diperkirakan memuncak pada awal Juli 2022, bersamaan saat puncak haji 1443 Hijriah. Cuaca ekstrem ini perlu diantisipasi oleh para jemaah haji, termasuk asal Indonesia.
Oleh
ILHAM KHOIRI
·4 menit baca
MEKKAH, KOMPAS — Cuaca di Mekkah dan Madinah, Arab Saudi, saat ini semakin panas, yaitu berkisar 44-46 derajat celsius. Para jemaah haji yang telah tiba di Tanah Suci diimbau untuk selalu menjaga kesehatan dan menghindari paparan terik matahari langsung. Calon jemaah haji yang masih di Tanah Air diharapkan menyiapkan fisik yang prima.
Pantauan wartawan Kompas, Ilham Khoiri, di Mekkah, Kamis (16/6/2022), pada siang hari suhu udara sekitar 44 derajat celsius. Catatan Media Center Haji (MCH) di Madinah, suhu siang hari di kota itu sekitar 46 derajat celsius. Kondisi itu bisa bertahan sampai sore hari dan berangsur turun menjelang matahari terbenam.
Saat berjalan di area terbuka di kawasan Mahbaz Jin, Mekkah, terik matahari terasa menyengat meski telah menggunakan topi penutup kepala. Saat memotret, kamera berkali-kali mati secara otomatis karena kepanasan. Kondisi ini terjadi karena Arab Saudi saat ini tengah memasuki musim panas dan bakal memuncak pada awal Juli 2022, bertepatan dengan puncak haji.
Dokter pada Sektor Satu di Mahbaz Jin, Mekkah, Mulia Ananda, mengungkapkan, suhu panas di Arab Saudi dibarengi dengan kelembaban rendah. Kondisi ini mudah memicu dehidrasi atau tubuh kekurangan cairan dan heatstroke atau paparan panas melebihi toleransi tubuh. Jika telat menyadari kondisi tubuh memburuk saat kepanasan, seseorang bisa mendadak pingsan.
”Heatstroke bisa membuat tubuh panas tinggi, bahkan pingsan. Semacam stroke akibat kekurangan cairan,” katanya. Untuk mencegah hal itu, jemaah haji diminta untuk tidak terlalu lama di ruang terbuka terkena paparan matahari, menggunakan payung, kacamata, memakai masker dan banyak minum tanpa menunggu haus.
Sebagian jemaah yang ditemui MCH merasa suhu di Mekkah sedikit lebih rendah dibandingkan Madinah. Meski demikian, mereka selalu menutup kepala dan membawa air minum saat bepergian dan berusaha tidak banyak keluar saat terik siang hari. ”Kalau di Madinah, pukul 15.00 saja masih sangat panas,” kata Wahyu Anggono Priyo (55), anggota jemaah asal Bojonegoro, Jawa Timur.
Secara terpisah, Kepala Seksi Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daerah Kerja Mekkah M Imran Saleh mengatakan, pada musim panas seperti sekarang ada kemungkinan terjadi badai pasir meski tidak bisa dipastikan waktu kejadiannya secara jelas. Namun, kita tetap perlu mengantisipasi kondisi terburuk. Pada musim haji tahun 2019, juga pernah terjadi badai pasir.
Badai pasir rentan menyebabkan sesak napas dan infeksi mata sehingga berwarna merah. Untuk mengantisipasinya, jemaah yang berada di luar ruangan harus menggunakan masker.
KKHI saat ini menangani sejumlah pasien dari jemaah haji Indonesia yang telah masuk Mekkah. Sebagian besar mengeluhkan gejala dehidrasi. Ada juga yang menderita penyakit kronis, seperti hipertensi (darah tinggi) dan diabetes (kencing manis). Saat ini masih ada empat orang yang dirawat di KKHI Mekkah dan satu pasien dirujuk ke Rumah Sakit King Faishal, Arab Saudi.
Kelelahan karena terlalu banyak aktivitas dan ditambah dehidrasi juga membuat kondisi tubuh jemaah menurun. Penyakit bawaan akan muncul, seperti hipertensi dan jantung. Saat ini tim kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) telah memberikan jam pintar yang mendeteksi kondisi kesehatan jemaah yang berisiko tinggi. Dari total 3.000 jam pintar, sebanyak 1.400 di antaranya telah didistribusikan kepada jemaah.
Berdasarkan catatan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama, hingga Kamis, lima jemaah dilaporkan meninggal di Madinah. Mereka berasal dari beberapa embarkasi keberangkatan di Indonesia.
Saat ini, total 29.539 jemaah telah tiba di Madinah. Sebanyak 7.807 jemaah di antaranya telah bergeser ke Mekkah. Pergeseran akan terus dilakukan sampai pertengahan Juni 2022. Setelah itu, jemaah dari Indonesia langsung diterbangkan ke Mekkah. Seluruh jemaah diperkirakan tiba di Makkah pada 4 Juli 2022.
Kepala Daerah Kerja Mekkah Mukhammad Khanif menjelaskan, PPIH telah menyiapkan fasilitas, baik untuk jemaah haji gelombang pertama dari Madinah ke Mekkah maupun gelombang kedua yang terbang langsung ke Mekkah. Fasilitas itu mencakup transportasi, akomodasi, dan katering. Khusus untuk transportasi, tersedia 200-an bus yang siap menjemput jemaah di halte dekat hotel dan mengantar mereka ke Masjidil Haram. Di masjid, jemaah melaksanakan tawaf, sai, atau shalat berjemaah.
”Seluruh wilayah yang ditempati jemaah haji disediakan transportasi. Para jemaah dapat memanfaatkannya tanpa dipungut biaya sama sekali, gratis. Untuk keamanan, kenyamanan, silakan gunakan transportasi itu ke Masjidil Haram,” kata Khanif.