Bagi jemaah haji, tawaf mengelilingi Kabah adalah impian yang lama diidamkan. Ketika impian itu terwujud, banyak yang terharu, bahkan menangis. Kiblat yang selama ini dijadikan arah shalat kini berada di depan mata.
Oleh
ILHAM KHOIRI
·4 menit baca
”Alhamdulillah, iso mrene. Padahal, aku iki akeh dosane,” kata Wartini (60) dengan suara parau sambil menangis sesenggukan.
Dia mengaku bahagia luar biasa akhirnya dapat mengunjungi Kabah di Masjidil Haram di Mekkah, Arab Saudi. Padahal, dia mengaku banyak dosa.
Senin (13/6/2022) pagi, sekira pukul 04.00 waktu Arab Saudi, Wartini baru saja kelar menjalani tawaf atau mengelilingi Kabah sebanyak tujuh kali sambil berdoa. Dia lantas rehat sejenak bersama rombongannya dari Embarkasi Solo, Jawa Tengah, dan kemudian shalat Subuh berjemaah tepat di depan Kabah. Shalat dipimpin oleh imam dengan bacaan Al Quran yang fasih dan merdu.
Wartini berasal dari Pati, Jawa Tengah. Sehari-hari dia berjualan tas Gunung Muria. Sebagian hasil penjualan ditabung. Setelah 12 tahun, pada tahun 2011, uang tabungan itu cukup digunakan untuk mendaftar haji. Sebenarnya dia dapat antrean berangkat tahun 2020, tetapi ternyata pandemi Covid-19 membuat Arab Saudi menutup jemaah dari luar.
Setelah tertunda lagi dua tahun, kini dia benar-benar bisa berangkat ke Tanah Suci. ”Saya tidak bisa ke sini kalau tidak dapat izin Allah,” katanya.
Memanfaatkan momen langka, seusai shalat, Wartini kembali melanjutkan doa untuk keluarganya. Tiga anaknya masih hidup dan satu anaknya baru saja meninggal. Semua disebut satu per satu.
Tak jauh dari situ, Tedjo (54), juga anggota jemaah asal Pati, duduk khusyuk bersimpuh di depan Kabah. Istrinya, yang juga turut berangkat ke Tanah Suci, duduk berkelompok dengan sesama perempuan di barisan agak belakang.
Sehari-hari Tedjo berjualan mobil. Sebagian keuntungan digunakan untuk mendaftar haji tahun 2011. Selama ini Kabah selalu disebut dalam niat shalat, tetapi lokasinya jauh. Kini, dia shalat tepat di depan Kabah.
”Seumur hidup, saya ingin melihat Kabah. Sekarang, ada di depan mata. Rasanya senang, bahagia,” katanya.
Wartini dan Tedjo adalah sebagian dari jemaah gelombang pertama dari Indonesia yang terbang ke Madinah, 4 Juni 2022. Tiba di kota itu, mereka langsung melakukan sejumlah amalan sunah. Salah satunya, menunaikan shalat 40 waktu di Masjid Nabawi atau disebut Arbain.
Sembilan hari di Madinah, jemaah kemudian bergeser ke Mekkah, Minggu (12/6/2022) sore. Setelah perjalanan darat sekitar tujuh jam, jemaah tiba di Mekkah. Mereka disambut Konjen RI Jeddah Eko Hartono. Perwakilan dari Lembaga Muthawif Haji Asia Tenggara juga turut menyambut dengan acara khusus. Lagu shalawat Nabi diputar, jemaah diberi bunga, camilan, minuman khas Arab, dan suvenir.
Kloter pertama dari Embarkasi Solo, berjumlah 358 orang, kemudian tinggal di Hotel Kiswah, di kawasan Jarwal. Ada juga kelompok terbang dari Embarkasi Jakarta Pondok Gede, berjumlah 393 orang, yang tinggal di Hotel Lulu’ah. Setelah itu, berangsur-angsur jemaah haji Indonesia berdatangan ke Mekkah. Total kuota haji Indonesia tahun 2022 ini sebanyak 100.051 orang.
Eko Hartono mengungkapkan, sejauh ini, semua prosesi haji berjalan lancar, tidak ada masalah mengkhawatirkan pada jemaah. Hanya ada 15 anggota jemaah sakit di Madinah. Sebagian jemaah yang sakit itu diperkirakan akibat kelelahan. Mungkin mereka terlalu bersemangat ibadah sampai memforsir tenaga di tengah cuaca panas sekitar 42 derajat celsius.
”Ibadah haji itu tak hanya kegiatan rohani, tapi juga fisik. Semangat ibadah perlu dibekali kondisi badan prima. Jemaah harus menjaga kesehatan,” kata Eko mengingatkan.
Saat ini, prosesi haji masih baru permulaan. Puncak haji baru akan berlangsung pada awal Juli nanti, saat jemaah menjalani wukuf di Arafah, kemudian menginap di Muzdalifah dan Mina, lantas melempar jumrah. Setelah itu, jemaah akan tawaf Ifadah di Kabah, dilanjut sai dan tahalul.
Rindu
Kembali ke depan Kabah, Senin dinihari. Setelah tawaf dan shalat Subuh, jemaah dari Embarkasi Solo kembali berbaris rapi menuju jalur sai. Di situ, mereka berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwa.
Salah satu anggota jemaah, Muh Subhi (51) asal Margoyoso, Pati, mengaku gembira bisa berhaji bersama istrinya, Masrukah (48). Ini sudah yang kedua kali dia ke Kabah. Sebelumnya dia pernah umrah. Haji belum kelar, tapi dia sudah berjanji akan kembali suatu saat nanti. ”Saya ingin ke sini lagi,” katanya seraya mengeluarkan telepon genggam, lantas membuat foto selfie untuk kenang-kenangan.