Atasi Ketertinggalan Pembelajaran Siswa Tanpa Mengabaikan Protokol Kesehatan
Penularan Covid-19 masih berpotensi terjadi di sejumlah tempat, termasuk sekolah dan perkantoran. Karena itu, pelaksanaan pembelajaran tatap muka tetap harus mengedepankan kehati-hatian.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 dalam dua tahun terakhir membuat siswa mengalami kehilangan pembelajaran atau learning loss. Kondisi pandemi yang mulai membaik menjadi momentum mengatasi ketertinggalan itu dengan menerapkan pembelajaran tatap muka tanpa mengabaikan protokol kesehatan.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Jumeri mengatakan, pandemi berdampak luas terhadap pendidikan siswa, mulai dari putus sekolah, menurunnya capaian belajar, hingga meningkatnya pernikahan anak usia sekolah. Hal ini harus segera diatasi untuk memulihkan kualitas pembelajaran.
Untuk kemampuan literasi, seperti membaca, menulis, dan menganalisis materi bacaan, terjadi kehilangan pembelajaran setara dengan enam bulan hasil belajar. Sementara kemampuan numerasi mengalami learning loss selama lima bulan waktu belajar.
”Setelah menjalani pandemi lebih dari dua tahun, inilah saatnya memulihkan pembelajaran. Syarat pertamanya adalah segera menerapkan pembelajaran tatap muka 100 persen karena secara umum kondisi (pandemi) saat ini sudah relatif aman,” ujarnya dalam webinar ”Pemulihan Layanan Pendidikan Dampak Pandemi Covid-19”, Selasa (14/6/2022).
Pembelajaran tatap muka (PTM) diterapkan di daerah berstatus pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 1,2, dan 3. Syarat lainnya, vaksinasi dosis lengkap (dua dosis) pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) minimal 80 persen serta bagi warga lanjut usia minimal 60 persen. Daerah PPKM level 3 yang tidak memenuhi syarat vaksinasi itu dapat menjalankan PTM 50 persen.
”Yang masih diizinkan menerapkan PJJ (pembelajaran jarak jauh) hanya daerah dengan PPKM level 4 yang vaksinasi dosis lengkap PTK-nya kurang dari 80 persen dan untuk lansia belum mencapai 60 persen,” katanya.
Namun, PTM harus tetap mengedepankan kehati-hatian. Sebab, meskipun indikator pandemi membaik, penularan Covid-19 masih berpotensi terjadi di sejumlah tempat, termasuk sekolah dan perkantoran.
Materi pembelajaran difokuskan pada kompetensi esensial, seperti literasi, numerasi, dan pengembangan karakter. Selain itu, kebutuhan gizi siswa juga harus dipenuhi demi mendukung kesehatan mereka selama mengikuti pembelajaran.
Apalagi, berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, kasus harian Covid-19 kembali naik dalam sepekan terakhir. Terdapat penambahan 930 kasus, Selasa. Jumlah itu meningkat dibandingkan sepekan lalu dengan 518 kasus.
”Agar PTM berjalan aman, syarat yang harus dipenuhi adalah menerapkan protokol kesehatan ketat untuk melindungi peserta didik, guru, dan keluarga,” ucapnya.
Dalam memulihkan capaian pendidikan, sekolah atau satuan pendidikan dapat memilih Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat, atau Kurikulum Merdeka Belajar. Di tahap awal, sekolah diimbau tidak memberikan materi belajar yang terlalu padat kepada siswa.
Materi pembelajaran difokuskan pada kompetensi esensial, seperti literasi, numerasi, dan pengembangan karakter. Selain itu, kebutuhan gizi siswa juga harus dipenuhi demi mendukung kesehatan mereka selama mengikuti pembelajaran.
”Jadi, materi belajar disederhanakan, fokus pada bidang esensial, serta disajikan dengan cara lebih konstruktif dan transformatif,” ucapnya.
Jumeri menambahkan, pihaknya mendukung penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengakselerasi pemulihan capaian pendidikan. Dalam aspek kesehatan, satuan pendidikan didorong meningkatkan kualitas layanan usaha kesehatan sekolah dan melibatkan orangtua untuk menjaga kesehatan siswa di rumah.
Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Suharti menuturkan, pandemi berdampak langsung ataupun tidak langsung terhadap layanan pendidikan. Dampaknya terutama pada siswa dari keluarga kurang mampu, anak berkebutuhan khusus, dan siswa di kawasan dengan infrastruktur teknologi informasi terbatas.
”Mohon perhatian agar mereka yang tertinggal dari teman-temannya mendapatkan perhatian lebih, baik dari pemerintah, guru, maupun keluarga agar bisa mengejar setelah penerapan PTM,” katanya.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Rohmat Mulyana Sapdi mengatakan, pemulihan pendidikan di madrasah dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya transformasi layanan digital. Bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika, pihaknya membangun platform pembelajaran daring terpadu bernama ”Mandiri Belajar”.
”Platform ini dapat diakses guru dan siswa secara cepat dari mana pun dan kapan pun. Pengelolaan pembelajaran juga semakin akurat, efektif, dan efisien,” ujarnya.
Kepala Unit Pendidikan Unicef Indonesia Katheryn Bennett menilai pandemi telah mengganggu layanan pendidikan di Tanah Air. Sejak awal pandemi pada Maret 2020, lebih dari 500.000 sekolah dan madrasah ditutup dan berdampak terhadap jutaan siswa.
“Pembelajaran jarak jauh telah menyebabkan banyak anak tidak dapat mengikuti pendidikan. Kekhawatiran tentang mereka (siswa) kehilangan pembelajaran membebani kita semua,” ucapnya.
Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan Erna Mulati mengatakan, pemantauan PTM melalui active case finding (ACF) perlu ditingkatkan karena belum dilakukan seluruh provinsi dan kabupaten/kota. Upaya pengendalian penularan Covid-19 tidak boleh diabaikan dengan tetap disiplin menjalankan prokes.
”Indonesia telah memiliki indikator-indikator PPKM yang dapat dipakai sebagai indikator penyesuaian restriksi sosial, baik dalam pengetatan maupun pelonggaran, serta sebagai sistem peringatan dini jika terjadi kenaikan kasus,” jelasnya.