Wilayah yang menjadi jalur jelajah harimau telah dirambah besar-besaran untuk kebun sawit dan tambang emas liar. Kondisi itu membuat harimau kian terjepit.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Diduga terjepit oleh aktivitas manusia yang merambah hutan, penjelajahan seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) ke wilayah baru berbuntut konflik. Petugas terpaksa mengevakuasinya sementara demi mencegah jatuh korban.
Evakuasi dilakukan setelah harimau berhasil dipancing masuk ke dalam kandang perangkap di wilayah Nalo Tantan, Kabupaten Merangin. Petugas lalu membawanya ke tempat penyelamatan satwa (TPS) Balai Koservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi menempuh perjalanan darat tujuh jam lamanya.
”Harimau lalu kami tempatkan sementara di TPS sambil menunggu keputusan menteri (KLHK) soal lokasi pelepasliarannya,” kata Rahmad Saleh, Kepala BKSDA Jambi, Jumat (22/4/2022).
Ia menjelaskan, harimau dalam kondisi sehat dan liar. Ia diharapkan dapat segera dilepasliarkan ke alam. Jika berlarut hidup dalam kandang TPS, harimau dikhawatirkan akan stres.
Rahmad menjelaskan harimau itu berasal dari kawasan hutan produksi di ekosistem penyangga Kerinci Seblat. Lokasinya di sebelah utara wilayah Nalo Tantan. Wilayah yang menjadi jalur jelajah sang harimau telah dirambah besar-besaran untuk pembukaan kebun sawit dan tambang emas liar.
Aktivitas-aktivitas itulah, lanjut Rahmad, yang membuat ruang gerak harimau kian terjepit. Sejak akhir tahun lalu, sang raja hutan berpindah ke arah selatan. Namun, di wilayah selatan, ia semakin terjepit karena menghadapi area permukiman warga. Terjepit di selatan, harimau akhirnya kembali ke utara.
Wilayah yang menjadi jalur jelajah sang harimau telah dirambah besar-besaran untuk pembukaan kebun sawit dan tambang emas liar.
Pada Maret 2022, harimau yang sama dilaporkan kembali muncul ke permukiman di wilayah Nalo Tantan. Kemunculannya ditandai adanya laporan ternak warga yang terluka dan mati.
Sepanjang Maret hingga pertengahan April, sebanyak 11 kambing dan 2 sapi mati diserang harimau. Kepala Tata Usaha BKSDA Jambi Teguh Sriyanto mengatakan sebagian besar kondisi ternak yang mati itu tidak dimakan harimau, melainkan ditinggal begitu saja.
Dokter Hewan BKSDA Jambi, Zulmanudin, menyebut kondisi harimau pascaevakuasi dalam kondisi sehat. Skor kondisi tubuh di angka 3,5 dari maksimal 5. Itu menandakan harimau terbilang sehat.
Harimau jantan itu diperkirakan berusia hampir 10 tahun. Berat badannya 110 kilogram dan panjang keseluruhan tubuhnya 217 cm. ”Secara umum kondisinya sehat. Hanya sedikit luka pada hidungnya karena sempat terbentur dinding kandang,” ujarnya.
Rahmad menambahkan, konflik manusia dan satwa terus meningkat seiring tingginya aktivitas manusia dalam ruang hidup si satwa kunci. Pada Oktober 2021, seekor harimau yang menjadi korban konflik dengan warga di ekosistem Kerinci Seblat juga dievakuasi ke TPS Jambi. Jalur jelajahnya diketahui mulai marak aktivitas tambang emas liar.
Ironisnya, dua pekan setelah dirawat dalam TPS, harimau mati. Hasil laboratorium menunjukkan harimau dalam kondisi malnutrisi kronis.
Saat ini, lanjut Rahmad, timnya menyebar di sejumlah lokasi untuk memonitoring konflik. Di wilayah Merangin, diperkirakan ada tiga individu harimau yang juga dalam kondisi terjepit manusia. Sementara di wilayah Muaro Jambi yang merupakan ekosistem Berbak Sembilang, harimau dua kali menyerang pekerja di hutan hingga tewas.
Wilayah itu merupakan ruang jelajah harimau sumatera dengan kondisi terbilang masih baik. Kawasan hutannya terhubung langsung dengan Taman Nasional Berbak Sembilang yang merupakan taman nasional rawa gambut terluas di Sumatera. Keberadaan para pekerja di hutan itu, lanjut Rahmad, bisa jadi mengusik kehidupan harimau yang menjelajah. Itu sebabnya, kejadian pekerja diterkam harimau kembali berulang.