Ornamen Natal yang Punya Banyak Cerita
Jelang hari raya Natal, banyak orang berlomba menghias rumahnya dengan beraneka pernak-pernik. Ada barang baru, ada pula yang lama. Namun, tiap ornamen sarat akan makna.
Natal selalu jadi perayaan tahunan yang dinanti banyak orang. Pernak-pernik Natal biasanya menghias banyak tempat, mulai dari ruang publik, pusat perbelanjaan, hingga tempat tinggal pribadi.
Warna-warni ornamen yang menjuntai dari satu tempat ke tempat lain kerap menarik perhatian banyak orang. Ada pohon natal yang biasanya mengimitasi cemara lengkap dengan pita, lonceng, bola-bola kecil, dan lampu yang bekerlap-kerlip.
Baca juga: GWK Cultural Park Gelar Aneka Hiburan Tutup Tahun
Kemeriahan itu menyimbolkan kehangatan Natal yang menyatukan banyak orang, bahkan dari berbagai agama. Jangan salah, Natal memancarkan makna bagi seluruh kalangan, tak terbatas pada umat Kristiani.
Saban tahun, aksesori natal terjual di berbagai tempat. Tak sedikit yang berburu ornamen-ornamen tersebut, tetapi ada pula yang menggunakan barang lama, bahkan memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya.
”Beli ornamen baru biasanya untuk mengganti pernak-pernik yang sudah usang dan rusak. Jadi belanja untuk mengganti barang yang lama,” ujar Fransiscus (26) ketika dihubungi dari Jakarta, Senin (19/12/2022).
Hiasan yang paling sering diganti adalah bola Natal karena lebih cepat rusak dibandingkan pernak-pernik lain. Misal, pecah karena jatuh atau terbanting.
Frans perlu merogoh kocek sekitar Rp 300.000 hingga Rp 500.000 untuk berbelanja. Agar mudah dan efisien, ia memilih berburu barang-barang natal di e-dagang, tentunya memanfaatkan promo dan diskon yang tersedia.
Baca juga: ”Basiap Jo, Natal So Dekat”
Serupa dengan Frans, Charolina Septiayuka (26) baru saja membeli pohon natal baru. Sejumlah alasan melatarbelakanginya berbelanja dekorasi baru. Pertama, pohon natal sebelumnya dianggap telah tua dan usang sehingga dirasa perlu menggantinya dengan yang baru. Kedua, pernak-pernik kecil, seperti bintang dan lampu hias, pun rusak hingga hilang entah ke mana.
”Aku baru saja beli pohon natal baru meski secara ukuran lebih kecil dari sebelumnya supaya lebih praktis,” ujar Charolina Septiayuka (26), Jumat (16/12/2022).
Meski demikian, keluarganya turut menggunakan barang-barang bekas untuk melengkapi ornamen yang sudah ada. Kardus-kardus tak terpakai dibungkus dengan kertas kado yang dipajang di bawah pohon Natal. Barang-barang ini sekaligus simbol harapan anak-anak yang akan terwujud kala Sinterklas datang saat hari raya.
Tanaman hias yang selama ini dirawat pun ternyata bisa menambah pajangan ornamen Natal. Kreasi ini justru menjadi ciri khas, membedakan dengan dekorasi pada umumnya.
”Saya suka sesuatu yang unik, tak banyak orang punya, dan dekat dengan alam. Jadi yang biasa saya gunakan pohon natal dari tanaman, kemudian dihias,” kata Septina Fransisca (53).
Baca juga: Nada Kebersamaan dari Desa
Jika biasanya pohon natal identik dengan cemara, kali ini ia memanfaatkan philodendron untuk tampil beda. Philodendron ditata rapi secara vertikal, berhiaskan dengan bola-bola natal serta pita yang dibiarkan menjuntai.
Septina juga memanfaatkan buah cemara sebagai dekorasi tambahan. Upaya ini dapat menekan biaya ornamen Natal sebab barang-barang di sekitarnya jadi ide berkreasi. Septina hanya mengeluarkan biaya sekitar Rp 50.000 untuk membeli ornamen baru yang tak bisa dimanfaatkan dari barang sekitarnya. Itu pun tak selalu tiap tahun berbelanja barang anyar.
Sirat cerita Natal
Pernak-pernik natal tak mengurangi makna kehangatan dan kemeriahan yang terpancar, baik itu menggunakan barang baru maupun lama. Tiap orang menyimpan ceritanya tersendiri kala melihat dekorasi tersebut.
Frans, misalnya, selalu menyelipkan kado di bawah pohon natalnya. Kado ini berisi barang yang memang diidam-idamkan keponakannya sehingga menambah keceriaan hari raya itu. Inovasi ini terjadi bukan tanpa alasan.
”Aku waktu kecil ingin dapat kado di bawah pohon Natal juga karena nonton film, tetapi enggak terwujud. Jadi aku mewujudkannya ke keponakanku,” kata Frans.
Baca juga: Hidup Frugal demi Masa Depan: Irit atau Pelit?
Perayaan yang lekat dengan keluarga menambah alasan panjang pentingnya Natal di mata banyak orang. Lantaran selama ini Yuka selalu merayakan Natal dengan keluarganya, ia menganggapnya sebagai sebuah pesta. Tak hanya itu, perayaan yang hanya berlangsung sekali dalam setahun ini sekaligus menjadi ajang berkumpul dengan keluarga.
”Jadi benar-benar full of joy. Itu kenapa beli ornamen menunjukkan bahwa aku sedang merayakan sesuatu yang penuh kegembiraan,” ujarnya.
Alasan berbeda dikatakan Septina yang memaknai Natal sebagai bentuk kesederhanaan dan kepedulian terhadap sesama. Hal ini yang mendorongnya menggunakan produk-produk ramah lingkungan dan enggan membeli hiasan-hiasan baru, apalagi berukuran jumbo. Prinsip itu mesti selaras dengan kehadiran Yesus Kristus yang lahir dalam kesederhanaan pula.
Perhatian pada lingkungan pun bentuk nyata kepedulian kita pada makhluk hidup lain. Dengan mengurangi sampah Natal dari dekorasi yang sekali pakai, ada kegiatan lain yang jauh lebih berguna.
”Daripada dananya untuk hal-hal yang enggak bermakna seperti itu, lebih baik digunakan untuk pos lain, seperti berbagi pada tetangga dan orang lain yang masih hidup susah,” tutur Septina.
Baca juga: Awas, Jebakan Batman Paylater di Akhir Tahun
Berburu promo
Tren penjualan ornamen Natal memang meningkat pada tahun 2022, apalagi setelah pemerintah tak membatasi perayaan ini. Sebagian orang yang merayakannya memilih berbelanja dekorasi Natal di pusat perbelanjaan.
Sejumlah kios mulai menjajakan hiasan natal pada pertengahan November. Antusiasme masyarakat tampak meningkat dengan makin ramainya kios-kios itu.
Ada sebagian pengunjung yang langsung membeli, tanpa berlama-lama memilih barang. Sebaliknya, ada pula yang menghabiskan waktu untuk melihat-lihat, mencermati tiap detail hiasannya. Sejumlah barang menarik perhatian konsumen, di antaranya boneka tentara Nutcracker yang terbuat dari kayu, tanaman imitasi kastuba berdaun merah, dan amplop kecil penuh warna, seperti tampak di kios Scoop lantai bawah (LG) Grand Indonesia, Jakarta, Sabtu (17/12/2022).
Selain menjelang Natal, kios Scoop ini ramai karena memberikan diskon 10 persen untuk pelanggan tiap akhir pekan. ”Awalnya pelanggan hanya bertanya (soal produk), kemudian kita sebut ada promo, konsumen jadi menambah belanjaannya. Hal ini kan bisa menambah omzet juga,” ujar penjaga kios Scoop, Pipit Yulianti (25).
Kondisi serupa juga terjadi pada kios lain yang menjajakan produk merek Blomst. Saat awal buka, pengunjung cenderung bertanya soal harga dan promo. Namun, konsumen justru banyak berbelanja saat mendekati hari Natal.
”Konsumen banyak yang cari justu menjelang hari Natal karena diskonnya makin besar, bisa sampai 50 persen,” kata kasir kios Blomst, Yulita (29).
Baca juga: Optimisme Ekonomi Menyongsong Natal dan Tahun Baru
Seakan menegaskan hiasan yang banyak dicari saat barang rusak, Yulita bercerita, kebanyakan pengunjung mencari boneka dan taplak meja bernuansa Natal. Hanya segelintir konsumen membeli bola-bola natal yang cenderung lebih awet sebab masih bisa digunakan dari tahun ke tahun tanpa harus membeli barang baru.