”Basiap Jo, Natal So Dekat”
Sedikit lagi perayaan Natal tiba. Umat Kristiani di beberapa wilayah Indonesia siap menyambut hari raya ini dengan meriah.
Sepekan lagi Natal tiba. Di Manado, Sulawesi Utara, dan Kediri, Jawa Timur, umat Nasrani semakin sibuk mempersolek rumah, tubuh, dan hati mereka demi merayakan hari raya penuh semarak. Jangan salah, ini bukan perkara konsumtif, tetapi soal ungkapan syukur.
Lagu bernuansa Natal samar-sama terdengar di Toko Roberta yang terletak di kompleks Pasar 45, Wenang, Manado, Sulawesi Utara, Kamis (15/12/2022). Dominggas Bakarbessy (45) alias Mince dengan sigap memilih baju anak-anak dari keranjang besi di sudut toko. Dua baju merah sudah tersandang rapi di bahu.
”Tema Natal di rumah tahun ini merah. Jadi, ini ada cari baju anak-anak warna merah sekalian sepatu, topi, dan baju untuk pakai di rumah. Habis ini baru saya cari baju untuk saya dan suami,” kata Mince sambil tertawa.
Kebetulan Mince bersama si bungsu sedang berada di Kota Manado untuk menjemput anak pertamanya yang bersekolah di sana. Selesai belanja, mereka akan pulang ke rumah di Likupang Barat, Pulau Talise, keesokan harinya. Perempuan Ambon ini menetap di pulau itu bersama suaminya yang berasal dari Siau.
Ibu tiga anak ini menceritakan, tidak hanya pakaian, perayaan Natal di rumahnya di Talise juga mengambil tema warna merah. ”Setelah bersih-bersih, saya juga ganti gorden dan taplak meja dengan yang berwarna merah supaya selaras. Bahkan, seprai tempat tidur juga merah,” ujarnya.
Sudah menjadi kebiasaan di rumah Mince untuk menggunakan konsep warna saat merayakan hari Natal. Pada tahun lalu dia mengadopsi warna biru dan tahun sebelumnya warna hijau. Tema tahun ini merah untuk menggambarkan semangat keluarga Mince memasuki Natal.
Untuk perayaan Natal tahun ini, Mince menyediakan uang sekitar Rp 3,5 juta, sedikit lebih tinggi dari pemasukan keluarga yang sebesar Rp 2 juta per bulan. Tidak apa-apa karena Natal merupakan hari penting bagi mereka sekeluarga.
Agar pengeluaran lebih ringan, ia biasanya mengikuti arisan. Dia hanya perlu membayar Rp 1 juta pada bulan Januari untuk membeli bahan kue yang akan diterima pada Desember. Sejak 4 Desember lalu, Mince telah menerima beras, tepung terigu, gula, kacang, mentega, dan telur.
Tak hanya soal perut dan rumah, Mince pun berencana untuk mengurus penampilannya agar terlihat cantik. ”Ini mau smoothing rambut minggu depan. So dari April terakhir smoothing,” ujar Mince.
Persiapan Natal juga dilakukan oleh keluarga Angel Worotitjan (41) di Jalan Toar, Mahakeret, Manado. Rumah mereka sudah berdandan elok bahkan sejak pertengahan Oktober. Pohon natal beserta ornamen warna ungu nuansa emas dipajang bersama dengan slinger.
Angel menceritakan, ia menyiapkan budget Rp 15 juta-Rp 20 juta untuk merayakan Natal setiap tahun. Rumah mereka cat ulang pada akhir November. Ornamen natal baru yang lucu mereka beli. Beberapa bahan kue malahan sudah mereka beli sejak bulan lalu agar tidak terpengaruh kenaikan harga.
”Saya juga membeli baju anak-anak untuk ibadah, ya, dan angpau untuk orangtua. Biasanya, sih, belanja di Manado Town Square. Untuk Natal memang saya sudah tabung dari Januari karena tahu Desember itu pengeluaran besar,” kata Angel yang bekerja sebagai aparatur sipil negara.
Rentetan ibadah
Di Manado, persiapan Natal juga dilakukan dengan menggelar berbagai ibadah Natal kolom atau kelompok yang terdiri atas 15-25 keluarga dan ibadah kelompok lain sejak awal Desember. Ibadah-ibadah ini sering ditutup dengan pesta makan. Lauk yang tersedia bisa sampai 10 macam, jauh lebih banyak ketimbang makanan yang ada saat ibadah kolom rutin.
Itulah yang dialami pasangan suami istri Teddy Sulangi (59) dan Jul M Mandei (52) yang menghabiskan waktu sepanjang awal Desember untuk menghadiri rentetan ibadah pra-Natal. Keduanya merupakan jemaat dari Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) Bait-El Bahu di Malalayang, Kota Manado.
Jul sedang berada dalam masa pemulihan dari sakit sehingga tidak terlalu banyak menghadiri ibadah. Akan tetapi, Teddy telah mengikuti 11 ibadah kolom sejak awal Desember.
”Kemarin saya tiga kali ibadah Natal. Pukul 10 pagi di tempat kerja, pukul empat pagi ibadah tim doa, terus ada ibadah kaum bapak. Kalau rata-rata bisa ibadah sehari satu kali dan makan berat semua,” ujar Teddy sambil tersenyum.
Makanan yang tersedia bervariasi, antara lain sup brenebon, mi goreng, ikan bakar, capcai, sayur pangi, dan daging babi. Tak bisa dimungkiri, semua menu itu bisa membuat kolesterol dan hipertensi datang berkunjung.
Karena itu, Teddy dan Jul selalu berhati-hati memilih menu. Daging dikurangi, sayur diperbanyak. Menu ikan menjadi andalan utama. Mereka juga rutin mengonsumsi obat hipertensi untuk menjaga tekanan darah.
”Tapi, rata-rata semua makan karena ada istilah ’pinjam hari’. soalnya kapan lagi makan enak. Kami juga dulu begitu, tapi sekarang sudah pada tahap sadar kesehatan. Yang masih muda tak ada takutnya. Makanya, habis Natal banyak yang masuk RS,” kata Jul.
Tak berhenti di situ, Teddy menceritakan, orang Manado juga kerap membawa pulang makanan sisa ibadah. ”Orang luar mungkin merasa aneh, kesannya kami rakus, tetapi kalau di sini kami ingin menghargai makanan dan mereka yang datang,” ujarnya.
Ucapan syukur
Sejarawan dan budayawan Universitas Sam Ratulangi, Ivan Kaunang, menjelaskan, tradisi orang Manado dalam merayakan Natal adalah pencampuran antara tradisi dan agama. Bicara tentang kebiasaan berpesta, misalnya, orang Minahasa juga memiliki kebiasaan mengucap syukur yang mirip dengan ajaran Kristen.
Orang Minahasa melakukan ucapan syukur itu dalam bentuk berpesta. Bahkan, meskipun banyak tradisi Natal telah mengalami komodifikasi seiring zaman, kebiasaan berpesta di Manado rupanya tetap bertahan dari dulu sampai sekarang. Hal ini membuat muncul stereotipe dari pihak luar bahwa orang Manado itu konsumtif.
”Orang luar melihat kami konsumtif karena setiap hari makan-makan luar biasa biar ada utang di toko dan warung. Akan tetapi, kalau dilihat secara emik, ini adalah ucapan syukur kepada Tuhan karena telah memberi berkat. Kosmologi orang Minahasa seperti itu,” papar Ivan.
Ivan melanjutkan, ada pula salah pemaknaan tentang istilah ”biar kalah nasi asal jangan kalah aksi”. Ungkapan itu diartikan bahwa orang Manado lebih memilih penampilan meskipun tidak makan.
”Kalau pemaknaan dulu, ungkapan itu ada hubungannya dengan tradisi pertanian. Jadi, kalau belum ada padi, ya, harus bekerja. Ada aksi. Tapi, makna itu berubah sekarang dan ada kaitannya dengan tradisi Kristen bahwa masuk gereja harus berpakaian bagus,” tuturnya.
Perayaan berulang
Sementara itu, suasana penyambutan Natal sudah terasa di Desa Sidorejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Hari Minggu (11/12/2022) malam, separuh jalan di wilayah desa seluas 651 hektar itu sudah cantik dan meriah oleh lampu hias warna-warni dan bambu membentuk lengkungan di atas jalan. Rumah mereka pun tak kalah semarak dengan hiasan natal.
Pendeta GKJW Sidorejo Dwi Cahyono menjelaskan, mereka sudah memulai perayaan Natal sejak 12 Desember. Yang unik, warga di sana punya kebiasaan merayakan Natal berkali-kali. Ada perayaan Natal bagi kaum ibu, pemuda, dan anak-anak sejak di wilayah kelompok sampai di gereja induk, GKJW Sidorejo.
”Pernah dalam satu hari ada tiga perayaan di wilayah kami. Kebetulan ada koster gereja yang bisa hadir mewakili pendeta, lalu saya mengundang pendeta dari wilayah lain untuk datang ke perayaan di tempat kedua. Saya hadir di perayaan satu lagi,” kata Dwi yang sudah bertugas di Sidorejo selama lebih dari enam tahun.
Aprilia Ike Kristanti (33), warga Desa Sidorejo, membenarkan adanya kebiasaan jemaat untuk merayakan Natal berulang kali itu. ”Merayakan Natal itu sangat menyenangkan. Ya, bersenang-senang bersama warga lain dan yang penting saya bersyukur atas berkat-Nya,” kata Lia, panggilan akrabnya.
Tak hanya menyiapkan makanan, minuman, dan kue, warga pun sibuk memasak nasi beserta lauk untuk ater-ater. Ater-ater adalah istilah untuk hantaran makanan bagi orangtua dan para tetangga, termasuk mereka yang berbeda agama. Ater-ater bisa berwujud nasi beserta lauk dan kue dalam sebuah kotak, tetapi warga juga sering memakai rantang bersusun lima.
Isinya bisa berupa nasi putih dengan lauk ayam bumbu rujak, mi goreng, dan semacam sayur berkuah. Ada juga kue basah lima macam, seperti lemper dan onde-onde. Ater-ater menjadi cara warga untuk menjaga tali persaudaraan dan ungkapan sukacita mereka.
Natal selalu menjadi hari istimewa yang membawa sukacita serta mengingatkan kita untuk mengucap syukur. Basiap jo, Natal so dekat!