Pencarian Turis Tamasya Ekstrem yang Hilang, Siapa Menanggung Biayanya?
Biaya pencarian dan penyelamatan kapal selam mini Titan pasti mahal. Penjaga Pantai AS tidak bisa meminta penggantian karena sudah menjadi tanggung jawabnya.
Ketika jutawan petualang asal Amerika Serikat, Steve Fossett, hilang bersama dengan pesawatnya di kawasan hutan lebat Sierra Nevada, California, pada 2007, operasi pencarian dan penyelamatan besar-besaran dilakukan. Puing-puing pesawatnya berhasil ditemukan dan diidentifikasi betul milik Fossett. Sementara sisa-sisa jenazah Fossett hanya ditemukan satu fragmen tulang yang waktu itu diduga Fossett.
Ketika operasi pencarian dihentikan, timbul pertanyaan. Siapa yang harus membiayai operasi pencarian dan penyelamatan itu? Pertanyaan yang sama kembali muncul ketika kapal selam mini Titan hilang di bawah laut dekat kuburan RMS Titanic, pekan lalu. Isu ”siapa yang harus membayar” ini ramai diperbincangkan publik.
”Biayanya pasti tidak masuk akal. Setelah masa sedih berlalu, banyak orang yang mulai mempertanyakan, kenapa publik yang harus mengeluarkan uang untuk upaya penyelamatan jika orang-orang ini cukup kaya untuk melakukan petualangan yang mahal dan berisiko tinggi seperti itu?” kata Dekan Sekolah Administrasi Perhotelan Universitas Boston dan peneliti pariwisata, Arun Upneja, pekan lalu.
Penjaga Pantai AS tidak mau memberikan perkiraan biaya operasi pencarian dan penyelamatan Titan. Operator Titan, OceanGate, mengatakan tidak bisa mengaitkan nilai uang dengan operasi pencarian dan penyelamatan karena penjaga pantai AS tidak mengaitkan biaya dengan menyelamatkan nyawa.
Baca juga: Pengalaman Seumur Hidup yang Seharga Nyawa
Lima ”turis” tamasya ekstrem Titan dinyatakan tewas setelah kapal selam mini itu diduga meledak tidak jauh dari bangkai Titanic. Kelima turis itu adalah CEO OceanGate dan pilot Titan, Stockton Rush; taipan kelahiran Pakistan berkewarganegaraan Inggris, Shahzada Dawood (48), dan putranya, Suleman Dawood (19); penjelajah asal Inggris, Hamish Harding (58); serta ahli Titanic dan kapal selam, Paul-Henri Nargeolet (77). Untuk tamasya ke bawah laut itu, OceanGate mematok ”tiket” per orang sebesar 250.000 dollar AS atau sekitar Rp 4 miliar.
Pengacara AS di Maine yang juga spesialis pada isu hukum maritim, Stephen Koerting, mengatakan, meski biaya Penjaga Pantai AS untuk operasi pencarian dan penyelamatan kemungkinan mencapai jutaan dollar AS, undang-undang federal umumnya melarang meminta penggantian biaya terkait dengan layanan pencarian dan penyelamatan apa pun.
Namun, tetap saja ada gugatan dari publik yang mempertanyakan apakah pelancong atau perusahaan yang kaya raya itu juga harus memikul tanggung jawab penggantian biaya. Toh, mereka sendiri yang mengekspos diri pada risiko tamasya ekstrem. Apakah harus dibiayai dari pajak rakyat atau uang pemerintah? ”Ini pertanyaan yang paling sulit dicari jawabannya,” kata Presiden Persatuan Pembayar Pajak Nasional AS Pete Sepp.
Baca juga: Titan Terbaring di Dasar Atlantik Bersama Titanic
Sepp mencatat operasi penyelamatan didanai pemerintah sejak eksploitasi balon udara miliarder Inggris, Richard Branson, pada 1990-an. Pertanyaan akan sumber daya pembiayaan itu menjadi sorotan pada 1998. Pada waktu itu Fossett keliling dunia dengan balon udara yang kemudian berakhir dengan terjun ke laut di dekat Australia.
Angkatan Udara Australia mengirimkan pesawat angkut Hercules C-130 untuk mencarinya. Sebuah pesawat militer Perancis mengirimkan 15 orang di rakit penyelamat untuk membantu Fossett sebelum ia dijemput kapal pesiar yang lewat. Kritikus menilai semestinya Fossett yang membayar semua biaya penyelamatannya, tetapi ia tak mau.
Pada akhir tahun yang sama, Penjaga Pantai AS menghabiskan lebih dari 130.000 dollar AS atau Rp 2 miliar untuk menyelamatkan Fossett dan Branson setelah balon udara mereka jatuh di lepas pantai Hawaii. Branson mengatakan akan membayar jika penjaga pantai memintanya, tetapi penjaga pantai tidak memintanya.
Sembilan tahun kemudian, pesawat Fossett hilang di Negara Bagian Nevada. Kali ini giliran Garda Nasional Nevada yang sibuk mencari selama berbulan-bulan dan akhirnya menemukan puing-puing pesawat dari beberapa kecelakaan puluhan tahun lalu. Namun, Fossett tidak berhasil ditemukan.
Baca juga: Mainan Berbahaya Orang-orang Kaya
Pemerintah Negara Bagian Nevada mengatakan, operasi pencarian dan penyelamatan itu telah membebani pembayar pajak hingga 685.998 dollar AS (Rp 10,2 miliar). Sekitar 200.000 dollar AS (Rp 3 miliar) ditanggung oleh sumbangan pribadi. Namun, ketika kantor Gubernur Jim Gibbons mengumumkan akan meminta penggantian untuk sisanya, istri Fossett menolak keras dengan alasan ia sudah menghabiskan 1 juta dollar AS (Rp 15 miliar) untuk melakukan pencarian pribadi.
”Kami yakin pencarian yang dilakukan Negara Bagian Nevada itu merupakan biaya pemerintah karena melakukan tanggung jawab pemerintah,” kata seorang pengacara atas nama keluarga Fossett.
Jaminan keselamatan
Gara-gara pandemi, tempat-tempat wisata luar ruang kian populer, seperti taman nasional. Pada saat yang sama, meluasnya penggunaan ponsel beserta aplikasi keselamatan yang ada di dalamnya membuat orang cenderung lengah, tidak peduli atau pasrah. Jika terjadi masalah, mereka tinggal menelepon dan yakin bala bantuan akan datang.
Sebenarnya tak semudah itu. Ada beberapa lokasi wisata yang menetapkan aturan yang biasa disebut ”aturan bagi pengendara yang bodoh”. Pengendara dipaksa membayar tagihan tanggap darurat ketika mereka mengabaikan, misalnya, barikade di jalan yang terendam. Negara Bagian Arizona punya aturan seperti itu. Ada gagasan untuk membuat ”aturan bagi pejalan kaki yang bodoh” karena banyak orang yang tetap nekad berjalan-jalan saat cuaca panas terik.
Di Gunung Everest, biaya izin dan ekspedisi untuk mendaki bisa mencapai puluhan ribu dollar AS. Risikonya tinggi karena orang bisa meninggal atau hilang saat mendaki Everest. Karena alasan ini, perlu biaya tanggap darurat. Pemerintah Nepal mewajibkan pendaki memiliki asuransi penyelamatan. Ruang lingkup upaya penyelamatan bisa sangat bervariasi dan bisa menelan biaya hingga puluhan ribu dollar AS.
Ada insiden lain yang menimpa jutawan Inggris, Tony Bullimore, pada 1997. Kapal pesiar Bullimore sedang melakukan perjalanan keliling dunia dan berulang kali membutuhkan penyelamatan ketika mereka tersesat. Akhirnya, kapalnya terbalik di lepas pantai Australia. Bullimore berlindung di bagian dalam lambung dalam kondisi kehabisan air tawar dan hampir kehabisan udara. Ia selamat ketika kapal penyelamat tiba.
”Kami memiliki kewajiban hukum internasional. Kami punya kewajiban moral untuk mencari dan menyelamatkan orang baik dalam kebakaran hutan, angin topan, atau di laut,” kata Ian McLachlan yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan Australia. Namun, Pemerintah Australia mengimbau untuk membatasi rute perlombaan kapal pesiar ke daerah-daerah yang relatif lebih aman.
Baca juga: Wisata Luar Angkasa, Tamasya Kaum Kaya Menembus Kemustahilan
Harian The New York Times, 23 Juni 2023, menyebutkan, untuk berbagai bentuk perjalanan petualangan sebenarnya sudah ada asuransi dan sistem pendukung lainnya. Bagi yang ingin mendaki Gunung Everest bisa bergabung dengan perusahaan ekspedisi, menyewa sherpa untuk memandu perjalanan selama pendakian, dan membeli asuransi perjalanan yang menawarkan berbagai perlindungan hingga ketinggian gunung.
Jika terjadi masalah, perusahaan asuransi bisa membawa ke rumah sakit atau melakukan penyelamatan lapangan apabila keberadaan pelancong diketahui. Helikopter juga bisa menjemput jika seseorang, misalnya, mengalami radang dingin saat mencoba mencapai puncak di Himalaya.
Jika terjebak dalam kerusuhan sipil di luar negeri, mantan anggota Navy SEAL bahkan bisa datang membantu. Juru bicara Servius Group, perusahaan yang menawarkan keamanan perjalanan, Nick Goracy, mengatakan, biaya untuk itu bisa berkisar lima hingga enam digit.
Ada pula perusahaan bantuan perjalanan yang menyediakan keanggotaan tahunan untuk kebutuhan keamanan, evakuasi medis, dan layanan penyelamatan. Covac Global menawarkan paket ”ganti rugi penuh” untuk evakuasi medis dan keamanan, termasuk pencarian dan penyelamatan, dengan biaya sekitar 2.800 dollar AS. Biaya yang ditanggung hingga 1,3 juta dollar AS.
Namun, Direktur Eksekutif Covac Global Ross Thompson mengaku hingga saat ini belum ada klien yang melampaui batas maksimum pertanggungan. Ia menyinggung pernah ada upaya evakuasi dengan biaya termahal, yakni 400.000 dollar AS (Rp 6 miliar). Pada waktu itu ada kasus pelancong yang kritis Covid-19 dan dievakuasi dari Indonesia ke Kanada.
Baca juga: Mau Jalan-jalan ke Ruang Angkasa? Cukup Bayar Rp 6,5 Miliar
Ketika ditanya soal pencarian Titan, Thompson mengatakan, ada tiga negara yang mengerahkan setidaknya sembilan kapal dan beberapa pesawat serta kendaraan yang dioperasikan jarak jauh selama upaya penyelamatan besar-besaran. Ia memperkirakan biaya untuk itu mencapai 100 juta dollar AS (Rp 1,5 triliun). Apalagi robot pencari bawah laut sampai dikerahkan dan biaya pengoperasiannya sangat mahal. Dalam hal polis asuransi, mungkin perlu ada perhitungan baru terkait asuransi risiko ekstrem.
”Pada akhirnya, pembayar pajak yang akan bertanggung jawab karena dari sanalah anggaran Penjaga Pantai AS berasal,” kata Mikki Hastings, Presiden Asosiasi Nasional untuk Pencarian dan Penyelamatan, organisasi nirlaba yang berfokus pada penyelamatan di hutan.
Namun, kata Direktur Eksekutif Asosiasi SAR Chris Boyer, sebagian besar tim SAR domestik adalah organisasi sukarelawan. Ia menggarisbawahi perlunya pemikiran ulang mengenai upaya penyelamatan apa yang bisa dilakukan secara wajar ketika terjadi bencana. Sebab, ketika tragedi Titan terjadi, bahkan kemampuan perusahaan bantuan perjalanan yang sudah mapan pun terbatas.
”Tidak ada yang bisa dilakukan untuk membantu seseorang yang berada 15.000 kaki di bawah permukaan laut. Kita hanya bisa melakukan sebatas kemampuan yang ada,” kata Direktur Eksekutif Global Rescue Dan Richards, yang menyediakan layanan evakuasi dan penyelamatan lapangan. (AP)