Titan Terbaring di Dasar Atlantik Bersama Titanic
Kapal selam mini, Titan, diduga meledak di bawah laut hingga menewaskan lima penumpangnya. Sebagian puing-puing Titan sudah ditemukan dan pencarian dihentikan.
Lima penumpang kapal selam mini Titan tewas setelah kapal milik OceanGate itu diduga meledak di bawah laut. Angkatan Laut Amerika Serikat mendeteksi kemungkinan ledakan Titan melalui perangkat pemantauan suara bawah air rahasia yang dirancang untuk mendeteksi kapal selam.
Suara ”anomali seperti ledakan di sekitar tempat Titan beroperasi ketika komunikasi terputus” itu terdengar setelah Titan menghilang di Samudra Atlantik dalam perjalanan menuju bangkai kapal Titanic, Minggu. Penjaga Pantai AS, Kamis, juga menemukan puing-puing kapal selam, termasuk kerucut ekor kapal selam dan ujung depan dan belakang lambung tekanan di dekat bangkai Titanic yang berada di kedalaman laut 3.800 meter.
Informasi terbaru ini kemudian mengakhiri operasi pencarian dan penyelamatan yang melibatkan banyak negara selama empat hari. Harapan kian menipis ketika pasokan oksigen selama 96 jam di Titan diperkirakan sudah habis.
Baca juga: Mainan Berbahaya Orang-orang Kaya
”Ini ledakan kapal yang dahsyat. Atas nama Penjaga Pantai Amerika Serikat dan seluruh komando terpadu, saya menyampaikan belasungkawa yang paling dalam untuk keluarga yang ditinggalkan,” kata Laksamana Muda John Mauger dari Distrik Penjaga Pantai Pertama AS, Kamis (22/6/2023).
Perusahaan pemilik Titan, OceanGate Expeditions, dalam pernyataan tertulisnya mengumumkan, kelima orang yang berada di dalam Titan ”sangat disayangkan telah hilang”. Kelima penumpang Titan yang tewas itu adalah CEO OceanGate dan pilot Titan, Stockton Rush; taipan kelahiran Pakistan tetapi berkewarganegaraan Inggris, Shahzada Dawood (48) dan putranya, Suleman Dawood (19); penjelajah asal Inggris Hamish Harding (58); dan ahli Titanic dan kapal selam, Paul-Henri Nargeolet (77).
”Mereka adalah penjelajah sejati yang memiliki semangat petualangan dan hasrat mendalam untuk menjelajahi dan melindungi lautan dunia. Kami berduka atas hilangnya nyawa dan kegembiraan yang mereka berikan ke semua orang yang mereka kenal,” sebut pernyataan OceanGate.
Mauger mengatakan, pihaknya tidak dapat memastikan kapan atau mengapa Titan meledak. Ia juga belum memastikan apakah akan mengambil sisa-sisa jenazah kelima penumpang itu atau tidak. ”Dasar laut adalah wilayah yang sangat berbahaya tidak kenal ampun,” ujarnya. Tekanan pada kedalaman itu yang diukur di atmosfer adalah 400 kali lipat tekanan di permukaan laut.
Titan dijadwalkan kembali tujuh jam setelah menyelam pada Minggu pagi pukul 08.00 waktu setempat. Namun, dua jam kemudian, kru darat kehilangan komunikasi dengan Titan. Kapal dan pesawat dari penjaga pantai AS dan Kanada serta robot yang dikirim dari Perancis segera menjelajahi area sekitar 20.000 kilometer persegi permukaan air untuk mencari Titan.
Pencarian dilakukan di area di mana pantulan sonar suara benturan bawah air terdeteksi pada Selasa malam dan Rabu. Namun, Mauger mengatakan, pada akhirnya suara itu tampaknya tidak ada hubungannya dengan lokasi puing.
Baca juga: Kapal Selam Wisata Hilang Saat Ekspedisi ke Lokasi Titanic Karam
Pihak Gedung Putih berterima kasih kepada Penjaga Pantai AS dan mitra lainnya yang membantu upaya pencarian dan penyelamatan. Mitra yang dimaksud meliputi Kanada, Inggris, dan Perancis. Pemerintah Inggris dan Pakistan juga menyatakan belasungkawa terdalam kepada keluarga para korban.
”Hati kami tertuju pada keluarga dan orang-orang terkasih dari mereka yang kehilangan nyawa di Titan. Mereka sudah melalui cobaan yang mengerikan selama beberapa hari terakhir, dan kami mengingat mereka dan berdoa,” sebut pernyataan dari Gedung Putih.
Kapal selam mini Titan diluncurkan pada Minggu (18/6/2023) pukul 06.00 menuju ke lokasi tenggelamnya Titanic. Sebelumnya, pada 2021 dan 2022, sebanyak 46 orang berhasil melakukan perjalanan dengan kapal selam OceanGate ke lokasi bangkai Titanic.
Salah satu penumpang pertama OceanGate bahkan mempertanyakan keselamatan kapal selam itu. Ia bahkan menyamakan penyelaman yang dia lakukan ke lokasi itu dua tahun lalu dengan misi bunuh diri.
”Bayangkan sebuah tabung logam sepanjang beberapa meter dengan selembar logam untuk lantai. Kita tidak bisa berdiri. Tidak bisa berlutut. Semua harus duduk berdekatan. Rasanya sesak,” kata Arthur Loibl, pensiunan pengusaha dan petualang dari Jerman.
Loibl menceritakan pengalamannya pada waktu itu. Selama 2,5 jam turun dan naik dan lampu harus dimatikan demi menghemat energi. Satu-satunya penerangan datang dari tongkat pendar neon.
Penyelaman berulang kali ditunda karena harus memperbaiki masalah pada baterai dan bobot penyeimbang. Akhirnya, total perjalanan memakan waktu hingga 10,5 jam. Kapal selam itu memiliki tujuh sistem cadangan untuk kembali ke permukaan, termasuk karung pasir dan pipa timah yang lepas dan balon tiup.
Loibl mengajukan gugatan pada 2018 karena khawatir dengan desain eksperimental dan belum teruji Titan yang tingginya 6,5 meter itu.
Nicolai Roterman, ahli ekologi laut dalam dan dosen biologi kelautan di University of Portsmouth, Inggris, mengatakan, hilangnya Titan ini mengungkap risiko bahaya dan ketidaktahuan pariwisata laut dalam. ”Bahkan, teknologi yang paling andal pun bisa gagal dan kecelakaan pun terjadi. Dengan perkembangan pariwisata laut dalam, kita harus mengantisipasi lebih banyak insiden seperti ini,” ujarnya.
Kapal Titanic menabrak gunung es dan tenggelam pada 1912 dalam pelayaran perdananya dari Inggris ke New York. Sebanyak 2.224 penumpang dan awak kapal berada di Titanic saat itu. Lebih dari 1.500 orang tewas. Bangkai Titanic kemudian ditemukan pada 1985 dan menjadi daya pikat para ahli bahari dan wisatawan bawah air.
Baca juga: Urgensi Teknologi Bawah Air untuk Mencari Kapal Selam Karam
OceanGate Expeditions mengenakan biaya 250.000 dollar AS atau Rp 4 miliar untuk satu kursi di Titan. Ini wisata mahal dan hanya orang-orang kaya yang mampu membeli tiketnya.
Pada perjalanan Titan yang terakhir ini, empat penumpang ikut serta. Stockton Rush mendirikan OceanGate pada 2009 untuk menyediakan kapal selam berawak bagi peneliti dan penjelajah bawah laut. Perusahaan swasta yang berbasis di Washington ini mulai membawa turis ke bangkai kapal Titanic pada 2021 sebagai bagian dari upaya mendokumentasikan Titanic sebelum semuanya hilang dan tidak bisa dikenali lagi.
Ketika diwawancarai CBS News tahun lalu, Rush menjamin keamanan kapal selamnya, tetapi tetap saja tidak ada yang tanpa risiko. ”Yang paling saya khawatirkan adalah hal-hal yang akan bisa menghambat untuk bisa naik ke permukaan seperti jaring ikan. Jika terbelit, bisa bahaya. Tetapi, pilot yang jago bisa menghindar,” ujarnya.
Rush menjadi pilot peringkat transportasi jet termuda di dunia pada usia 19 tahun dan menerbangkan jet komersial saat kuliah pada 1981. Ia lalu bergabung dengan McDonnell Douglas Corp pada 1984 sebagai insinyur uji terbang. Selama 20 tahun terakhir, ia mengawasi pengembangan beberapa usaha IP yang sukses.
Greg Stone, ilmuwan kelautan yang juga teman Rush, menyebut Rush sebagai ”pelopor sejati” dalam inovasi kapal selam. ”Stockton orang yang suka mengambil risiko. Dia cerdas, punya visi, dan ingin mendorong sesuatu ke depan,” ujarnya.
Penumpang yang lain, pengusaha asal Inggris, Harding, dulu tinggal di Dubai, Uni Emirat Arab. Action Aviation, perusahaan pialang pesawat tempat Harding menjabat sebagai ketua, mengatakan, ia adalah salah satu spesialis misi yang membayar untuk melakukan ekspedisi.
Baca juga: Sejarah dan Peran Kapal Selam Indonesia
Harding adalah petualang miliarder yang memegang tiga Rekor Dunia Guinness, termasuk rekor durasi terlama di kedalaman laut penuh oleh kapal berawak. Pada Maret 2021, Harding dan penjelajah laut Victor Vescovo menyelam ke kedalaman terendah Palung Mariana.
Pada Juni 2022, ia pergi ke luar angkasa dengan roket New Shepard milik Blue Origin. ”Keluarga Harding dan tim di Action Aviation sangat berterima kasih atas semua pesan kepedulian dan dukungan dari teman dan kolega kami,” sebut pernyataan perusahaan itu.
Dalam unggahan di media sosial Facebook, Sabtu, Harding mengatakan, ia ”bangga” menjadi bagian dari misi Titan. ”Karena musim dingin terburuk di Newfoundland dalam 40 tahun, misi ini kemungkinan akan menjadi misi pertama dan satu-satunya misi berawak ke Titanic pada 2023. Jendela cuaca baru saja terbuka dan kami akan mencoba menyelam (Minggu),” tulis Harding.
Seperti halnya Stockton dan Harding yang selama ini dikenal sebagai penjelajah dan petualang, Paul-Henry Nargeolet juga kerap menjelajahi tempat bangkai Titanic selama beberapa dekade. Itu kenapa mantan perwira Angkatan Laut Perancis ini dianggap sebagai ahli Titanic.
Ia adalah direktur penelitian bawah air untuk E/M Group dan RMS Titanic Inc yang sudah melakukan 37 kali penyelaman ke bangkai kapal dan mengawasi penemuan 5.000 artefak. RMS Titanic Inc adalah perusahaan yang memiliki hak penyelamatan kapal karam Titanic.
Nargeolet juga pernah memimpin ekspedisi dalam penyelaman paling berteknologi maju ke Titanic pada 2010. Ekspedisi ini menggunakan sonar beresolusi tinggi dan pencitraan optik 3D pada bagian haluan dan buritan Titanic serta bidang puing-puing. Saat bekerja di French Institute for Research and Exploitation of Sea, ia memimpin ekspedisi penyelamatan pertama Titanic pada 1987.
Baca juga: Turnamen Badminton Termahal di Atas Bumi
Berbeda dengan ketiga penjelajah berpengalaman itu, ayah-dan-anak Shahzada dan Suleman Dawood bukan penjelajah, tetapi keluarga terkemuka di Pakistan yang tinggal di Inggris. Perusahaan mereka, Dawood Hercules Corp yang berbasis di Karachi, bergerak di bidang pertanian, petrokimia, dan infrastruktur telekomunikasi.
Shahzada juga berada di dewan pengawas SETI Institute yang berbasis di California, AS, yang mencari kecerdasan luar angkasa. Shahzada juga anggota Dewan Penasihat Global di Prince's Trust International yang didirikan Raja Inggris Charles III untuk mengatasi pengangguran kaum muda.
Ia kuliah di Universitas Buckingham di Inggris dan Universitas Philadelphia (sekarang Universitas Thomas Jefferson) di AS. Ucapan belasungkawa mengalir dari Kementerian Luar Negeri Pakistan, pejabat pemerintah, teman, dan warga biasa Pakistan.
Salman Sufi, penasihat Perdana Menteri Pakistan, Shahbaz Sharif, menulis di Twitter, ”Ini kabar yang sangat menyedihkan. Doa kami untuk keluarga almarhum. Tuan Dawood dan keluarga ada dalam doa kami,” tulisnya.
Keluarga korban Titan bisa menuntut OceanGates karena dokumen ”pengabaian tanggung jawab” yang ditandatangani kelima penumpang Titan kemungkinan tidak melindungi pemilik Titan. Kelima penumpang itu diyakini sudah tanda tangan dokumen pembebasan tanggung jawab sebelum ikut misi ini.
Seorang wartawan CBS yang pernah melakukan perjalanan dengan OceanGate pada Juli 2022 menyebutkan, surat pernyataan yang dia tanda tangani menyebutkan kemungkinan kematian tiga kali di halaman pertama saja. Pengabaian tidak selalu tegas dan tidak jarang hakim menolaknya jika ada bukti kelalaian atau bahaya yang tidak diungkapkan sepenuhnya.
”Jika ada aspek desain atau konstruksi kapal ini yang dirahasiakan dari penumpang atau dioperasikan dengan sengaja meskipun ada informasi bahwa itu tidak cocok untuk penyelaman ini, itu benar-benar bertentangan dengan validitas pengabaian,” kata pengacara dan ahli hukum maritim, Matthew D. Shaffer.
OceanGate bisa berargumen tidak lalai dan mereka sudah menjelaskan risiko bahaya yang melekat pada Titan. Tingkat potensi kelalaian dan bagaimana itu bisa memengaruhi penerapan keringanan akan bergantung pada penyebab bencana. Ini masih dalam proses penyelidikan.
OceanGate adalah perusahaan kecil dan tidak jelas apakah mereka memiliki aset untuk membayar ganti rugi, jika ada yang akan diberikan. Keluarga korban bisa menagih dari polis asuransi perusahaan jika ada. Keluarga juga bisa menuntut ganti rugi dari pihak luar mana pun yang merancang, membantu membangun, atau membuat komponen Titan jika mereka diketahui lalai dan menjadi penyebab ledakan.
OceanGate bisa berusaha melindungi diri dari kerusakan dengan mengajukan pembatasan tindakan pertanggungjawaban di bawah hukum maritim. Skema ini memungkinkan pemilik kapal yang terlibat dalam kecelakaan meminta pengadilan federal untuk membatasi kerusakan pada nilai kapal saat ini. Mengingat Titan hancur, nilainya bisa menjadi nol.
Baca juga: Industri Wisata Luar Angkasa Dimulai
Namun, OceanGate perlu membuktikan bahwa perusahaan tidak memiliki pengetahuan tentang potensi cacat dengan kapal selam. Pembuktiannya, menurut para ahli hukum, ditanggung oleh OceanGate dan ini akan sulit dipenuhi. Jika OceanGate gagal membuktikannya, keluarga akan bebas untuk mengajukan tuntutan hukum atas kelalaian yang menyebabkan kematian.
Undang-undang maritim lainnya, Death on the High Seas Act, memungkinkan orang-orang yang secara finansial bergantung pada korban meninggal dalam kecelakaan laut untuk mencari sebagian dari pendapatan masa depan orang itu yang seharusnya mereka terima. Penggugat tidak dapat memulihkan kerugian atas rasa sakit dan penderitaan dalam kasus itu. (REUTERS/AFP/AP)