Presiden Jokowi Minta Jaga Harga Jagung di Tingkat Petani
Presiden Jokowi berharap produksi jagung meningkat, tetapi harga komoditas itu di tingkat petani tetap harus dijaga.
Oleh
NINA SUSILO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo berharap produksi jagung bisa terus meningkat. Namun, harga jagung di tingkat petani juga perlu dijaga melalui pembelian oleh Badan Urusan Logistik atau Bulog.
Presiden Jokowi menyebut produksi jagung di Tanah Air saat ini mulai meningkat. Hal ini dikaitkannya dengan importasi jagung yang terus menurun. Sebagai perbandingan, Indonesia pada tahun 2015 mengimpor 3,5 juta ton jagung sedangkan kini volume impor komoditas tersebut tinggal 400.000-450.000 ton.
”Produksi jagung kita terus meningkat karena impor jagung yang dulunya tiga setengah juta (ton), sekarang sudah 400.000-450.000 (ton). Memang turunnya banyak,” tutur Presiden Jokowi seusai meninjau panen jagung di Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo, Senin (22/4/2024).
Hadir pula dalam acara ini antara lain Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Penjabat Gubernur Gorontalo Ismail Pakaya, dan Penjabat Bupati Boalemo Sherman Moridu.
Produksi jagung kita terus meningkat karena impor jagung yang dulunya tiga setengah juta (ton), sekarang sudah 400.000-450.000 (ton).
Namun, harga jual jagung dari petani ikut menurun dari Rp 8.000 menjadi Rp 4.050 per kilogram. Kendati harga turun menandakan produksi melimpah, Presiden berharap harga jual jagung lebih menguntungkan petani.
”Kita harapkan dua-duanya, produksinya naik, tetapi harganya juga meningkat. Ini yang harus harus dilakukan oleh pemerintah, dengan mungkin pembelian oleh Bulog,” kata Presiden Jokowi.
Sementara itu, apabila merujuk data, produksi jagung Indonesia terus menurun. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian pada 2017 menyebut produksi jagung 28.924.015 ton. Adapun pada 2021 produksi jagung menurun menjadi 23.042765 ton (Kompas.id, 6 Februari 2024).
Adapun Badan Pusat Statistik memperkirakan pada 2023 luas panen jagung pipilan 2,49 juta hektar dengan produksi jagung pipilan kering berkadar air 14 persen 14,46 juta ton. Volume produksi jagung ini turun dibanding tahun 2022 yang 16,53 juta ton.
Kendati demikian, Amran tetap berharap bisa memastikan Indonesia memenuhi kebutuhan sendiri dan kemudian segera mengekspor jagung kembali dalam tiga tahun mendatang.
”Dulu kita swasembada, bahkan ekspor. Pada tahun 2018-2019, kita ekspor (jagung), tapi sekarang impor karena tekanan El Nino,” ujar Amran saat panen jagung di lahan milik TNI Kodam Iskandar Muda, di Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Selasa (6/2/2024).
Beberapa langkah dilakukan demi mencapai target kembali menjadi pengekspor seperti memperluas area tanam. Selain itu juga membantu petani mulai menyediakan benih, alat produksi, pupuk bersubsidi, serta memastikan harga jual yang kompetitif.
Anggaran pengadaan pupuk bersubsidi tahun ini sudah ditambah Rp 14 triliun. Oleh karena itu, menurut Amran, apabila ada yang mempermainkan harga pupuk, perlu ada tindakan, pemrosesan, dan pencabutan izin.
Presiden Jokowi juga meyakini gagal panen masih bisa ditoleransi. Dia memperkirakan kegagalan panen jagung akan seperti beras, yakni kendati ada gagal panen, masih ada kelebihan panen sebelumnya sehingga tetap ada surplus.
Presiden yang terkesan dengan jagung dan kelapa di Boalemo juga berharap supaya pertanian di kawasan perbukitan setempat untuk segera diubah ke sistem terasering. Sebab, sedimentasi sungai tampak parah dengan warna air yang kecoklatan.
Sistem terasering diperlukan untuk mencegah sedimentasi sungai. ”(Sistem terasering) Ini yang harus dilakukan. Ya, enggak apa-apa pelan-pelan, tapi harus dimulai,” ujar Presiden Jokowi.
Selain itu, penyediaan benih ataupun pupuk pun diminta oleh Kepala Negara agar tidak terlambat. Dengan demikian, produktivitas petani jagung bisa terus meningkat.