WTO merevisi turun pertumbuhan volume perdagangan barang dunia menjadi 0,8 persen dari proyeksi April 2023 yang sebesar 1,7 persen. Selain itu, WTO juga mengungkap tanda-tanda fragmentasi perdagangan dunia.
Oleh
HENDRIYO WIDI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memperkirakan volume perdagangan barang dunia pada 2023 hanya tumbuh 0,8 persen. Untuk meredam dampak rembetan perlambatan perdagangan dunia itu, Kementerian Perdagangan menggulirkan sejumlah strategi.
Pada 5 Oktober 2023, WTO merevisi turun pertumbuhan volume perdagangan barang dunia menjadi 0,8 persen dari proyeksi April 2023 yang sebesar 1,7 persen. Perlambatan perdagangan dunia itu merupakan imbas dari rentetan berbagai persoalan.
Hal itu mulai dari inflasi tinggi dan kebijakan moneter yang ketat di Amerika Serikat dan Uni Eropa, serta sejumlah negara lain, hingga masih berlanjutnya konflik Rusia-Ukraina. Faktor lainnya adalah terhambatnya pemulihan ekonomi China pascapandemi Covid-19 akibat tekanan pada pasar properti di negara tersebut.
Kendati begitu, WTO melihat prospek perdagangan dunia pada 2024 relatif lebih positif. Volume perdagangan dunia pada tahun depan diperkirakan tumbuh 3,3 persen. Namun, prospek positif itu dapat terancam rantai pasok dunia yang mulai terfragmentasi akibat ketegangan geopolitik, termasuk konflik Rusia-Ukraina.
WTO merevisi turun pertumbuhan volume perdagangan barang dunia menjadi 0,8 persen dari proyeksi April 2023 yang sebesar 1,7 persen.
WTO mencatat, pangsa barang setengah jadi yang merupakan indikator aktivitas rantai pasokan global turun menjadi 48,5 persen pada semester I-2023 dibandingkan rata-rata tiga tahun sebelumnya yang mencapai 51 persen.
Selain itu, pangsa mitra bilateral Asia dalam perdagangan suku cadang dan aksesori AS turun menjadi 38 persen pada paruh pertama 2023. Padahal, pada periode sama 2022, perdagangannya mencapai 43 persen.
Kepala Ekonom WTO Ralph Ossa mengatakan, tanda-tanda itu merupakan indikasi mulai terfragmentasinya perdagangan dunia akibat ketegangan geopolitik. Untungnya, deglobalisasi yang lebih luas belum terjadi.
Barang-barang terus diproduksi melalui rantai pasokan yang kompleks. Namun, masih ada kemungkinan tingkat rantai pasokan ini tidak berubah setidaknya dalam jangka pendek. ”Pertumbuhan volume ekspor dan impor yang positif tetap akan berlanjut pada 2024. Namun, kita harus tetap waspada,” ujarnya melalui siaran pers.
Sementara itu, Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala mengaku prihatin dengan perlambatan perdagangan dunia pada 2023. Ia menilai fragmentasi perdagangan bakal semakin memperburuk ketidakpastian ekonomi dunia.
Oleh karena itu, ia meminta negara-negara anggota WTO memperkuat kerangka perdagangan multilateral. Selain itu, setiap negara anggota juga harus menghindari proteksionisme perdagangan.
Strategi Indonesia
Di tengah tantangan itu, Indonesia tetap berupaya menahan laju penurunan ekspor yang belakangan ini terjadi. Kemendag berupaya menggulirkan sejumlah langkah, dua di antaranya melalui pameran perdagangan internasional dan memperkuat peran perwakilan perdagangan Indonesia di luar negeri.
Pada 18 Oktober-18 Desember 2023, Kementerian Perdagangan akan menggelar Trade Expo Indonesia (TEI) ke-38 secara luring dan daring dengan tema ”Sustainable Trade for Global Economic Resilience”. Secara luring, TEI akan digelar di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang, Banten, pada 18-22 Oktober 2023.
Adapun secara luring, TEI akan diselenggarakan dengan konsep laman interaktif berbasis katalog elektronik melalui www.tradexpoindonesia.com. TEI daring itu akan berlangsung selama tiga bulan, yakni pada 18 Oktober-18 Desember 2023.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Didi Sumedi mengatakan, Kemendag menargetkan TEI 2023 bisa membukukan transaksi perdagangan sebesar 11 miliar dollar AS. Pada 2022, transaksi ysng dihasilkan mencapai 15,83 miliar dollar AS. ”Transaksi itu berasal dari pembelian langsung dan kontrak dagang melalui misi pembelian,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (5/10/2023).
Kemendag menargetkan TEI 2023 bisa membukakan transaksi perdagangan sebesar 11 miliar dollar AS.
Kemendag menargetkan, TEI 2023 diikuti 1.200 perserta pameran atau naik 20 persen dibandingkan peserta TEI 2022. Kemendag juga menargetkan TEI tahun ini dikunjungi 25.000 orang secara luring dan 33.000 orang secara daring. Hingga dua minggu jelang pembukaan, tercatat 3.257 pembeli dari 88 negara berminat hadir dalam pameran terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Sementara itu, dalam Rapat Koordinasi dan Pertemuan Teknis Perwakilan Perdagangan di Luar Negeri Tahun 2023 di Den Haag, Belanda, pada 20-22 September 2023, para perwakilan dagang berhasil merumuskan sembilan strategi peningkatan ekspor. Strategi itu penting di tengah perlambatan perdagangan dan perekonomian global.
Beberapa di antaranya mengoptimalkan peningkatan ekspor pada negara-negara pengungkit ekspor dan produk-produk yang berdampak besar terhadap ekspor nonmigas nasional. Kemendag juga akan membentuk tim reaksi cepat yang mengintegrasikan tim internal Kemendag yang bersinergi dengan perwakilan perdagangan.
Selain itu, perwakilan perdagangan akan membantu percepatan penyelesaian perundingan perdagangan internasional dengan negara-negara mitra dagang utama dan nontradisional, serta menginisiasi perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan negara mitra utama yang belum memiliki FTA.
”Kami juga akan menambah kerja sama imbal dagang dengan negara-negara tertentu yang potensial,” kata Staf Ahli Menteri Perdagangan Bidang Manajemen dan Tata Kelola Veri Anggrijono melalui siaran pers.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan RI pada Agustus 2023 surplus 3,12 miliar dollar AS. Meskipun telah membukukan surplus selama 40 bulan berturut-turut sejak Mei 2020, surplus itu kian mengecil. Per Agustus 2023, surplus neraca perdagangan itu turun 2,65 persen secara tahunan kendati meningkat 1,83 persen secara bulanan.