Di tengah pandemi, biskuit Regal Marie memiliki kisah tersendiri. Biskuit Regal Marie mulai banyak diminati di Nigeria, sedangkan kopi mencapai harga tertingginya akibat cuaca ekstrem di Brasil dan "lockdown" di Vietnam
Oleh
Hendriyo Widi
·6 menit baca
Biskuit dan kopi kerap menjadi teman bersantai pada pagi atau sore hari, baik bagi sebagian masyarakat Indonesia maupun negara-negara lain, terlebih di kawasan Eropa dan Amerika. Di tengah pandemi Covid-19 ini, kedua produk tersebut memiliki kisah tersendiri. Biskuit Regal Marie mulai banyak diminati di Nigeria, sedangkan kopi mencapai harga tertingginya.
Dalam pameran Makanan dan Minuman Afrika Barat (Food and Beverages West Africa/F&B WA) pada 1-3 September 2021, biskuit Regal Marie produksi CV Jaya Abadi menarik minat banyak pengunjung. Dalam kurun waktu tiga hari, perusahaan itu mendapatkan 110 permintaan dari buyers (pembeli) yang menyambangi Paviliun Indonesia yang dipromotori oleh Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Lagos dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Abuja.
”Biskuit Regal menjadi primadona dan berhasil menarik minat pengunjung dan pembeli lantaran varian yang disajikan cocok dengan lidah atau citarasa masyarakat Nigeria. Bahkan, salah satu perusahaan distributor makanan-minuman di Nigeria sudah ada yang memesan biskuit itu sebanyak dua kontainer,” ujar Kepala ITPC Lagos Hendro Jonathan, Selasa (7/9/2021).
Salah satu perusahaan distributor makanan-minuman di Nigeria sudah ada yang memesan biskuit itu sebanyak dua kontainer.
Di Indonesia, biskuit Regal Marie ini merupakan produk legendaris yang populer di era generasi 90-an. Brand atau jenama Regal Marie ini sebenarnya telah dikenal di Indonesia sejak 1952. Jenama ini juga menyandang penghargaan ”Top Brand” katergori biskuit marie pada 2014 dan 2015, serta mendapatkan penghargaan di berbagai pameran mancanegara seperti di Jepang, Belanda, Italia, Amerika Serikat, Perancis, Thailand, Jerman, Polandia, Bulgaria, dan Yogoslavia.
Biskuit berbentuk bundar ini pertama kali dibuat di London, Inggris, pada 1874 oleh perusahaan roti Peak Freans Bakery. Biskuit ini dibuat untuk memperingati pernikahan Maria Alexandrovna (1853-1920), putri Kaisar Rusia Alexander II, Rusia, dengan putra kedua Ratu Viktoria dan Pangeran Albert, Alfred Ernest Albert (1844-1900) dari Edinburgh. Nama Maria yang dilafalkan masyarakat Inggris dengan ”Marie” ini disematkan di permukaan depan biskuit itu.
SUMBER: WIKIPEDIA
Maria Alexandrovna (1853-1920)
Sejak saat itu, biskuit Marie terkenal di seluruh Eropa, terutama Spanyol. Di Spanyol, biskuit ini menjadi simbol pemulihan ekonomi pascaperang sipil atau saudara yang berlangsung pada 1936-1939. Biskuit dari gandum yang tahan lama ini menjadi salah satu sumber bahan pangan utama di tahun-tahun awal pemulihan ekonomi pascaperang tersebut.
Pada akhir abad ke-19, armada laut Inggris dan sebagian kecil armada laut Spanyol membawa biskuit itu sebagai bekal perjalanan panjang mengarungi lautan. Dari penjelajahan itulah, biskuit Marie menjadi dikenal di berbagai belahan dunia.
Kendati ketenarannya makin surut di tengah berbagai produk biskuit lain, sejumlah negara masih meminati dan mempertahankan keberadaannya. Setidaknya ada sekitar 45 negara yang memproduksi biskuit Marie. Malaysia, misalnya, dengan merek Ping Pong Marie, Vietnam dengan Cosy Marie, India dengan Mariebon, dan Sri Lanka dengan Daintee Marie.
Kendati ketenarannya makin surut di tengah berbagai produk biskuit lain, sejumlah negara masih meminati dan mempertahankan keberadaannya.
Sementara itu, Nigeria masih belum memiliki pabrik biskuit Marie. Pabrik biskuit Marie di Afrika baru ada di Mesir, Kenya, Afrika Selatan, dan Zimbabwe. ”Tentu ini bisa menjadi peluang pasar bagi Indonesia untuk bersaing dengan produk-produk biskuit Marie lainnya yang beredar di Nigeria,” ujar Hendro.
Indonesia merupakan salah satu negara penyuplai keenam terbesar produk makanan-minuman ke Nigeria dengan nilai ekspor produk tersebut sebesar 69 juta dollar AS pada 2020. Lima besar pemasok produk tersebut adalah China, Amerika Serikat, India, Jerman, dan Italia.
Sementara di regional ASEAN, Indonesia menjadi pemasok peringkat pertama aneka produk makanan-minuman ke Nigeria, disusul kemudian Malaysia (7 juta dollar AS) dan Thailand (6,3 juta dollar AS). ”Banyak pembeli Nigeria yang menginginkan produk makanan-minuman dari negara-negara di Asia karena kualitasnya baik dan harganya lebih terjangkau dibandingkan dengan produk Eropa dan Amerika Serikat yang harganya relatif lebih tinggi,” kata Hendro.
Aktivitas pedagang kopi di Pasar Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (31/8/2021). Berbagai upaya dilakukan untuk memulihkan kunjungan masyarakat kembali berbelanja ke pasar.
Harga kopi
Kopi, si teman biskuit, juga memiliki kisah menarik. Di sejumlah negara, terutama di Eropa dan Amerika, harga 0,5 kilogram bubuk kopi arabika meningkat dari rata-rata 1 dollar AS menjadi 1,84 dollar AS hingga 2 dollar AS.
Kenaikan harga kopi ini terjadi lantaran gangguan produksi akibat cuaca ekstrem di Brasil, serta gangguan panen dan kontainer untuk ekspor di Vietnam. Brasil sebagai penghasil kopi arabika terbesar di dunia tengah dilanda embun beku terburuk sejak 1994, sehingga merusak tanaman dan biji kopi petani.
National Supply Company atau Companhia Nacional de Abastecimento (Conab) Brasil memperkirakan, produksi kopi arabika di Brasil pada 2021 diperkirakan turun 23 persen dari tahun lalu menjadi 48,8 juta karung (1 karung kapasitas 60 kilogram biji kopi) atau terendah sejak empat tahun terakhir. Untuk memulihkan tanaman-tanaman kopi yang rusak dan melanjutkan produksinya secara normal, setidaknya membutuhkan waktu tiga tahun.
Sementara itu, Vietnam, produsen utama kopi robusta, menerapkan kebijakan lockdown untuk mengendalikan lonjakan kasus Covid-19 akibat varian Delta. Hal ini mengganggu produksi dan pasokan kopi, serta ekspor kopi karena jasa logistik turut terimbas penerapan lockdown. Badan Statistik Vietnam menyebutkan, ekspor kopi robusta Vietnam pada Januari-Juli 2021 turun 8,1 persen dibandingkan periode sama 2020 menjadi 965.883 ton.
Kendati begitu, Organisasi Kopi Internasional (ICO) memperkirakan, konsumsi kopi dunia pada 2020/2021 tetap tumbuh 1,9 persen menjadi 167,58 juta karung dari 2019/2020 yang sebanyak 164,43 juta karung. Namun, angka itu masih lebih rendah 0,8 persen di bawah angka konsumsi kopi sebelum pandemi, yakni 168,5 juta karung.
ICO memperkirakan, konsumsi kopi dunia pada 2020/2021 tetap tumbuh 1,9 persen menjadi 167,58 juta karung dari 2019/2020 yang sebanyak 164,43 juta karung. Namun, angka itu masih lebih rendah daripada angka konsumsi kopi sebelum pandemi, yakni 168,5 juta karung.
Hal ini bisa menjadi peluang Indonesia yang juga menjadi negara produsen kopi nomor empat dunia untuk mempromosikan aneka kopi Nusantara dan mengisi ceruk pasar kopi global. Salah satu strategi yang dilakukan Indonesia adalah menggelar coffee cupping atau mencicipi dan menilai kopi di kantor-kantor perwakilan perdagangan dan diplomatik Indonesia di sejumlah negara.
Di Den Haag Belanda, misalnya, Atase Perdagangan Indonesia menggelar acara Indonesia Coffee Cupping (ICC) 2021 untuk mempromosikan 36 varietas kopi khas produk 22 petani dari berbagai daerah di Indonesia di Belanda dan Eropa. ICC 2021 di Den Haag, misalnya, dihadiri tidak hanya oleh eksportir dan importir kopi di Belanda, tetapi juga barista, pengolah biji kopi (roastery), pencicip kopi, dan vlogger kopi. Sebelumnya ITPC Chicago juga memperkenalkan sekitar tujuh kopi Nusantara di Chicago, Amerika Serikat.
Atase Perdagangan Indonesia di Den Haag, Sabbat Christian Jannes, mengatakan, Belanda yang memiliki penduduk sekitar 17 juta jiwa merupakan salah satu negara konsumen kopi di Eropa. Sebagian besar peminum kopi di Belanda mengonsumsi empat sampai enam cangkir kopi per hari.
”Meski ada pandemi, ekspor kopi Indonesia ke Belanda masih terus meningkat. Para pembeli kopi berskala besar di Belanda, seperti Daarnhouwer, Starbucks, dan Douwe Egberts, telah banyak membeli kopi dari Indonesia,” kata Sabbat melalui siaran pers, Senin (6/9/2021).
Pada 2020, nilai ekspor kopi Indonesia ke Belanda 5,6 juta dollar AS. Dalam lima tahun terakhir, tren pertumbuhannya sebesar 23,4 persen. Untuk meningkatkan ekspor kopi ke Belanda, Kedutaan Besar RI di Den Haag juga telah memfasilitasi beberapa petani kopi Nusantara untuk mendapatkan sertifikat cupping.