Kisah Lumbung Beras Darurat ASEAN+3 dan Cadangan Beras RI
Indonesia bersama ASEAN+3 berkomitmen memperkuat lumbung beras darurat kawasan ASEAN+3. Di sisi lain, Indonesia masih terseok-seok membangun cadangan beras pemerintah di Perum Bulog.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F08%2F23%2F0bc6a170-736c-48ad-95bc-215453192a08_jpg.jpg)
Buruh mengangkut karung beras yang baru tiba di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Senin (23/8/2023).
Tantangan ketahanan pangan semakin kompleks. Tantangan itu tak hanya terkait kenaikan harga, tetapi juga proteksi pangan, bencana hidrometeorologi akibat perubahan iklim, dan perang. Di tengah situasi itu, Indonesia yang terseok-seok membangun cadangan beras pemerintah masih berkomitmen memperkuat lumbung beras darurat ASEAN+3.
Kepala Badan Pangan Nasional (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, ketahanan pangan global sedang tidak baik-baik saja. Kerawanan pangan bisa terjadi akibat perubahan iklim, kenaikan harga, dan konflik geopolitik.
"ASEAN membutuhkan strategi taktis di tengah kondisi itu. Kerja sama solid antarnegara diperlukan guna membentuk ketahanan pangan kawasan dan mencegah kerawanan pangan," ujarnya dalam Pertemuan Tongkat Tinggi Bisnis dan Investasi ASEAN di Jakarta, Minggu (3/9/2023).
Menurut Arief, Indonesia sebagai tuan rumah pada tahun ini berhasil menginisiasi Deklarasi Pemimpin ASEAN tentang Penguatan Ketahanan Pangan dan Gizi di Masa Kritis. Sasarannya adalah integrasi produksi, rantai pasok, dan logistik pangan kawasan.
Di sektor perberasan, misalnya, komitmen penyediaan dan pengalokasian Cadangan Beras Darurat Asean+3 (APTERR) perlu diperkuat. "Melalui APTERR, Indonesia berkomitmen menyediakan 12.000 ton beras yang siap didistribusikan ke negara yang membutuhkan," kata dia.
Melalui APTERR, Indonesia berkomitmen menyediakan 12.000 ton beras yang siap didistribusikan ke negara yang membutuhkan.

Cadangan beras darurat ASEAN+3
APTERR merupakan skema kerja sama regional yang bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan dan mengurangi kemiskinan di kawasan ASEAN+3 atau negara-negara anggota ASEAN ditambah China, Jepang, dan Korea Selatan. APTERR ditandatangani di Jakarta pada 7 Oktober 2011 dan mulai berlaku 12 Juli 2012.
Cadangan beras darurat yang harus dimiliki ASEAN+3 sebanyak 787.000 ton. Dari jumlah itu, sebanyak 87.000 ton dari negara-negara anggota ASEAN dan 700.000 ton dari China, Jepang, dan Korea Selatan. Kuota beras setiap negara untuk APTERR berbeda-beda. Kuota RI, misalnya, sebanyak 12.000 ton, sedangkan Thailand dan China masing-masing 15.000 ton dan 300.000 ton.
Cadangan beras itu disimpan di masing-masing negara anggota karena APTERR belum memiliki lumbung pangan. Negara anggota yang telah menyalurkan bantuan beras ke negara lain harus mengisi kembali cadangan sesuai komitmen awal setiap tahun.
APTERR menggunakan cadangan beras itu dalam kondisi darurat, seperti bencana hidrometeorologi dan kemanusiaan, serta lonjakan harga pangan yang memicu krisis pangan. Per Mei 2023, APTERR telah menyalurkan 2.926 ton beras ke Kamboja, Myanmar, Laos, dan Filipina, untuk bantuan korban bencana banjir dan tanah longsor, serta penanganan kemiskinan dan Covid-19. Beras itu berasal dari sebagian kuota Jepang dan Korea Selatan.
“Pada tahun ini, kami juga berfokus pada dampak La Nina dan El Nino. Keduanya cenderung menimbulkan dampak signifikan terhadap produksi dan praktik pertanian, iklim, mata pencaharian, dan perekonomian. Lebih khusus lagi, fenomena tersebut berdampak pada penanaman padi di kawasan ASEAN+3 dimana beras merupakan makanan pokok bagi jutaan orang,” kata Manajer Umum Sekretariat APTERR Choomjet Karnjanakesorn pada 30 Agustus 2023.
Baca juga: Indonesia Bakal Kehilangan 1,2 Juta Ton Beras gara-gara El Nino

APTERR juga selalu memberikan laporan mingguan mengenai kondisi cuaca, bencana, dan perberasan. Dalam laporan situasi perberasan periode 23-30 Agustus 2023, APTERR menyebutkan, Myanmar berencana membatasi ekspor beras sementara, yakni selama 45 hari mulai akhir Agustus 2023 untuk mengendalikan harga beras di dalam negeri.
Merujuk pada Asosiasi Pangan Vietnam, APTERR melaporkan, harga beras di Vietnam merupakan yang tertinggi di dunia. Harga beras pecah 5 persen dan 25 persen masing-masing sebesar 638 dollar AS per ton dan 632 dollar AS per ton.
Dalam laporan kejadian bencana periode 23-30 Agustus 2030, APTERR mencatat, Indonesia tengah mengalami kekurangan air bersih di sejumlah daerah di Jawa Barat. Selain itu, dilaporkan pula banjir yang melanda Bao Loc, Vietnam, dan banjir di sejumlah wilayah di Filipina akibat cuaca buruk yang muncul akibat Topan Goring.
Baca juga: Diplomasi Pangan ASEAN dengan India dan Rusia Dioptimalkan
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F04%2Fd44d3a7d-7fbf-49a6-a3cf-c78b2f6ecbf4_jpg.jpg)
Pekerja menyiapkan karung untuk gabah saat panen padi menggunakan mesin pemanen padi di tengah musim kemarau di Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (4/9/2023). Kementerian Pertanian memperkirakan, kemarau akibat El Nino dapat menurunkan produksi beras tahun ini sebanyak 380.000 ton hingga 1,2 juta ton.
Cadangan beras RI
Di tengah berbagai kondisi perberasan dan fenomena cuaca di ASEAN+3, Indonesia tengah berjibaku dengan kekeringan panjang akibat EL Nino. Dampak El Nino di Indonesia telah menyebabkan kenaikan harga gabah dan beras, serta akan menggerus produksi beras nasional hingga 1,2 juta ton.
Dalam Rapat Dengar Pendapat NFA dengan Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (4/9/2023), Arief menuturkan, cadangan beras pemerintah (CBP) di Perum Bulog saat ini tinggal 1,523 juta ton. CBP itu bakal berkurang sebanyak 640.000 ton untuk bantuan beras bagi masyarakat berpenghasilan rendah selama tiga bulan.
Namun, Bulog berkomitmen untuk menyediakan stok beras sebanyak 1,2 juta ton pada awal 2023. Hal itu akan dilakukan dengan cara menyerap gabah atau beras di dalam negeri dan mengupayakan impor beras dari negara lain.
“Pembiayaannya berasal dari program dana murah atau subsidi bunga yang digulirkan Kementerian Keuangan. Dengan subsidi itu, Bulog bisa memperoleh pinjaman ke bank-bank milik negara dengan bunga 2,5-4 persen,” tuturnya.
Baca juga: Dana (Politik) Pangan
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F08%2F28%2F488a85c0-ddca-4b86-a8df-ba141d754d70_jpg.jpg)
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso memperlihatkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Beras (SPHP) saat sidak di Pasar Perumnas Klender, Jakarta Timur, Senin (28/8/2023). Perum Bulog melakukan grebek pasar untuk monitoring ketersediaan beras di pasar tradisional.
Hingga akhir 2023, Bulog bakal kesulitan menyerap gabah atau beras di dalam negeri karena produksi beras pada 2023 diperkirakan turun. Padahal, konsumsi beras nasional pada 2023 juga lebih tinggi 1,15 persen dibandingkan 2022.
Kementerian Pertanian memperkirakan, dampak El Nino sedang dapat menyebabkan produksi beras berkurang sebanyak 380.000 ton beras. Namun, jika yang terjadi El Nino kuat, produksi beras yang hilang bisa mencapai 1,2 juta ton.
Sementara merujuk pada Neraca Produksi-Konsumsi Beras Nasional, NFA menyebutkan defisit beras sudah terjadi pada Juli dan Agustus 2023. Defisit tersebut diperkirakan akan berlanjut hingga akhir tahun. Kendati begitu, neraca produksi-konsumsi beras periode Januari-Oktober 2023 diperkirakan surplus 2,44 juta ton. Surplus beras itu turun 28,02 persen dibandingkan periode sama 2022.
Faktor lain yang bakal menghambat Bulog menambah CBP adalah tingginya harga gabah kering panen GKP di tingkat petani. Per Selasa (5/9/2023), harga rata-rata nasional GKP tersebut mencapai Rp 6.130 per kg, jauh di atas harga pembelian pemerintah (HPP) yang sebesar Rp 5.000 per kg. Kenaikan harga GKP itu mengerek harga rata-rata nasional beras medium menjadi Rp 12.520 per kg.
Baca juga: Ciptakan Keadilan Usaha dan Harga Beras

Selain itu, perebutan gabah di tingkat petani antara korporasi besar, penggilingan kecil, dan Bulog juga mulai terjadi. Sementara, pengadaan beras melalui impor juga terkendala pelarangan dan pembatasan ekspor sejumlah negara produsen beras.
Senin lalu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyatakan, Indonesia tidak jadi mengimpor tambahan 1 juta ton beras dari India. Saat ini, negara tersebut terkena dampak psikologis dari ancaman El Nino. Meskipun memiliki kelebihan 3 juta ton beras yang berpotensi diekspor, India lebih memilih mengamankan berasnya untuk menstabilkan harga beras dan inflasi. Kebijakan India itu juga bersifat politis karena menjelang pemilihan umum.
Kami berharap NFA memetakan daerah-daerah di Indonesia yang masih tanam dan panen dan segera mengamankan gabah dari wilayah-wilayah tersebut.
NFA mencatat, sepanjang Januari-Agustus 2023, Bulog telah mengimpor beras sebanyak 683.017 ton. Beras tersebut didatangkan dari Vietnam, Pakistan, Myanmar, dan India.
Ketua Komisi IV DPR Sudin meminta agar pemerintah mengupayakan stok beras Bulog tetap terjaga dengan baik pada awal 2024. Hal itu mengingat defisit beras pada Juli dan Agustus 2023 bakal berlanjut hingga Desember 2023, serta musim tanam I padi di sejumlah daerah diperkirakan molor.
“Kami berharap NFA memetakan daerah-daerah di Indonesia yang masih tanam dan panen dan segera mengamankan gabah dari wilayah-wilayah tersebut,” kata Sudin.
Baca juga: Semoga Tak Menjadi Dongeng
