ASEAN Bisa Dapatkan Akses untuk Impor Gandum Rusia dan Beras India
Jika tidak didukung oleh kondisi iklim monsoon yang memadai, produksi beras India akan memburuk. Apalagi ada dampak El Nino.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pertemuan dengan Rusia membuahkan akses impor gandum untuk ASEAN di tengah penangguhan negara yang dipimpin Vladimir Putin itu dalam inisiatif biji-bijian Laut Hitam atau Black Sea Grains Initiative. Secara spesifik, Indonesia juga berpeluang mendapatkan akses impor beras dari India dengan kesepakatan antarpemerintah.
Forum konsultasi dengan Rusia dan India tersebut merupakan bagian dari pertemuan menteri-menteri ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Ministers’ (AEM) Meeting ke-55 pada Senin (21/8/2023) di Semarang, Jawa Tengah, yang diselenggarakan Kementerian Perdagangan dalam rangka keketuaan Indonesia di ASEAN. Konsultasi AEM dengan Rusia berlangsung pada Senin pagi sedangkan India pada Senin siang.
Menteri Perdagangan sekaligus Ketua AEM Zulkifli Hasan menyebutkan, pasokan pertanian dari Rusia ke ASEAN dibahas dalam pertemuan itu pada sebagai salah satu poin pada investasi kerja sama perdagangan dan investasi kedua belah pihak. ”Gandum banyak (dari Rusia). Saat ini memang tidak mudah karena ada sengketa. Namun, tadi kami mendiskusikan, kalau mau lebih mudah (pasokannya), bisa (impor gandum dari Rusia) melalui India atau China,” tuturnya saat konferensi pers setelah pertemuan konsultasi ASEAN-Rusia.
Di tengah masih berjalannya invasi ke Ukraina, Rusia menarik keikutsertaannya dalam inisiatif biji-bijian Laut Hitam pada Juli 2023. Imbasnya, pasokan pangan jenis biji-bijian, termasuk gandum, berpotensi berkurang di pasar dunia dan harganya dapat meningkat.
Dampak kebijakan Rusia dan India pada harga gandum dan beras tecermin dari indeks harga pangan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO). Data FAO menunjukkan, pada Juli 2023, indeks harga gandum dan beras masing-masing naik sebesar 1,6 persen dan 2,8 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Secara spesifik, Badan Pusat Statistik mencatat, volume impor gandum dan meslin Indonesia dari Rusia sepanjang Januari-Juli 2023 mencapai 113.721 ton, sedangkan impor beras dari India sebanyak 65.760,65 ton.
Selain gandum, beras juga menjadi momok bagi negara anggota ASEAN sebagai sumber karbohidrat. Meskipun tidak dinyatakan dalam pertemuan, Sekretaris Departemen Perdagangan Kementerian Perdagangan dan Industri India Rajesh Agrawal menyatakan, India membuka peluang ekspor beras, termasuk jenis non-Basmati, jika ada permohonan antarpemerintah (G to G). Peluang ini juga bisa dimanfaatkan Indonesia.
Rajesh mengatakan, India menerapkan kebijakan itu lantaran padi merupakan tanaman yang membutuhkan air. Jika tidak didukung oleh kondisi iklim monsoon yang memadai, produksi beras India akan memburuk. Apalagi ada dampak El Nino. ”Terdapat ketidakpastian dalam produksi beras India pada panen Oktober tahun ini. Padahal, India perlu memastikan kecukupan pangan untuk populasi yang sangat besar. Kami juga mengerti, sejumlah negara bergantung pada ekspor beras India untuk memenuhi ketahanan pangannya,” tuturnya saat ditemui secara terbatas setelah pertemuan konsultasi ASEAN-India.
Pada Juli 2023, India menerapkan kebijakan pembatasan ekspor beras non-Basmati dan beras patah (broken rice). Meskipun demikian, India tetap membuka keran ekspor beras pratanak (preboiled) dan Basmati.
Tak hanya beras, produksi tebu di India pun dapat terganggu akibat situasi iklim yang tidak menentu. Mengutip Reuters, Jumat (18/8/2023), hari kering yang berkepanjangan di sejumlah wilayah di India dapat menurunkan kelembaban tanah sekaligus menghambat pertumbuhan tanaman, termasuk tebu.
Rajesh menambahkan, hingga kini, kuota ekspor gula tahun ini masih sama dengan tahun sebelumnya. Namun, dia tetap akan memantau situasi produksi dan panen tebu di India untuk menentukan kebijakan ekspor selanjutnya.
Tinjau ulang
Dalam forum konsultasi, Rajesh menyatakan, India beraspirasi untuk meninjau kembali (review) Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN-India (AITIGA). ”Lanskap perdagangan dan investasi dunia sudah berubah sehingga kita harus mengaji ulang AITIGA dengan dua tujuan. Pertama, membuat AITIGA lebih kuat dan lebih besar. Kedua, kami ingin melihat apakah perjanjian dagang ini memberikan benefit pada kedua belah pihak sehingga pertumbuhan perdagangannya berkelanjutan,” tuturnya.
AITIGA ditandatangani pada 13 Agustus 2009 dan berlaku sejak 1 Januari 2010. Rajesh berharap, kajian ulang terhadap AITIGA dapat mencapai kesepakatan secepatnya, sekitar tahun 2025, dengan memanfaatkan teknologi yang memampukan setiap delegasi dapat mengadakan pertemuan sesering mungkin.
Menanggapi keinginan India terhadap AITIGA, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menyatakan, setiap negara mesti meninjau aspek teknis dari perjanjian dagang itu secara terperinci. Selain itu, lini masa kajian ulang AITIGA perlu didiskusikan dan ditentukan.
Zulkifli menyatakan, India ingin hambatan perdagangan ke ASEAN dikurangi. Hal ini dilatarbelakangi oleh surplus perdagangan ASEAN yang lebih besar dibandingkan India. Saat ini, India menjadi mitra dagang terbesar ketujuh bagi ASEAN. Sebaliknya, ASEAN merupakan mitra dagang terbesar keempat bagi India.
Dalam forum konsultasi yang sama, dia memaparkan India dan ASEAN menyepakati tiga dokumen, yakni kerangka kerja untuk Komite Bersama AITIGA, rencana kerja tinjauan AITIGA, dan struktur perundingan tinjauan AITIGA. Forum juga menegaskan tim perunding melanjutkan pembahasan tinjauan AITIGA sehingga dapat lebih fasilitatif dan menguntungkan bagi bisnis.