Pasar Ekspor Utama Masih Lesu sampai Akhir Tahun Ini
Banyak pelaku industri tekstil dan produk tekstil yang mematikan sebagian mesin produksinya. Mesin-mesin itu hanya dioperasikan pada Senin-Rabu atau Senin-Kamis.
Oleh
Hendriyo Widi
·3 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Pekerja pabrik tekstil PT Bentara Sinar Prima di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, sedang mengecek kain yang sedang diproduksi, Rabu (29/3/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Pasar eksportekstil dan produk tekstil serta furnitur dan kerajinan diperkirakan masih lesu hingga akhir tahun ini. Pelaku kedua industri tersebut mengandalkan pasar domestik dan mulai mendiversifikasi pasarnya.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja, Selasa (8/8/2023), mengatakan, pasar ekspor utama tekstil dan produk tekstil (TPT), yakni Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE), masih lesu. Pelemahan permintaan dari negara dan kawasan itu diperkirakan masih berlangsung hingga akhir tahun ini.
Hal itu menyebabkan para pelaku industri hulu TPT membatasi produksinya hanya di kisaran 50 persen dari kapasitas normal. Hal serupa juga dilakukan pelaku industri antara (intermediate) dan hilir.
”Banyak pelaku industri yang mematikan sebagian mesin produksinya. Mesin-mesin itu hanya dioperasikan pada Senin-Rabu atau Senin-Kamis,” kata Jemmy ketika dihubungi dari Jakarta.
Laporan Perkembangan Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan edisi Juni 2023 mencatat, ekspor sejumlah komoditas TPT pada Januari-Juni 2023 masih tumbuh negatif. Nilai ekspor serat stapel buatan dan kain ditenun berlapis, misalnya, masing-masing tumbuh minus 21,77 persen dan minus 25,23 persen secara tahunan. Pertumbuhan nilai impor serat stapel buatan dan kain ditenun berlapis juga terkontraksi, masing-masing minus 4,89 persen dan minus 23,95 persen.
Banyak pelaku industri yang mematikan sebagian mesin produksinya. Mesin-mesin itu hanya dioperasikan pada Senin-Rabu atau Senin-Kamis.
Menurut Jemmy, salah satu pasar yang menjadi harapan pelaku industri TPT adalah pasar domestik. Oleh karena itu, API berharap ada regulasi dari pemerintah yang dapat mereduksi serbuan TPT impor di pasar domestik Indonesia.
”Industri hulu-hilir TPT India juga mengalami situasi serupa dengan Indonesia. Namun, Pemerintah India berupaya melindungi pasar dan industrinya dengan menerapkan regulasi hambatan perdagangan,” ujarnya.
Tahun ini, Pemerintah India telah menggulirkan Aturan Kontrol Kualitas (QCO). Salah satunya untuk melindungi industri serat buatan domestik. India juga telah menerbitkan peta jalan pengembangan tekstil teknis 2047. Ada 12 segmen yang akan dikembangkan, antara lain tekstil untuk otomotif, olahraga, bangunan, rumah tangga, kesehatan, pengemasan, antipeluru, dan pertanian.
Pasar ekspor utama mebel dan kerajinan Indonesia juga masih lesu. Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan (Himki) mencatat, ekspor mebel dan kerajinan pada Januari-Juni 2023 senilai 1,23 miliar dollar AS. Nilai ekspor tersebut terkontraksi atau tumbuh minus 30,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2022.
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Sejumlah pekerja memasukkan produk-produk usaha kecil dan memengah asal Surakarta dan sekitarnya untuk diekspor ke Perancis, dari Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (7/7/2023).
Ketua Presidium Himki Abdul Sobur menuturkan, penurunan terbesar terjadi di pasar AS dan kawasan UE. AS dan UE masing-masing berkontribusi sebesar 54 persen dan 28 persen dari total ekspor mebel dan kerajinan Indonesia.
Penurunan ekspor ke AS dipengaruhi perlambatan ekonomi negara tersebut. Hal itu mempercepat penurunan laju pertumbuhan ekspor mebel sejak terjadi ledakan permintaan mebel pada tahun 2021. Penurunan laju ledakan permintaan mebel itu diperkirakan baru melandai tahun 2025.
”Hingga akhir tahun ini, kami memperkirakan ekspor mebel dan kerajinan ke AS masih lesu. Sementara laju penurunan pertumbuhan ekspor mebel pascaledakan permintaan pada 2021 diperkirakan turun dari 30 persen menjadi 4 persen hingga 2025,” ujarnya.
Adapun pasar mebel di sejumlah negara di Eropa, lanjut Sobur, dipengaruhi oleh inflasi tinggi dan pelemahan daya beli. Selama perang Rusia-Ukraina masih berlanjut, laju pertumbuhan ekonomi UE akan terus terhambat.
Hingga akhir tahun ini, kami memperkirakan ekspor mebel dan kerajinan ke AS masih lesu. Sementara laju penurunan pertumbuhan ekspor mebel pascaledakan permintaan pada 2021 hingga 2025 diperkirakan turun dari 30 persen menjadi 4 persen.
Menurut Sobur, Himki mulai menggulirkan dua strategi mengatasi persoalan itu. Pertama, meningkatkan ekspor ke negara-negara nontradisional, seperti ke India, serta kawasan Timur Tengah dan Afrika. Pada September 2023, sejumlah anggota Himki akan menjajaki pasar mebel dan kerajinan di India dan sejumlah negara di Timur Tengah.
Kedua, mengoptimalkan serapan pasar domestik. Hal itu seiring dengan penurunan mebel impor, kembali menggeliatnya sektor properti, serta semakin maraknya pengadaan barang pemerintah yang berorientasi produk dalam negeri.
”Prospek pasar mebel dan kerajinan di dalam negeri diperkirakan bakal tumbuh terus hingga tahun depan. Kami juga bakal meminta pemerintah untuk memprioritaskan produk dalam negeri dalam pembangunan dan pengembangan ibu kota negara baru di Kalimantan Timur,” katanya.
Berdasarkan Laporan Perkembangan Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan edisi Juni 2023, nilai impor perabot, termasuk mebel, selama kurun Januari-Juni 2023 mencapai 765,75 juta dollar AS. Nilai tersebut turun 6,78 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022 yang mencapai 821,48 juta dollar AS.