Ekspor Mebel Tetap Tumbuh Kendati Prospek Pasar Belum Stabil
Ekspor mebel dan kerajinan pada 2023 diperkirakan tumbuh sekitar 8 persen dibandingkan 2022 menjadi 3,67 miliar dollar AS. Perkiraan itu lebih rendah dari target HIMKI yang sebesar 4,3 miliar dollar AS.
Oleh
Hendriyo Widi
·3 menit baca
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Perajin menyelesaikan pembuatan mebel ukir yang masih bertahan dengan beragam tren bentuk mebel kekinian di Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Kamis (24/11/2022). Mereka masih menerima pesanan yang sebagian besar datang dari Sulawesi dan Kalimantan. Tren desain dan inovasi yang terus berkembang tidak menyurutkan peminat gaya klasik dengan gaya ukiran pada mebel.
JAKARTA, KOMPAS – Ekspormebel dan kerajinan pada 2023 diperkirakan tetap tumbuh kendati prospek pasar global masih belum stabil. Mempertimbangkan kondisi itu, Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia atau HIMKI merevisi target ekspor mebel dan kerajinan.
HIMKI juga menyusun sejumlah strategi agar kinerja ekspor mebel dan kerajinan tetap tumbuh positif. Pasar mebel dan kerajinan di dalam negeri juga akan digarap lebih intensif di tengah masih lesunya permintaan global.
Ketua Presidium HIMKI Abdul Sobur, Jumat (24/2/2023), mengatakan, pada 2022, target ekspor mebel dan kerajinan HIMKI tidak tercapai. Realisasi ekspor kedua komoditas itu diperkirakan 3,46 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau 0,1 persen lebih rendah dari yang ditargetkan.
Tak tercapainya target itu disebabkan oleh penurunan permintaan pasar Uni Eropa (UE) sebesar 0,2 persen dan perlambatan pertumbuhan permintaan pasar AS dari 43 persen pada 2021 menjadi 16,7 persen pada 2022. Pada 2022, AS dan UE masing-masing berkontribusi sebesar 54 persen dan 28 persen dari total ekspor mebel dan kerajinan Indonesia.
HIMKI memperkirakan ekspor kedua komoditas itu akan tumbuh sekitar 8 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 3,67 miliar dollar AS. Perkiraan nilai ekspor tersebut lebih rendah dari target kami yang senilai 4,3 miliar dollar AS, karena mempertimbangkan kondisi pasar.
Menurut Sobur, pemicu utama penurunan ekspor itu adalah ketidakpastian ekonomi global akibat konflik Rusia-Ukraina. Kondisi itu diperkirakan masih akan berlanjut hingga tahun ini, sehingga membuat prospek pasar ekspor mebel dan kerajinan belum stabil.
Meskipun begitu, HIMKI tetap optimistis ekspor mebel dan kerajinan pada tahun ini masih bisa tumbuh positif. HIMKI memperkirakan ekspor kedua komoditas itu akan tumbuh sekitar 8 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 3,67 miliar dollar AS.
"Perkiraan nilai ekspor tersebut lebih rendah dari target kami yang senilai 4,3 miliar dollar AS, karena mempertimbangkan kondisi pasar. Sementara pada 2024, kami menargetkan ekspor mebel dan kerajinan bisa mencapai 5 miliar dollar AS,” ujarnya.
Pertumbuhan ekspor tersebut, lanjut Sobur, masih akan ditopang permintaan dari AS. Kendati lebih rendah dari tahun lalu, permintaan dari negara itu diperkirakan masih tumbuh 9 persen. Begitu juga dengan UE, walaupun tidak tidak sekuat permintaan tahun-tahun sebelumnya, permintaan dari kawasan tersebut diperkirakan akan naik sekitar 2 persen.
Dalam Rapat Kerja Nasional HIMKI di Yogyakarta pada 23-24 Februari 2023, HIMKI telah menyusun rencana kerja dan strategi untuk meningkatkan kinerja ekspor mebel dan kerajinan di tengah tantangan tersebut. HIMKI akan menggelar International Furniture Exhibition (IFEX) pada 9-12 Maret di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta. HIMKI menargetkan dapat mendulang transaksi minimal 700 juta dollar AS dari IFEX 2023.
HIMKI juga akan memperluas pasar ke negara-negara berkembang yang kondisi perekonomiannya relatif stabil. Promosi digital akan dilakukan dan pameran furnitur berskala global akan diikuti.
“Kami juga akan menggarap pasar mebel dan kerajinan di dalam negeri secara lebih insentif. Untuk itu, kami berharap agar pemerintah mendukung strategi HIMKI dan mengurangi hambatan-hambatan baik di dalam negeri maupun pasar luar negeri,” kata Sobur.
Suasana pameran Indonesia International Furniture di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, Sabtu (11/3/2017). Transaksi dalam pameran tersebut ditargetkan bisa mencapai 300 juta dollar AS.
Potensi pasar
Pada 21 Februari 2023, Woodworking Network melaporkan, pasar furnitur rumah di AS diperkirakan meningkat sebesar 8,22 miliar dari 2020 hingga 2025. Namun, momentum pertumbuhan pasar tersebut masih akan melambat dengan tingkat pertumbuhan per tahun CAGR) sebesar 2,53 persen.
Furnitur ruang tamu diperkirakan bakal menjadi bagian penting yang menopang pertumbuhan tersebut. Furnitur yang bakal diminati seperti sofa ruang tamu, sofa multifungsi, dan mebel untuk perangkat hiburan di rumah.
Tren furnitur di AS juga terus mengarah ke produk-produk ramah lingkungan atau furnitur hijau. Hal ini seiring dengan kebijakan Pemerintah AS yang bakal menerapkan pelacakan jejak karbon secara lebih ketat. Hal itu dalam rangka melaksanakan mandat Perjanjian Paris atau traktat internasional tentang mitigasi, adaptasi, dan pendanaan untuk mengatasi perubahan iklim.
Sementara itu, Pelaksana tugas Direktur Pengembangan Produk Manufaktur Direktorat Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Ganef Judawati menuturkan, saat ini, masih banyak pelaku usaha sektor mebel dan kerajinan yang mengalami sejumlah kendala untuk mengekspor produknya. Kendala itu antara lain seperti keterbatasan kapasitas produksi, modal, dan sumber daya manusia; desain produk yang spesifik, konsistensi kualitas produk; pemenuhan sertifikasi; serta pemasaran.
Oleh karena itu, Kemendag berkomitmen mendorong kapasitas pelaku usaha mebel dan kerajinan agar dapat menghasilkan produk bernilai tambah tinggi. Bagi para perajin kecil, Kemendag juga akan mendampingi agar siap memasuki pasar ekspor.
“Beberapa program telah kami gulirkan, seperti program Aku Siap Ekspor (ASE) dan Pembinaan Ekspor Pengusaha Lokal (LBEC) bersama Pusat Promosi Impor Negara Berkembang (CBI) Belanda. Kedua program tersebut memfasilitasi 168 pelaku usaha yang tersebar di Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan,” tuturnya melalui siaran pers di Jakarta.