Perluasan Ekspor UMKM Dipacu, Pemerintah Bentuk Satgas Baru
Satgas Ekspor diharapkan bisa mengoordinasikan berbagai program pemberdayaan UMKM yang saat ini tercerai-berai dan menjadi ”help desk” nasional terpadu bagi eksportir pemula.
Oleh
agnes theodora
·3 menit baca
ADRYAN YOGA PARAMADWYA
Para pengunjung memilih kain batik dalam acara Inacraft 2022 di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat, Jumat (28/10/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah sedang menggodok pembentukan satuan tugas khusus untuk mendorong perluasan pasar ekspor bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. Pada saat ekspor industri besar sedang melandai akibat terdampak pelemahan ekonomi global, ekspor UMKM ke negara nontradisional diharapkan bisa mengganjal kinerja ekspor dan menjaga pertumbuhan ekonomi RI.
Dalam rapat kabinet terbatas, awal Februari 2023, Presiden Joko Widodo telah meminta Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian membentuk Satuan Tugas (Satgas) Ekspor guna mendorong perluasan pasar ekspor bagi pelaku UMKM. Pemerintah saat ini sedang menyiapkan format kelembagaan serta rancangan keputusan presiden (keppres) sebagai payung hukum pembentukan satgas baru tersebut.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Mugiharso mengatakan, sesuai arahan Presiden, satgas nantinya bakal dipimpin oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan akan bertugas sesegera mungkin. ”Senin (20/2/2023) ini kami akan mengadakan rapat koordinasi teknis untuk mempercepat pembentukan dan implementasi satgas,” katanya saat dihubungi, Sabtu (18/2/2023).
Setelah dua tahun terakhir terpukul oleh dampak pandemi Covid-19, sektor UMKM perlahan kembali bangkit dan bersiap menembus pasar ekspor. Meski demikian, masih banyak pelaku UMKM yang belum berhasil menembus pasar global karena berbagai keterbatasan.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, rasio kewirausahaan Indonesia pada tahun 2022 masih rendah, yaitu 3,47 persen terhadap total jumlah penduduk, dengan kontribusi ekspor UMKM terhadap total ekspor nonmigas 15 persen.
Pemerintah menargetkan rasio kewirausahaan meningkat menjadi 3,95 persen dengan kontribusi ekspor UMKM 17 persen terhadap total ekspor pada tahun 2024. Statistik itu masih jauh lebih rendah daripada negara tetangga lain di Asia, seperti Korea Selatan yang mencatat kontribusi ekspor UMKM 19,7 persen, Malaysia 17,3 persen, dan Thailand 28,7 persen.
Susiwijono mengatakan, pembentukan Satgas Ekspor diharapkan dapat mengatasi berbagai kendala yang dihadapi pelaku usaha kecil saat menembus pasar global melalui peningkatan kemudahan mengakses berbagai fasilitas, mulai dari pembiayaan, pelatihan, hingga akses pasar.
Saat ini sudah ada beberapa program pengembangan UMKM yang difasilitasi pemerintah, tetapi masih tersebar di sejumlah kementerian/lembaga sehingga pelaksanaannya kerap tumpang-tindih dan membingungkan pelaku UMKM yang ingin mengakses manfaat tersebut.
Satgas Ekspor diharapkan dapat mengatasi berbagai kendala yang dihadapi pelaku usaha kecil saat menembus pasar global.
Kementerian Keuangan, misalnya, telah memberi fasilitas kemudahan impor untuk tujuan ekspor (KITE) bagi industri kecil menengah (IKM) melalui pembebasan PPN dan PPN impor yang diberikan untuk IKM dan UMKM yang melakukan pengolahan, perakitan, dan pemasangan bahan baku untuk tujuan ekspor. Ada pula klinik ekspor untuk memberi edukasi dan literasi ekspor bagi pelaku usaha kecil.
Kementerian Perdagangan juga membidik penambahan jumlah eksportir UMKM baru melalui fasilitas informasi pasar ekspor, peningkatan daya saing produk, kerja sama, promosi, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pengembangan UMKM ekspor dan digital juga dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM melalui fasilitasi pelatihan manajerial bagi UMKM, pendampingan, serta akses pemasaran ekspor.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Pegawai menyelesaikan pembuatan kue di dapur kerja UMKM kue kering Pusaka Kwitang di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat, Kamis (9/2/2023).
Satgas Ekspor akan mengoordinasikan berbagai program tersebut di bawah satu kelembagaan. ”Semua kementerian dan lembaga terkait nanti akan dikoordinasikan di bawah Kemenko Perekonomian. Mudah-mudahan dengan terbentuknya Satgas Ekspor ini urusan pengembangan UMKM bisa lebih terfokus,” kata Susiwijono.
Jangan tumpang-tindih
Menurut Kepala Sekolah Ekspor Handito Joewono, pembentukan lembaga khusus pembina eksportir baru sudah lama menjadi sorotan. Selama ini, banyak program yang digarap pemerintah secara keroyokan, tetapi tidak terpadu. Pembentukan unit khusus untuk mengakselerasi ekspor UMKM pun sebenarnya bukan hal baru karena sebelumnya sudah pernah ada satgas serupa di bawah Kemenkop dan UKM.
Handito berharap Satgas Ekspor yang akan dibentuk ini bisa mengoordinasikan berbagai program yang tercerai-berai itu dan menjadi semacam help desk nasional bagi eksportir kecil dan menengah.
Setidaknya, ada tiga hal yang diharapkan dapat diatasi oleh satgas. Pertama, mendorong minat pelaku UMKM untuk menembus pasar ekspor dan memfasilitasi pendampingan praktis yang tidak sekadar teoretis. Kedua, mengarahkan produk ekspor UMKM sesuai dengan kajian pemetaan potensi. Ketiga, mendorong reformasi sistem pembiayaan untuk eksportir pemula.
”Memang perlu satu lembaga khusus yang bisa menyinergikan semua program yang ada untuk membantu pelaku ekspor baru. Bahkan bukan hanya programnya pemerintah, swasta juga bisa disinergikan. Tetapi, satgas ini harus berani fokus dan jangan tumpang-tindih. Kalau ke mana-mana nanti sama saja mengulang masalah yang sebelumnya,” kata Handito, Minggu (19/2/2023).
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Beragam kreasi dari produk-produk UMKM ditampilkan dalam UMKM Expo(rt) Brilianpreneur 2022 yang diselenggarakan oleh Bank Rakyat Indonesia di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (15/12/2022).
Menurut dia, pengembangan pasar ekspor UMKM dapat mengganjal pelemahan pasar ekspor industri besar yang akhir-akhir ini mulai turun akibat terdampak pelemahan ekonomi global. Itu karena eksportir kecil umumnya tidak hanya menyasar pasar tradisional, tetapi juga pasar nontradisional. Produk yang dipasarkan pun berbeda.
”Ekspor besar seperti tambang dan CPO itu bisnis yang tidak dikerjakan yang kecil-kecil. Eksportir pemula umumnya menyasar fashion, makanan, atau home decor. Pangsa pasar ini terus tumbuh, apalagi fokusnya lebih banyak di negara-negara Asia yang ekonominya masih baik dibandingkan negara maju sebagai pasar eksportir besar yang sekarang justru melambat,” ujarnya.
Pengembangan pasar ekspor UMKM dapat mengganjal pelemahan pasar ekspor industri besar.
Di sisi lain, minat ekspor meningkat pesat di kalangan UMKM. Berdasarkan riset Arbey Consulting, jumlah perusahaan eksportir pada tahun 2020 tercatat sekitar 12.000 perusahaan, bertambah menjadi 15.000 perusahaan pada tahun 2021, dan menjadi 21.000 perusahaan pada tahun 2022.
”Tahun ini, jumlahnya bisa meningkat menjadi lebih dari 25.000 eksportir, sebagian besar eksportir kecil dan menengah. Jadi, ini sebenarnya momentum tepat karena animonya lagi bagus-bagusnya, tinggal didukung dengan strategi yang lebih terarah,” tutur Handito.