Ritel Global Bakal Bergeser ke Afrika, RI Gandeng Empat Swalayan
Afrika diperkirakan perlahan-lahan menjadi pusat gravitasi belanja dan ritel modern global. Kementerian Perdagangan menangkap peluang itu, salah satunya, dengan menggandeng empat swalayan besar di Nigeria.
Oleh
Hendriyo Widi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pasar ritel global pelan-pelan bergeser ke Afrika. Indonesia berupaya menangkap peluang itu. Salah satunya melalui kerja sama dengan empat swalayan besar di Nigeria untuk meningkatkan ekspor makanan-minuman olahan.
Kearney, perusahaan konsultan manajemen asal Amerika Serikat, menyebutkan, pembangunan ritel modern di sejumlah negara di Afrika sangat pesat. Dari 35 negara berkembang yang diperingkat Kerney setiap dua tahun sekali dalam Indeks Pembangunan Ritel Global (GDRI), Maroko, Mesir, dan Ghana masuk 10 besar indeks tersebut pada 2021.
Maroko, Mesir, dan Ghana masing-masing menempati peringkat ke-6, ke-7, dan ke-8. Ketiganya berada di bawah China, India, Malaysia, Indonesia, dan Bangladesh yang secara berurutan menduduki peringkat pertama hingga kelima. Negara di Afrika lain yang masuk dalam daftar GDRI antara lain Pantai Gading (peringkat ke-16), Kenya (peringkat ke-24), dan Nigeria (peringkat ke-34).
Konsultan Kearney, Prashaen Reddy, mengatakan, hal ini terjadi berkat ledakan pertumbuhan konsumen muda, urban, dan digital; peningkatan penetrasi ponsel; serta penciptaan jaringan pembayaran dan belanja digital. Selain itu, peraturan pemerintah di sejumlah negara di Afrika juga memberikan kemudahan bagi investor domestik dan asing.
Pembangunan ritel modern di sejumlah negara di Afrika sangat pesat. Dari 35 negara berkembang yang diperingkat Kerney setiap dua tahun sekali dalam Indeks Pembangunan Ritel Global (GDRI), Maroko, Mesir, dan Ghana masuk 10 besar indeks tersebut pada 2021.
Tingkat pertumbuhan kota-kota di sejumlah negara di Afrika juga pesat. Berdasarkan data aglomerasi perkotaan Perserikatan Bangsa-Bangsa, tingkat pertumbuhan perkotaan di Afrika pada 2020-2025 berkisar antara 5,14 persen hingga 6,46 persen. Pusat perkotaan seperti Lagos (Nigeria), Kinshasa (Kongo), Luanda (Angola), Dar es Salaam (Tanzania), Nairobi (Kenya), Accra (Ghana), Kumasi (Ghana), dan Kampala (Uganda) termasuk dalam daftar kota dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
”Busur sejarah komersial menunjukkan pusat gravitasi belanja dan ritel dunia telah bergeser dari Amerika Serikat dan Eropa ke pasar negara berkembang di Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Di saat pertumbuhan pasar ritel Asia dan Timur Tengah melambat, Afrika akan menjadi hot spot ritel besar berikutnya,” kata Reddy (Zawya.com, 2 Mei 2023).
Kementerian Perdagangan (Kemendag) berupaya menangkap peluang itu dan merintis pengembangan pasar ritel Indonesia di Afrika. Salah satunya melalui melalui misi dagang dan forum bisnis di Port Hartcourt, ibu kota Negara Bagian Rivers, Nigeria, pada 31 Juli-3 Agustus 2023.
Port Harcourt merupakan kota perdagangan nomor dua di Nigeria setelah Lagos. Kota itu memiliki dua pelabuhan laut internasional, bandara domestik dan internasional, dan kawasan industri Trans-Amadi. Kota berjuluk ”Garden City” tersebut merupakan pusat pertanian dan perkebunan, khususnya kelapa sawit.
Salah satu misi Kemendag adalah meningkatkan pemasaran produk makanan-minuman di empat swalayan terbesar. Keempat swalayan itu adalah Everyday Supermarket, Next Cash and Carry Supermarket, Hypercity Supermarket, dan Market Square Supermarket.
Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Lagos Hendro Jonathan mengatakan, keempat pasar swalayan tersebut merupakan distributor ritel modern utama di Rivers dan sejumlah wilayah timur Nigeria. Baru sebagian jaringan swalayan itu yang menjual produk-produk Indonesia.
Mereka berminat menjual sejumlah produk Indonesia yang lain, khususnya kembang gula, margarin, dan minuman bubuk. Syarat utamanya adalah produk-produk itu harus sudah memiliki izin Badan Pengawas Makanan dan Obat (NAFDAC) Nigeria.
”Ini merupakan kesempatan baik bagi perusahaan Indonesia yang siap mengembangkan pasarnya di Nigeria,” ujarnya melalui siaran pers, Kamis (3/8/2023) malam.
Mereka berminat menjual sejumlah produk Indonesia yang lain, khususnya kembang gula, margarin, dan minuman bubuk. Syarat utamanya adalah produk-produk itu harus sudah memiliki izin Badan Pengawas Makanan dan Obat (NAFDAC) Nigeria.
ITPC Lagos juga bekerja sama dengan Asosiasi Perdagangan Nigeria-Indonesia menggelar forum bisnis secara hibrida pada 2 Agustus 2023. Dalam penjajakan bisnis itu, pelaku usaha RI mendapatkan permintaan sepatu, cengkeh, dan vaksin untuk unggas senilai total 120.000 dollar AS.
”Dua perusahaan minuman energi dan kesehatan Indonesia juga diminta memasok kedua jenis minuman olahan itu ke beberapa swalayan,” kata Hendro.
Selain itu, sambungnya, Indonesia juga mendapatkan dukungan dari Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan dan Industri Rivers Lawson R Ikuru untuk berbisnis di wilayah itu. Presiden Kamar Dagang, Industri, dan Perdagangan Port Hartcourt (PHCCIMA) Mike Elechi juga menyatakan, PHCCIMA siap bekerja sama bisnis dan investasi dengan pelaku usaha Indonesia.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman menuturkan, Gapmmi tengah memperluas pasar ekspor makanan-minuman olahan ke negara-negara berkembang. Beberapa negara yang disasar berada di Afrika dan Timur Tengah.
Hal itu mampu meningkatkan ekspor makanan-minuman olahan dan semiolahan Indonesia di luar produk olahan minyak sawit. Realisasi ekspor produk-produk itu mencapai 4,3 miliar dollar AS atau pada Januari-Mei 2023 atau meningkat dari Januari-Mei 2022 yang sebesar 4 miliar dollar AS.
”Fasilitasi perdagangan, solusi atas hambatan perdagangan, serta kemudahan dan keterjangkauan logistik menjadi kunci untuk meningkatkan ekspor, terutama ke Afrika,” katanya.