India menjadi negara tujuan ekspor terbesar Indonesia selain Amerika Serikat, China, Uni Eropa, dan Jepang. Oleh karena itu, menggarap pasar India menjadi bagian penting dari penerapan strategi ekspor RI pada tahun ini.
Oleh
Hendriyo Widi dari New Delhi
·3 menit baca
KOMPAS/HENDRIYO WIDI
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan bersama Duta Besar Indonesia untuk India Ina Hagniningtyas Khrisnamurthi berdialog dengan mahasiswa Indonesia di Wisma Kedutaan Besar RI di New Delhi, India, Senin (13/3/2023).
NEW DELHI, KOMPAS - Indonesia membidik pasar ekspor dan investasi tiga kawasan, yakni Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika pada tahun ini. Langkah tersebut penting dilakukan di saat sejumlah pasar ekspor utama RI, terutama Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang tengah lesu.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Senin (13/3/2023), mengatakan, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika merupakan tiga kawasan penting bagi Indonesia untuk menjaga kinerja ekspor dan menumbuhkan peluang investasi. Di Asia Selatan, Indonesia akan fokus menggarap pasar India, Pakistan, dan Bangladesh.
Potensi pasar ketiga negara itu sangat besar, yakni sekitar 2 miliar jiwa. Pada tahun lalu, surplus neraca perdagangan RI dengan ketiga negara tersebut juga masih besar. Surplus dagang RI dengan India sekitar 14 miliar dollar AS, Pakistan 3 miliar dollar AS, dan Bangladesh hampir 2 miliar dollar AS.
"Saat ini, India menjadi negara tujuan ekspor terbesar Indonesia selain Amerika Serikat, China, Uni Eropa, dan Jepang. Oleh karena itu, menggarap pasar India menjadi bagian penting dari penerapan strategi ekspor RI pada tahun ini," kata Zulkifli di Kedutaan Besar RI di New Delhi, India.
India menjadi negara tujuan ekspor terbesar Indonesia selain Amerika Serikat, China, Uni Eropa, dan Jepang. Oleh karena itu, menggarap pasar India menjadi bagian penting dari penerapan strategi ekspor RI pada tahun ini.
Pertumbuhan ekonomi dan proyeksi pertumbuhan ekonomi sejumlah negara dan kawasan yang diplublikasikan Dana Moneter Internasional (IMF) pada 30 Januari 2023.
Kementerian Perdagangan mencatat, pada 2022, total perdagangan RI-India sebesar 32,71 miliar dollar AS atau tumbuh 55,68 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar 21,01 miliar dollar AS. Nilai ekspor dan impor RI ke dan dari negara tersebut masing-masing sebesar 23,38 miliar dollar AS dan 9,33 miliar dollar AS. Dengan begitu, neraca perdagangan RI masih surplus 14,05 miliar dollar AS atas India.
Produk ekspor utama RI ke India di antaranya batubara, CPO dan turunannya, besi paduan, asam lemak monokarboksilat industri, serta bijih tembaga dan konsentratnya. Sementara produk utama impor Indonesia dari India di antaranya produk besi setengah jadi, tebu atau gula bit, kacang tanah, daging kerbau beku, serta paduan ferro.
Sepanjang 2018-2022, pertumbuhan ekspor Indonesia ke India tertinggi kedua setelah Amerika Serikat menggeser China. Dalam lima tahun terakhir ekspor RI ke India timbuh 11,83 persen, sedangkan ke China 8,3 persen.
Adapun Timur Tengah, lanjut Zulkifli, RI akan membidik pasar Uni Emirat Arab dan Arab Saudi. Pembangunan dan pertumbuhan kota baru di kedua negara itu membuka peluang perdagangan dan investasi bagi Indonesia.
"Demikian pula dengan Afrika, perubahan perekonomian sejumlah negara di kawasan tersebut, salah satunya Nigeria, juga berpotensi mendongkrak kinerja ekspor Indonesia," katanya.
Kapal kontainer meninggalkan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, setelah melakukan bongkar muat peti kemas, Kamis (2/2/2023).
Daya beli
Duta Besar Indonesia untuk India Ina Hagniningtyas Krisnamurthi menuturkan, pada tahun ini, pertumbuhan ekonomi India diperkirakan melambat dibandingkan tahun lalu. Inflasi di India juga cukup tinggi, karena banyak bergantung pada bahan baku impor.
"Meskipun begitu, daya beli masyarakat India masih kuat, karena ketersediaan bahan pangan di dalam negeri cukup beragam. Hal itu mulai dari pangan berharga murah hingga mahal," tuturnya.
Daya beli masyarakat India masih kuat, karena ketersediaan bahan pangan di dalam negeri cukup beragam. Hal itu mulai dari pangan berharga murah hingga mahal.
Pada 2022, ekonomi India tumbuh 7 persen secara tahunan. Pada 2023, ekonomi India diperkirakan tumbuh 6,1 persen. Kendati begitu, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva menyebut, performa ekonomi India cukup mengesankan pada tahun ini.
India akan berkontribusi sekitar 15 persen dari produk domestik bruto (PDB) dunia. Bersama China, pertumbuhan ekonomi India pada tahun ini akan menyumbang sekitar separuh dari PDB dunia (The Indian Express, 22/3/2023).
Sementara itu, tingkat inflasi di India sejak awal tahun 2023 cukup tinggi. Tingkat inflasi India pada Januari 2023 sebesar 6,52 persen dan Februari 2023 turun menjadi 6,35 persen. Inflasi tersebut dipengaruhi antara lain oleh kenaikan harga tepung dan minyak goreng.
Ina juga menyatakan peluang investasi pelaku usaha dan industri Indonesia cukup besar di sektor makanan dan minuman olahan dan produk olahan kertas. Melalui investasi itu, RI bisa meningkatkan ekspor sekaligus mendekatkan diri dengan bahan baku, terutama gandum.
Saat ini, sudah ada 13 perusahaan RI yang bergerak sektor makanam-minuman olahan yang berinvestasi di India. "Kami tengah menjajaki investasi industri produk olahan dari kertas, terutama sedotan," ujarnya.
Kepala Perwakilan Pusat Promosi Perdagangan Indonesia (ITPC) di India Nugroho Priyo Utomo mengatakan, peluang ekspor Indonesia ke India sangat besar mengingat ekonomi negara tersebut tumbuh signifikan. Pertumbuhan ekonomi negara tersebut ditopang oleh konsumsi rumah tangga.
Selain minyak kelapa sawit mentah, sejumlah produk RI yang bisa ditingkatkan pertumbuhannya di pasar India adalah makanan-minuman olahan dan mebel. Belakangan, pasar India meminati produk-produk mebel dari Jepara, Jawa Tengah.
"Kami akan berupaya menumbuhkan ekspor RI ke India melalui pertemuan bisnis, misi dagang, dan pameran-pameran internasional," ujarnya.