NUSA DUA, KOMPAS — Calon eksportir dan pengusaha Indonesia yang membidik pasar Afrika bisa mendapat kredit khusus. Kredit itu bagian dari upaya mendorong lebih banyak pengusaha Indonesia ke Afrika.
”Kondisi di Afrika agak unik, pembiayaannya hasil sindikasi dari banyak negara. Bukan berarti tidak bisa diselesaikan,” kata CEO Standard Chartered Bank Indonesia Rino Donosepoetro, Rabu (11/4/2018), di Nusa Dua, Bali.
Sejumlah pemerintah di benua itu tidak mampu menjamin pembiayaan. Kondisi itu menjadi salah satu penyebab banyak calon pengusaha ragu masuk Afrika.
Bersama EximBank Indonesia, Standard Chartered menyediakan kredit ekspor senilai total 100 juta dollar AS. Kredit itu khusus dialokasikan Standard Chartered Bank bagi pengusaha Indonesia yang membidik pasar Afrika. ”Layanan kami menjangkau total 37 negara di Afrika,” ujarnya.
Selain pembiayaan, lanjut Rino, tantangan investasi dan berusaha di Afrika adalah risiko politik dan keamanan, serta pengendalian moneter. Di banyak negara Afrika, ada pembatasan penukaran valuta asing.
Tidak semua negara dalam kondisi tidak stabil. Data justru menunjukkan Afrika adalah wilayah dengan pertumbuhan GDP (gross domestic product) yang tinggi.
Padahal, perusahaan asing yang beroperasi di sana membutuhkan valas untuk mengirimkan keuntungan usaha ke negara asal perusahaan-perusahaan tersebut. ”Kondisi itu bisa diselesaikan. Kami sudah membantu banyak di sana,” ujarnya.
Sementara soal risiko politik, ia tidak menampik ada negara yang belum stabil. Akan tetapi, Afrika merupakan benua luas yang ditempati 54 negara dengan kondisi beragam.
”Tidak semua negara dalam kondisi tidak stabil. Data justru menunjukkan Afrika adalah wilayah dengan pertumbuhan GDP (gross domestic product) yang tinggi. Pada 2016 di dua persen, tahun ini diproyeksikan empat persen, untuk seluruh Afrika. Pertumbuhannya tidak gradual, tetapi melompat cepat,” katanya.
Bank investasi itu juga mencatat rata-rata tingkat pengembalian modal di Afrika mencapai 15 persen. Tingkat pengembalian itu tergolong sangat tinggi.