Indonesia Waspadai Melambatnya Ekonomi Negara Mitra Dagang
Pertumbuhan ekonomi di banyak negara cenderung melemah dan datar. Indonesia diminta untuk waspada dan memperhatikan negara mitra dagang utama.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Realisasi pertumbuhan ekonomi sejumlah negara lain cenderung lemah dan datar. Hal ini memicu Indonesia untuk mewaspadai dan memperhatikan negara mitra dagangnya. Di sisi lain, ketahanan ekonomi nasional diperkirakan akan tetap kuat karena didukung surplus neraca perdagangan, aliran dana investasi asing, dan kecukupan cadangan devisa.
Hal itu diungkapkan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR di Jakarta, Senin (5/6/2023). Agenda tersebut turut dihadiri Menteri Keuangan Sri Mulyani, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa.
Suahasil mengutip data Bloomberg 2023 yang mencatat pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) pada triwulan I-2023 secara tahunan (year-on-year) sebesar 1,6 persen; Jerman sebesar 0,5 persen; Inggris sebesar 0,2 persen; China sebesar 4,5 persen; Vietnam sebesar 3,3 persen; dan India sebesar 6,1 persen.
”Realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan I-2023 di banyak negara cenderung melemah atau flat (datar). Hal ini harus diwaspadai karena negara yang menjadi mitra dagang Indonesia perlu diperhatikan,” ujarnya.
Pertumbuhan ekonomi negara maju, lanjut Suahasil, tertahan akibat pengetatan moneter yang berlangsung jangka panjang, sedangkan China akan menghadapi tantangan geopolitik, sektor properti, hingga penuaan populasi. Sementara itu, India dan negara Asia Tenggara memiliki potensi untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi domestik.
Tren perlambatan ekonomi ini dinilai berdampak pada sejumlah harga komoditas di Indonesia. Mengutip data Bank Dunia per April 2023, minyak mentah jenis Brent diprediksi stabil dengan harga 84 dollar AS per barel pada 2023 dan 86 dollar AS per barel tahun 2024. Sementara itu, harga batubara diperkirakan akan terus menurun dari 200 dollar AS per ton pada 2023 menjadi 155 dollar AS per ton tahun 2024.
Adapun harga gas alam diprediksi meningkat dari 2,7 dollar AS per juta metrik british thermal unit (MMBTU) pada 2023 menjadi 3,7 dollar AS per MMBTU. Juga, harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) diprediksi menuju normal dari 980 dollar AS per ton pada 2023 menjadi 1.020 dollar AS per ton tahun 2024. Sementara harga nikel cenderung menurun dari 22.000 dollar AS per ton pada 2023 menjadi 20.000 dollar AS per ton tahun 2024.
Ketahanan eksternal Indonesia juga akan didukung oleh surplus neraca perdagangan, aliran dana investasi asing, dan kecukupan devisa. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada April 2023 mencatat surplus neraca dagang Indonesia sebesar 3,9 miliar dollar AS atau Rp 58 triliun.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2023 secara tahunan sebesar 5,03 persen. Konsumsi rumah tangga menjadi kontributor terbesar dalam pertumbuhan tersebut. Secara rinci, laju konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh sebesar 4,54 persen. Nilai itu, lanjut Suahasil, dapat didorong hingga di atas 5 persen.
Perry Warjiyo menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat karena ekspor dan permintaan domestik. Pertumbuhan ini juga diperkirakan akan terus berlanjut terlihat dari perbaikan kinerja ekspor, peningkatan konsumsi domestik, dan investasi.
”Pada 2023, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh dalam kisaran 4,5-5,3 persen. Dan, tahun 2024 akan meningkat dalam rentang 4,7-5,5 persen,” tuturnya.
Ketahanan eksternal Indonesia juga akan didukung oleh surplus neraca perdagangan, aliran dana investasi asing, dan kecukupan devisa. Perry mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) pada April 2023 yang mencatat surplus neraca dagang Indonesia sebesar 3,9 miliar dollar AS atau Rp 58 triliun.
Bank Indonesia mencatat, investasi asing berhasil meningkatkan cadangan devisa negara sebesar 144,2 miliar dollar AS atau Rp 2.145 triliun pada April 2023. ”Hal itu kami gunakan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Rupiah kalau dilihat secara year-to-date menguat sebesar 3,85 persen dari periode Desember 2022. Ini lebih baik ketimbang India, Thailand, hingga Filipina,” kata Perry.
Mengenai pertumbuhan ekonomi, Suharso Monoarfa menerangkan, pemerintah pada 2024 menargetkan pertumbuhan sebesar 5,3-5,7 persen, menurunkan tingkat kemiskinan hingga 6,5 persen atau setidaknya 7,5 persen, dan menurunkan tingkat pengangguran terbuka hingga kisaran 5-5,7 persen. Juga, memperbaiki rasio gini (ketimpangan ekonomi) menjadi berkisar 0,374-0,377 persen, meningkatkan indeks pembangunan manusia dalam rentang 73,99-74,02 poin, dan menurunkan emisi gas rumah kaca hingga mencapai 27,27 persen.
”Selain itu, nilai tukar nelayan ditingkatkan hingga 107-110 dan nilai tukar petani menjadi 105-108,” katanya.
Seusai pemaparan gambaran dari Kementerian Keuangan, BI, OJK, dan Kementerian PPN/Bappenas, Komisi XI DPR akan membentuk panitia kerja (panja) untuk membahas lebih lanjut mengenai rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.