Indonesia dinilai masih cukup tangguh di tengah gelombang ketidakpastian dunia yang mengarah pada resesi global. Indonesia menjadi secercah harapan di tengah kesuraman ekonomi global.
Oleh
Agustina Purwanti
·2 menit baca
Penilaian itu tak lepas dari keberhasilan Indonesia mewujudkan akselerasi ekonomi pascapandemi Covid-19 dan menghadapi tantangan global seperti stagflasi serta krisis pangan dan energi. Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), menyebutkan, Indonesia adalah secercah harapan dalam kesuraman ekonomi global.
Hal itu terbukti dari kinerja positif sejumlah indikator ekonomi Indonesia di tahun 2022. Pertama, pertumbuhan ekonomi. Setelah mengalami resesi akibat pandemi, Indonesia pulih dengan mencatat pertumbuhan positif. Bahkan, trennya meningkat di tahun 2022.
Terbaru, ekonomi Indonesia tumbuh 5,72 persen pada triwulan III-2022 (secara tahunan). Tertinggi dalam satu dekade terakhir. Bukan juga pertumbuhan yang semu karena dasar pertumbuhan tahun lalu pun cukup tinggi. Artinya, benar-benar terjadi akselerasi ekonomi.
Kedua, Indonesia konsisten mencatatkan surplus neraca perdagangan sepanjang tahun 2022 dengan total sebesar 54,4 miliar dollar AS. Yang tak kalah menggembirakan adalah peningkatan realisasi investasi Indonesia. Modal sebesar Rp 1.207,2 triliun masuk ke Indonesia sepanjang tahun 2022, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Tren yang konsisten meningkat mengindikasikan bahwa kepercayaan investor pada Indonesia juga meningkat.
Struktur ekonomi nasional pun menunjukkan penguatan investasi. Komponen pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTB) dalam struktur produk domestik bruto (PDB) tumbuh 4,96 persen pada triwulan III-2022, meningkat dari dua triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan yang cukup kuat pada 2022 itu mengonfirmasi perekonomian Indonesia yang jauh dari resesi. Berdasarkan laporan Bloomberg pertengahan tahun 2022, Indonesia berada di urutan ke-14 di antara 15 negara Asia yang berpotensi mengalami resesi dengan probabilitas 3 persen. Hanya India yang kondisinya lebih baik dibandingkan Indonesia.
Optimistis
Dengan pencapaian itu, sejumlah lembaga internasional optimistis ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh di tahun ini. Dari dalam negeri, BI memprediksi ekonomi nasional akan tumbuh sekitar 4,9 persen.
Proyeksi Bank Dunia, Bloomberg, dan OECD juga tidak jauh berbeda, yakni di kisaran 4,7-4,9 persen. Sementara IMF, Bank Pembangunan Asia (ADB), serta lembaga Konferensi Perdagangan dan Pembangunan PBB (UNCTAD) sedikit lebih optimistis dan memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mampu menembus angka 5 persen.
Meski terjadi pemangkasan proyeksi pertumbuhan oleh sejumlah lembaga, Indonesia dinilai cenderung lebih resilien. Proyeksi Bank Dunia akan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 sebesar 4,8 persen, lebih rendah daripada perkiraan sebelumnya, yaitu 5,3 persen. Namun, perubahan tersebut relatif lebih kecil dibandingkan negara-negara lain, seperti AS, China, maupun Uni Eropa.
Tak dapat dimungkiri bahwa perlambatan ekonomi dunia akan mengancam posisi Indonesia. Pasalnya, negara-negara yang pemangkasan proyeksi pertumbuhannya cukup besar merupakan mitra dagang utama dan investor utama bagi Indonesia.
Meski demikian, Indonesia memiliki benteng pertahanan, yakni kekuatan ekonomi domestik. Hingga kini, ekonomi rumah tangga masih menjadi kontributor terbesar PDB nasional. Di saat yang bersamaan, publik cukup optimistis dengan kondisi ekonomi domestik.
Salah satunya tecermin dari nilai indeks keyakinan konsumen yang masih berada di atas angka 100. Bidang manufaktur pun cukup ekspansif dengan nilai indeks prompt manufacturing index (PMI-BI) 50,06 persen pada triwulan IV-2022. Dari kondisi itu, dapat diartikan, kendati menghadapi gelombang yang sama, jangkar Indonesia lebih kuat dibandingkan banyak negara lain. (LITBANG KOMPAS)