Harga rata-rata tahunan CPO global pada 2023 diperkirakan 891 dollar AS per ton. Harga CPO global masih rentan bergejolak, sehingga perlu diantisipasi dampaknya jika harganya jauh di atas 1.000-1.200 dollar AS per ton.
Oleh
Hendriyo Widi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Harga minyak kelapa sawit mentah atau CPO pada tahun ini diperkirakan masih bergejolak. Kendati begitu, prospek harganya masih relatif tinggi dibandingkan tahun 2019, sehingga masih mampu menopang kinerja ekspor Indonesia.
Di sisi lain, Pemerintah Indonesia mengurangi rasio pengali ekspor CPO dan tiga produk turunannya atas realisasi pemenuhan kewajiban memasok kebutuhan pasar domestik (DMO). Hal itu bertujuan untuk menjaga stok minyak goreng sawit di dalam negeri, terutama saat Ramadhan-Lebaran 2023.
Head of Industry and Regional Research PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Dendi Ramdani, Rabu (4/1/2023), mengatakan, tren harga CPO global pada tahun ini diperkirakan akan turun. Namun harganya masih lebih tinggi dibandingkan tahun 2019 atau sebelum pandemi Covid-19.
“Kami memperkirakan harga rata-rata tahunan CPO global pada 2023 sebesar 891 dollar AS per ton. Harga tersebut lebih rendah dari harga rata-rata tahunan CPO dan proyeksi pada 2022 yang masing-masing sebesar 1.176 dollar AS per ton dan 1.115 dollar AS per ton,” ujarnya ketika dihubungi di Jakarta.
Kami memperkirakan harga rata-rata tahunan CPO global pada 2023 sebesar 891 dollar AS per ton. Harga tersebut lebih rendah dari harga rata-rata tahunan CPO dan proyeksi pada 2022 yang masing-masing sebesar 1.176 dollar AS per ton dan 1.115 dollar AS per ton.
Menurut Dendi, harga rata-rata tahunan CPO itu masih lebih tinggi dari harga psikologis pasar terendah, yakni 600 dollar AS. Meskipun begitu, gejolak harga CPO diperkirakan masih akan terjadi akibat dampak perang Rusia-Ukraina, gangguan produksi akibat cuaca, pelambatan permintaan, dan penggunaan CPO untuk biodiesel.
Mengingat harganya masih rentan bergejolak, pemerintah perlu mencermati dan mengantisipasi dampaknya ke pasar di dalam negeri. Jika harga CPO itu sudah jauh di atas 1.000 dollar AS per ton di Bursa Komoditas Malaysia dan 1.200 dollar AS per ton di Bursa Komoditas Rotterdam, disparitas harga domestik dengan internasional akan terjadi.
“Hal itu akan menyebabkan harga CPO domestik tertekan dan memengaruhi pergerakan harga minyak goreng dan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani,” katanya.
Per 2 Januari 2023, harga CPO di Bursa Komoditas Rotterdam mencapai 1.090 dollar AS per ton. Adapun harga CPO di PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) per 3 Januari 2023 sebesar Rp 12.100 per kilogram (kg), naik Rp 500 per kg dari harga per 23 Desember 2022 yang sebesar Rp 11.600 per kg.
Sementara itu, Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, harga rata-rata nasional minyak goreng curah per 3 Januari 2023 sebesar Rp 14.200 per liter. Harganya naik 0,71 persen dibandingkan harga pada 3 Desember 2022 yang mencapai Rp 14.100 per liter. Harga minyak goreng kemasan Minyakita yang merupakan bagian dari program pemerintah juga naik 0,71 persen menjadi Rp 14.100 per liter.
Jika harga CPO itu sudah jauh di atas 1.000 dollar AS per ton, disparitas harga domestik dengan internasional akan terjadi. Hal itu akan menyebabkan harga CPO domestik tertekan dan memengaruhi pergerakan harga minyak goreng dan TBS kelapa sawit di tingkat petani.
Syarat ekspor
Pada tahun ini, Kemendag berupaya menyeleraskan antara ekspor CPO dan produk turunannya dengan pemenuhan kebutuhan minyak goreng di dalam negeri. Kemendag masih melanjutkan kebijakan DMO CPO dan tiga produk turunannya, tetapi mengurangi rasio pengali ekspor keempat komoditas tersebut atas realisasi pemenuhan DMO.
Dalam konferensi pers pada 2 Januari 2023, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyatakan, rasio pengali ekspor CPO dan tiga produk turunannya itu dipangkas dari 1:8 menjadi 1:6. Hal itu guna menjaga stabilitas stok minyak goreng di dalam negeri, terutama untuk memenuhi kebutuhan Ramadhan-Lebaran 2023.
“Penurunan rasio ini tidak akan mengganggu kinerja ekspor CPO. Para eksportir masih berkesempatan mengekspor CPO dan tiga komoditas turunannya itu dalam jumlah yang masih besar,” kata Zulkifli.
Penurunan rasio ini tidak akan mengganggu kinerja ekspor CPO. Para eksportir masih berkesempatan mengekspor CPO dan tiga komoditas turunannya itu dalam jumlah yang masih besar.
Kebijakan itu diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Nomor 19 Tahun 2022 tentang Penetapan Rasio Pengali sebagai Dasar Penetapan Hak Ekspor CPO; Refined, Bleached, and Deodorized (RBD) Palm Oil; RBD Olein, dan Used Cooking Oil. Keputusan itu ditetapkan pada 29 Desember 2022.
Pelaksana tugas Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (Kemendag) Kasan Muhri, Rabu, menuturkan, dalam rangka menjaga kebutuhan minyak goreng pada 2023, pemerintah masih meneruskan kebijakan DMO, baik menyangkut kuota maupun harga. Kebijakan itu merupakan kelanjutan program Minyak Goreng Rakyat yang digulirkan pemerintah sejak tahun lalu.
Eksportir CPO dan tiga produk turunannya wajib menyediakan minyak goreng curah atau minyak goreng kemasan merek Minyakita sebanyak 300.000 ton setiap bulan. Minyak goreng itu dijual dengan harga eceran tertinggi (HET) yang ditentukan pemerintah, yakni Rp 14.000 per liter atau Rp 15.500 per kg.
“Untuk minyak goreng kemasan premium, pemerintah tidak mengatur harganya. Pembentukan harganya tetap ditentukan oleh mekanisme pasar,” tuturnya.
Menurut Kasan, DMO sebanyak 300.000 ton itu merupakan kebutuhan minyak goreng per bulan berdasarkan data konsumsi minyak goreng per provinsi yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik dikalikan dengan jumlah penduduk per provinsi. Dari jumlah itu, rata-rata realiasi per bulan sekitar 270.000 ton.
“Kebutuhan minyak goreng untuk Ramadhan-Lebaran 2023 juga perlu dijaga. Biasanya ada kenaikan kebutuhan atau permintaan pada periode tersebut sekitar 30 persen. Kami menjamin jumlah minyak goreng hasil DMO untuk Ramadhan dan Lebaran cukup, karena ada akumulasi dari bulan-bulan sebelumnya,” katanya.